Pada dasarnya, perubahan kualitas daging ayam yang sudah tidak layak konsumsi dapat dilihat dari semakin meningkatnya pH dan kadar amonia menjadi cukup tinggi (D’Almeida, et al 2024). Terjadinya perubahan warna pada nanofiber yang dilaporkan dalam penelitian ini ketika mencapai pH tertentu dan perubahan warna ketika terkena amonia volatil, menandakan bahwa smart packaging yang dihasilkan cukup baik dalam menentukan kualitas ayam fillet Khazaei, et al (2024).
Lebih lanjut, di dalam penelitian Khazaei, et al (2024), dilaporkan bahwa nanofiber yang dikombinasikan dengan antosioanin dari ekstrak Althaea Officinalis dan Chitin nanowhiskers dapat mendeteksi perubahan kualitas ayam fillet berdasarkan sifat mikroba dan kimiawinya. Berdasarkan hasil temuannya, dikonfirmasi bahwa nanofiber tersebut efektif untuk mengukur perubahan kualitas ayam fillet hingga 4 hari penyimpanan. Pada gambar di bawah dapat dilihat terjadi perubahan warna pada sensor yang berubah warna dari putih di 0 hari, krem kekuningnan pada hari ke-2, hingga coklat pada peyimpanan hari ke-4 yang menandakan bahwa smart packaging yang dihasilkan sudah cukup baik dalam mendeteksi perubahan kualitas ayam fillet.
Meskipun penggunaan kemasan makanan cerdas masih tergolong baru, teknologi ini menawarkan manfaat yang signifikan bagi industri makanan. Para produsen dapat meningkatkan kualitas dan keamanan produk mereka, sekaligus memperpanjang masa simpan makanan dengan cara yang lebih efisien melalui penerapan smart packaging ini. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan nanopartikel dalam kemasan harus selalu mematuhi peraturan dan pengawasan yang ketat guna memastikan keamanan dan keberlanjutan teknologi ini.
Penulis : Refani Fazira Panjaitan
Doktor Ilmu Pangan IPB University
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H