Tentang perpisahan
Mewujudkan pahit
di jantungku
Â
Â
Dia bersedih. Aku hanya menghela nafas panjang. Waktu tak bisa diulang dan aku pun sama sekali tak berkehendak untuk memutar kembali.
Bila bicara tentang hati, rumit memang. Di satu sisi kita ingin begini, di sisi lain kenyataan memberikan hantaman kejadian yang tak bisa kita ubah. Dia tak tahu betapa hampir tiap malam aku sedih sendirian menghitung waktu kebersamaan kami. Dua tahun lalu, entah mengapa, hari-hari menuju perpisahan dapat kurasakan dengan sangat sadar.
Tak disangka aku bisa jatuh hati lagi, meski pada akhirnya aku dan kisahku yang baru tidak beranjak kemana-mana karena ada suatu dan lain hal yang membuat kami tertahan tanpa mengungkapkan perasaan. Entah sampai kapan. Karena yang kupercaya, jika berjodoh maka pasti akan terbuka jalan. Barangkali tiba-tiba ada kejutan, aku malah bertemu yang lain, itu juga masih tak bisa kuraba.
Dear, Diary.
Masa lalu bagiku adalah sebuah pembelajaran. Bekas luka dahulu kujadikan lencana betapa aku ternyata bisa melalui banyak halangan.
Impian bisa perlahan kuraih setelah mengarungi banyak fase ketakutan serta kehilangan.
Â
Â