Mohon tunggu...
Juan Regan Simatupang
Juan Regan Simatupang Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UAJY

Mahasiswa UAJY jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beda Usia Sama Rasa

3 November 2021   01:46 Diperbarui: 3 November 2021   01:48 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa gaul yang sekarang sering banget kita gunakan, ternyata sudah ada sejak lama. Bedanya adalah, setiap generasi memiliki ciri khas atau gaya bahasa masing-masing dalam praktek penggunaan bahasa gaulnya. Jadi bagi kalian yang merasa "ih orang tua mana tau bahasa gaul", hati-hati kawan ... bisa jadi pada masanya, mereka adalah orang-orang gaul se-kota madya! hehehe. Ngomong-ngomong soal bahasa gaul, periodenya dibagi menjadi setidaknya 5 era yaitu era 70-an, 80-an, 90-an, 2000-an, dan era 2010-an. Era 70-an, adalah awal mula dari evolusi bahasa gaul, kata-kata yang masih familiar sampai sekarang adalah seperti "bokap" (Ayah) dan "nyokap" (Ibu), kata ini diambil dari era 70-an, old but gold banget ya! lanjut di era 80-an, pada masa ini Warkop DKI dan Catatan si Boy lagi gencar-gencarnya nih ditayangin di TV dan ditonton anak muda masa itu, hal ini menciptakan kosa kata gaul lainnya seperti "bokek" (tidak punya uang) dan "gokil" (keren), sama seperti era 70-an kosa kata tersebut masih terdengar ya sampai sekarang. Pada zaman 90-an, kosa kata gaul tidak mengalami perubahan signifikan, tetapi zaman inilah akhiran kata seperti dong, yaw, deh, nih, ye, lah dan sebagainya mulai populer, langsung terbayang di benak saya lagu dari project pop berjudul "bukan superstar" di mana pada menit ketiga detik keempat disampaikan pernyataan "ya iyalah masa ya iya dong, duren aja dibelah masa dibedong!", sungguh masa lalu yang indah ya jika kembali diingat. Oke, flashbacknya nanti dulu, lanjut ke era 2000-an, di mana kosa kata yang dikembangkan semakin banyak dan masih banyak juga dipakai sampai hari ini seperti kata "lebay" (berlebihan), "rempong" (repot), dan kata yang merupakan status saya (setidaknya pada saat artikel ini ditulis, hiks) yaitu "jomblo" (belum punya pasangan). Bahasa gaul yang akan dibahas terakhir ini adalah bahasa gaul era 2010-an, di mana pada era ini, bahasa gaul yang ada disebut bahasa alay. Bahasa alay sendiri terbentuk untuk mempersingkat SMS misal seperti aku jad q, setuju menjadi se7, tempat menjadi t4, boleh menjadi leh, juga menjadi uga. Bahasa ini juga  makin berkembang menjadi bahasa yang bisa disebut sebagai cadelisme, di mana penggunaan huruf "R" kebanyakan dihilangkan menjadi "Y" misalnya forever jadi polepel, serius jadi ciyus dan sebagainya. Sebagai penulis, dalam penggunaan bahasa gaul alay ini cenderung saya gunakan untuk bercanda kepada teman sebaya, karena menurut saya menulis menggunakan angka membuat saya merasakan kepuasan dari teman yang merasa jijik terhadap gaya ketikan saya saat berkomunikasi melalui media chatting contohnya seperti saat saya menanyakan tugas, saya bisa menghubungi teman saya melalui pesan singkat seperti "g1m4n4 tu94sny4? sus4h 3n99a? k4l0 1y4 b491 c4t4t4n mu b0l3h 3n994?", sungguh perasaan yang menyenangkan. Kembali ke topik, melihat bahasa gaul yang sudah digunakan sejak dulu, saya pun mencoba mewawancarai orang-orang terdekat untuk menanyakan bahasa gaul apa yang mereka gunakan pada zaman mereka muda dulu. Orang yang saya wawancarai adalah Ibu dan Ayah saya, pada prosesnya saya menanyakan bahasa gaul apa yang mereka gunakan pada zaman itu dan saya menemukan beberapa kata yang menurut saya cukup aneh jika digunakan pada zaman sekarang. Dua di antaranya adalah kata "beken" (keren) dan "behodengan" (pacaran). Tampak jelas bahwa kata beken mungkin masih agak familiar dengan kita dan saya cukup yakin bahwa beberapa orang juga cenderung paham dengan apa yang dimaksud dari "beken". Namun, kosa kata yang berikutnya yaitu "behodengan" merupakan suatu kata yang benar-benar baru saya dengan pada generasi saya saat ini. Sudah jelas tertanam di benak saya untuk menggunakan bahasa ini sesekali pada saat perkuliahan untuk menanamkan kembali vibes gaul era 80-an khas Ayah dan Ibu saya, hahaha .... Pada akhirnya, bahasa gaul akan tetap ada dan terus berkembang, penggunaanya yang membuat akrab menjadikan mengapa bahasa gaul sering dipakai oleh banyak orang untuk membangun hubungan yang baik, maka dari itu usia boleh beda tapi gaul? engga ada matinya! 

Referensi: 

Annastasya. (2020). Beda Generasi, Beda Bahasa Gaul. Begini Asal-usulnya. Diakses pada 2 November 2021, dari https://www.minews.id/cuitan-mi/beda-generasi-beda-bahasa-gaul-begini-asal-usulnya#:~:text=Era%201980an%20(Bahasa%20Gaul%20dari%20Film)&text=Sebut%20saja%2C%20doski%20(dia) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun