Lila mendengarkan dengan tenang, tanpa tergesa-gesa memotong ucapannya. "Aku paham, Raka. Dan aku tidak akan memaksamu untuk melupakan masa lalu dalam sekejap. Tapi aku ingin kamu tahu, aku di sini, bukan untuk menggantikan apa yang pernah kamu punya, tapi untuk membangun sesuatu yang baru bersama. Kita bisa mengambil waktu, tidak perlu terburu-buru."
Raka menatap mata Lila dalam-dalam. Ada sesuatu dalam cara Lila berbicara yang membuatnya merasa bahwa, mungkin, ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu. Bukan untuk melupakan masa lalunya, tapi untuk berdamai dengan itu dan melangkah maju.
"Aku... aku ingin mencoba," Raka akhirnya berkata. "Mungkin aku tidak sepenuhnya siap, tapi aku ingin memberimu kesempatan, dan memberiku kesempatan juga."
Lila tersenyum, kali ini lebih lebar. "Itu sudah cukup untukku, Raka. Kita mulai perlahan, dan lihat ke mana jalan ini membawa kita."
Malam itu, Raka merasa beban yang selama ini menghimpitnya sedikit berkurang. Meskipun masih ada ketakutan yang mengintip di sudut hatinya, hasrat untuk membuka diri kepada Lila akhirnya memenangkan pertempuran batinnya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa ada harapan.
To be Countinue.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H