Oleh: Muhamad Aldi Nugroho dan Refma Anfasa Mulya
Kabupaten Tegal memiliki beragam budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan, karena ini sebagai salah satu identitas suatu daerah. Adapun, kearifan kabupaten Tegal itu meliputi tarian, musik, tradisi, situs budaya, kuliner, tempat-tempat pariwisata, produk lokal, dan bahasa yang memperkaya Kabupaten Tegal. Sayangnya, tak banyak generasi muda saat ini yang mengerti akan kekayaan budayanya sendiri, bahkan budaya daerahnya.
1. Tarian
Tidak hanya BTS yang punya tarian, Tegal juga punya tarian. Tarian sebagai salah satu pengantar kisah di suatu daerah yang dikemas dengan gerakan berirama yang biasanya diiringi alunan musik, juga sebagai warisan budaya dari nenek moyang kita, Tarian juga sebagai salah satu identitas suatu daerah. Karena itulah kita akan mengenalkan beberapa tarian tradisional Tegal. Kita mulai dari tarian andalan masyarakat Tegal, yaitu tari Endel.
Tari Endel merupakan bentuk topeng wanita dengan kostum Endel yang menyerupai tarian Gambyong diiringi gending dari ombak banyu laras slendro manyuro. Diperkenalkan oleh Ibu Sawitri pada tahun 1960-an dan telah diakui oleh MURI sebagai warisan budaya. Tarian Endel paling sering digunakan untuk menyambut tamu kehormatan. Namun, dengan koreografi yang lain juga dapat dijadikan sebagai tarian pergaulan, dengan tetap melibatkan topeng. Seperti namanya, tarian Endel menawarkan gerakan lincah dan Endel alias kenes atau genit, gerakan menarik bayangan bercumbu dengan pangeran.
Diliput oleh Info Tegal, awalnya ada 12 tari topeng yang berasal dari kabupaten Tegal, akan tetapi Ibu Sawitri yang mengenalkan tari Endel ini hanya mampu menarikan 6 jenis tari saja, seperti Tari Topeng Panji, Tari Topeng Kresna, Tari Topeng Layapan Alus, Tari Topeng Patih (Ponggawa), dan Tari Topeng Kelana. Adapun, tari Endel-lah yang paling terkenal karena memiliki keistimewaan, yaitu bisa ditarikan secara massal.
2. Musik Tradisional
Selanjutnya, kami juga memiliki karya musik tradisional, yaitu Balo-Balo. Balo-Balo adalah kesenian rakyat yang memadukan musik, tari, dan permainan dalam pertunjukan. Kesenian ini diadakan untuk menjalin komunikasi antar warga. Pembacaan syair-syair yang dituturkan lakon tersebut menggunakan dialek Tegal deles tanpa unsur bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Lagu tersebut dinyanyikan dengan iringan perkusi. Pengiring syair puja, pujian, kritik, dan lawakan khas Tegal adalah musik rebana, kendang, musik slendro, bass, dan gitar. Ketukan gendang Jawa dan petikan bass juga membuat jantung berdebar, alangkah indahnya!
3. Tradisi
Kalau yang satu ini mungkin sudah tahu, ada kaitannya dengan destinasi wisata Tegal yang dikenal dengan nama Guci, dan inilah tradisi Guci yaitu Ruwat Bumi Guci. Ritual ini merupakan simbol cinta kepada makhluk ciptaan Allah SWT yang dilaksanakan setiap bulan Muharram. Prosesi diawali dengan prosesi gunungan atau sesaji dari berbagai macam hasil bumi dan dilanjutkan dengan ritual memandikan kendit kambing (kambing hitam khusus dengan cincin putih di perutnya). Kemudian dilanjutkan dengan menaburkan bunga setaman di lokasi pemandian sekitar 13 Pancuran Guci. Sebaliknya, kambing sendiri merupakan simbol kehidupan yang akan terus berputar. Setelah prosesi memandikan kambing, dilakukan upacara dan pembacaan sejarah Guci dengan menggunakan bahasa Tegalan. Kemudian diakhiri dengan perjuangan untuk gunungan, doa bersama, dan hiburan yang biasanya diisi dengan sejenis tarian Tegal.
4. Situs Budaya
Selain itu, terdapat situs budaya Kabupaten Tegal yaitu Makam Penjamasan Sunan Amangkurat Agung. Tradisi upacara adat Penjamasan dilaksanakan setiap bulan Suro dengan ritual pembersihan pusaka dan penutupan makam Sunan Amangkurat Agung. Jamasan sendiri diawali dengan tahlil, wirid, pembacaan syahadat dan selawat, serta harapan untuk Amangkurat I. Usai doa bersama, dilanjutkan dengan penggantian jaring masjid yang kemudian digabungkan dengan jaring masjid lainnya. raja-raja Mataram, maka akan diapungkan ke pantai selatan.
5. Pewayangan
Salah satu budaya Indonesia yang melekat di daerah Tegal adalah pewayangan. Dahulu kala, pewayangan digunakan sebagai penampilan acara pemerintah atau ritual keagamaan. Seiring berjalannya waktu, pewayangan ini sebagai salah satu bahan hiburan yang dikemas dengan cerita-cerita menarik, salah satunya adalah kisah wayang santri yang diciptakan oleh dalang kondang Ki Enthus Susmono sebagai salah satu masyarakat dan mantan Bupati kabupaten Tegal. Sehingga, daerah Tegal dikenal dengan kisah wayang santri Ki Enthus Susmono, bahkan kisah pewayangan ini dikenal hingga ke manca negara.
6. Tempat Pariwisata
Daerah Tegal secara geografis terletak di pesisir pantai utara tepat di dekat jalur pantai utara provinsi Jawa Tengah. Tidak hanya itu, Tegal juga terletak di kaki gunung Slamet. Dengan adanya kaki gunung Slamet di daerah Tegal, Tegal memiliki aliran air hangat langsung dari gunung Slamet, sebagai sumber mata air dan pemandian air hangat, yang biasa kita sebut Guci. Sebagai salah satu destinasi wisata kabupaten Tegal. Tidak hanya itu, Tegal bahkan memiliki sebuah film pendek tentang Pulau Kodok, yang mengangkat latar belakang letak Tegal di dekat pantai utara pulau Jawa.
7. Produk Lokal
Salah satu produk lokal Tegal adalah batik dan teh. Batik dan teh asli Tegal bukanlah sembarang produk. Batik Tegalan dikenal dengan batik tulis, yang memiliki karakteristik khas dari mulai filosofi, motif, corak, dan warnanya. Sedangkan, tidak banyak orang yang mengenal batik Tegal, karena salah satunya adalah minimnya peran pemerintah. Selanjutnya adalah teh Tegal, dikenal dengan teh yang paling kental di sepanjang daerah pesisir jalur pantai utara. Bahkan teh ini menjadi salah satu simbol dengan tugu Teh Poci di daerah Slawi, kabupaten Tegal. Karena itulah, di daerah Tegal memiliki ‘Tradisi Moci’ atau menikmati seduhan teh dan gula batu yang disajikan dengan poci tanah liat atau gerabah.
8. Bahasa
Bahasa Tegal terkenal dengan bahasa logat ngapak. Bahkan logat ngapak ini pernah dikenalkan melalui salah satu film pendek yang dibuat oleh masyarakat Tegal, yaitu film “Turah”. Film ini menceritakan tentang tokoh masyarakat Tegal yang ulet dalam bekerja dengan menggunakan bahasa ngapak di kesehariannya. Film pendek “Turah” ini mendapat penghargaan dari ASEAN, Singapura, dan Australia dalam festival film. Sehingga, kita harus bangga dengan bahasa Tegal kita, ngapak.
Jadi, bisa kita simpulkan bahwa Tegal kaya akan ragam budayanya, bahkan masih ada banyak lagi budaya Tegal yang belum kita kenal. Setidaknya, kita bisa mulai mengenal budaya daerah kita sendiri dan mengenalkan kekayaan budaya ini kepada lingkungan kecil kita seperti keluarga, sekolah, desa, dan media sebagai salah satu strategi untuk melestarikan budaya kabupaten Tegal, agar budaya ini tidak kian memudar dengan ditelannya waktu, karena kita akan rugi dan kehilangan identitas lokal kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H