Ternyata, di Praha penjajah makanan ini dikoordinir sedemikian rupa menempati halaman Mall di pusat kota.
Gerobaknya berupa Rumah mungil (warung ) terbuat dari papan yang dipernis dengan kesan artistik dan enak dipandang. Di depannya terpampang daftar harga makanan sehingga pembeli tidak takut tertipu.
Di kampung kita, cerita tukang palak harga makanan bukan hal baru dan sering beredar di Sosmed yang menjadi trending topic, Â bahkan diliput oleh TV dengan mewawancarai beberapa nara sumber.
Jalan - jalan seputar kota Praha ( Old Town Square ) sangat mengasyikan. Bangunan-bangunan tua yang artistik dan terawat dengan baik, semua bangunan tua sudah menjadi warisan dunia, tidak boleh berubah bentuk.
Semua gedung tua, menaranya selalu tertempel Jam Gadang, jauh lebih gadang (besar) dibandingkan Jam Gadang di Bukittinggi.
Sudah pernah ke Bukittinggi nan rancak ?.
Sebelum ke Praha ke Bukittinggi dulu yaaaa...(promosi) he he he.
Setelah menyusuri kota tua kami bergeser ke tepi Sungai Vitava yang bersih dan jernih, hampir mirip Sungai Danube di Budapest.
Pada sungai Vitava membentang jembatan "Charles Bridge " yg dibangun tahun 1357 di zaman King Charles IV.
Charles Bridge lebih bagus dan lebih astistik dibanding jembatan Chain Bridge di Budapest. Kesamaannya, disepanjang jembatan banyak pedagang dan pengamen.
Hal yang unik dan menjadi kepercayaan pasangan yang sedang dimabuk cinta adalah menyangkutkan kunci gembok ditulisi nama masing2 pada dinding jembatan, agar hubungan mereka menjadi langgeng.