Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagian 8: Malam yang Menentukan

19 Oktober 2024   10:29 Diperbarui: 19 Oktober 2024   10:38 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu terus berlalu, dan proyek buku Raka dan Lila akhirnya mencapai tahap akhir. Hanya tinggal beberapa sentuhan terakhir sebelum semuanya rampung. Mereka berdua semakin dekat, baik secara profesional maupun pribadi. Setiap percakapan, setiap tawa, semakin mempererat hubungan mereka, meskipun tidak pernah ada kata-kata yang secara resmi mendefinisikan perasaan mereka.

Raka mulai merasakan bahwa inilah saatnya. Saat proyek hampir selesai, ia merasa momen yang tepat sudah di depan mata. Dia memutuskan bahwa di malam penganugerahan, di mana buku mereka akan dirayakan, dia akan mengungkapkan perasaannya kepada Lila. Ia ingin membiarkan Lila tahu bahwa selama ini, hatinya bukan hanya untuk proyek ini, tetapi juga untuknya.

Namun, di balik keyakinan itu, ada bayang-bayang Adrian yang selalu mengintai. Setiap kali mereka bekerja bersama, Adrian tampak semakin berusaha mendekati Lila. Bahkan, beberapa kali, Raka melihat Adrian memberikan perhatian lebih pada Lila, dengan cara yang semakin tidak bisa diabaikan.

Malam penganugerahan tiba. Aula penuh dengan para tamu, semua mengenakan pakaian terbaik mereka. Sorot lampu yang terang dan musik yang lembut menciptakan suasana elegan dan penuh kemewahan. Raka merasa gugup, tetapi juga bersemangat. Ia sudah mempersiapkan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya, dan ia berharap, malam ini, Lila akan merespons dengan baik.

Di sisi lain, Lila tampak cantik dengan gaun malamnya, sementara Adrian berdiri tak jauh, terlihat lebih formal dari biasanya. Raka menyadari bahwa Adrian tampaknya punya rencana lain malam ini, tapi ia tidak bisa menduga apa yang sebenarnya ada di pikiran pria itu.

Acara berjalan dengan lancar. Buku mereka dipuji, karya mereka mendapatkan apresiasi besar dari hadirin. Pada saat yang sama, Raka merasakan bahwa inilah momen yang ia tunggu-tunggu. Setelah acara selesai, dia akan mengajak Lila ke tempat yang lebih tenang dan mengungkapkan perasaannya.

Namun, saat Raka bersiap mendekati Lila, Adrian tiba-tiba berdiri dan meminta perhatian semua orang.

"Maaf mengganggu sejenak," kata Adrian dengan suara penuh percaya diri, membuat semua mata tertuju padanya. "Saya ingin mengumumkan sesuatu yang sangat istimewa malam ini."

Raka merasakan kegelisahan menjalar di tubuhnya. Apa yang Adrian lakukan? pikirnya.

Adrian tersenyum dan melanjutkan, "Seperti yang kalian tahu, proyek ini telah menjadi kesuksesan besar, dan saya sangat bangga dengan semua yang telah dicapai oleh tim kami---terutama Lila."

Lila tampak terkejut, tidak menyangka bahwa Adrian akan menyebut namanya di depan semua orang. Adrian lalu berjalan mendekatinya dengan langkah pasti, menarik perhatian semua tamu.

"Lila," kata Adrian, menatapnya penuh arti. "Aku ingin lebih dari sekadar rekan kerja denganmu. Aku mengagumi bakatmu, kecerdasanmu, dan aku ingin kita terus bekerja bersama. Karena itu, aku ingin menawarkanmu posisi sebagai asisten pribadi---dan lebih dari itu..." Adrian berhenti sejenak, membuat suasana semakin tegang.

Raka menahan napas. Ia bisa merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

Adrian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. "Aku juga ingin menawarkan sesuatu yang lebih pribadi... Lila, maukah kamu menjadi pendamping hidupku?"

Seluruh ruangan terdiam. Semua mata tertuju pada Lila, termasuk Raka yang merasakan dunia seakan berhenti. Tidak mungkin---malam yang seharusnya menjadi miliknya dan Lila, kini diambil oleh Adrian.

Lila tampak kaget, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi pasti. Matanya beralih dari Adrian, lalu sekilas ke arah Raka. Dalam kebingungan, ia tidak tahu harus berkata apa. Raka, di sisi lain, merasakan sakit yang tajam di dadanya. Selama ini, ia berpikir bahwa Lila hanya melihat Adrian sebagai atasan, tetapi tawaran ini---dan lamaran yang tiba-tiba---membuat segalanya menjadi lebih rumit.

Raka tahu bahwa ia harus segera bertindak. Jika ia diam sekarang, ia mungkin akan kehilangan kesempatan untuk selamanya.

To be Countinue ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun