LATAR BELAKANG
Militer merupakan sebuah unsur yang penting dalam bidang keamanan negara. Dengan adanya angkatan bersenjata di suatu negara, maka negara tersebut menjadi dapat menangkal setiap bentuk ancaman militer dari dalam dan luar negeri serta menjaga keselamatan, keutuhan, dan kedaulatan negara tersebut. Indonesia sendiri memiliki kekuatan militer utama yaitu TNI dan Polri. Artikel ini akan membahas mengenai sejarah perkembangan militer di Indonesia dan termasuk bagaimana kelahiran Tentara Nasional Indonesia (TNI).
 MILITER PADA MASA SEBELUM INDONESIA MERDEKA
Sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, terdapat dua institusi militer yang pernah ada dan memiliki pengaruh besar terhadap militer di Indonesia nantinya. Kedua Institusi militer tersebut ialah KNIL dan PETA. KNIL adalah institusi militer bentukan pemerintahan Hindia Belanda. Tentara KNIL dikatakan memiliki kemampuan militer yang mumpuni karena lamanya masa pendidikan institusi tersebut.Â
KNIL juga memiliki jiwa organisasi yang baik, karena mereka cukup solid dalam wadah KNIL itu sendiri. Namun disamping semua keahlian yang dimiliki oleh eks-tentara KNIL tersebut mereka juga memiliki sejumlah kelemahan. Beberapa kelemahan KNIL yang patut dicatat adalah mereka umumnya tercerai-berai, bukan sebuah rahasia lagi salah satu buronan yang paling dicari oleh Jepang selain warga kulit putih adalah mereka yang merupakan mantan tentara KNIL (walaupun nanti ada pengecualian, mantan tentara KNIL pribumi akan dilebur dalam organisasi semi-militer Jepang, atau paling tidak jadi pengajar pendamping).Â
Tapi KNIL tidak semuanya buruk, setidaknya beberapa anggota KNIL kemudian bagian dari manajemen puncak kemudian tentara Indonesia. Ada dua nama memiliki jasa terkait itu, Urip Sumoharjo dan Didi Kartasasmita Nilai kehidupan yang terakhir adalah Mayor (pangkat tertinggi Pribumi KNIL) memiliki informasi yang baik organisasi yang baik dan itu Menjadi pemecah masalah dalam organisasi kemudian tentara Indonesia. Sementara itu, Diddy lebih politis Dia mungkin dekat dengan Otto Iskandarinata. apa yang akan mempengaruhi Pembentukan BKR dalam Sidang PPKI III. Melayani Hal lain yang mereka lakukan adalah kapan mereka berhasil meyakinkan mantan KNIL lainnya untuk bergabung Tentara Indonesia dibanding kembali dengan Unit KNIL Belanda yang datang tidak jauh setelah Agustus 1945.
 Institusi kedua yang juga berperan dalam militer di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan ialah PETA (Pembela Tanah Air). PETA dibentuk sekitar tahun 1943, dengan cikal-bakal pendidikannya yaitu diwilayah Tanggerang. Pendidikan militer ala PETA secara garis besar dikatakan keras, karena disana diajarkan disiplin yang penuh layaknya seorang tentara dan penuh dengan hukuman jika melanggar satu saja peraturan atau latihan (Lubis, 2005:77-78). Sama halnya dengan KNIL, PETA juga memiliki beberapa keunggulan dan juga kekurangan. Beberapa hal yang bisa diajukan sebagai keunggulan PETA adalah mereka muda, kuat dan enerjik. Hal ini berkenaan dengan segi fisik karena memang yang menjadi syarat untuk menjadi anggota PETA adalah berumur muda. Selain itu mereka juga punya hubungan yang baik antara atasan dan bawahanÂ
Namun para tentara PETA hampir semuanya memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh Sukarno yang mengajarkan pelajaran mengenai nasionalisme. Awalnya Sukarno hanya diberikan tugas untuk menanamkan semangat anti-barat kepada anggota personil PETA namun dalam pidatonya tersirat nilai-nilai nasionalisme, hal inilah yang dipahami oleh sebagian besar personil PETA. Kegiatan Sukarno ini belakangan akhirnya terendus oleh petinggi militer Jepang, yang mengakibatkan dia tidak terlalu terlibat kembali dalam pengorganisasian PETA selanjutnya. Selain itu, diperkirakan jumlah tentara PETA mencapai angka 120.000 personil pada pertengahan 1945, dan ini menjadi tulang punggung personil tentara Indonesia nantinya.Â
Jepang mungkin hebat dalam mengasuh anak Pemuda Indonesia dengan pelatihan militeryang disiplin dan terampil dalam perang waktu yang singkat tetapi merekamengabaikan pentingnya organisasidi tentara itu sendiri. Hal ni penting karena bekerja secara tidak langsungdi masa depan di mana militer Indonesia dapat dikatakan lemah secara organisasimengubah bentuk BKR untuk menjadi tentara. Tokoh-tokoh militer eks-PETA diantaranya ialah Jendral Soedirman dan A.H. Nasution.Â
MILITER PADA MASA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA
Setelah Indonesia Merdeka, hal lain yang dibutuhkan selain aparatur Negara adalah pembentukan sebuah instusi keamanan atau militer. Hal ini baru terealisasikan pada sidang PPKI yang ke III, dimana salah satu isinya adalah pembentukan sebuah Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR disambut positif oleh rakyat Indonesia yang kemudian secara spontan membentuk sebuah organisasi atau laskar pendukung militer, atau dengan meleburkan diri pada organisasi yang ada. Namun lebih dari itu mereka (BKR) menjelma menjadi sebuah badan revolusi-revolusi daerah, baik itu melakukan perebutan kekuasaan atau sekadar pelucutan senjata tentara Jepang yang sudah hilang moralnya akibat kekalahan di PD II.Â
Kemudian mengingat situasi revolusi yang makin genting, kemudian status ketentaraan yang simpang-siur dalam BKR, pemerintah kemudian mengeluarkan Maklumat pembentukan Tentara Keamanan Rakyat tanggal 5 oktober 1945. Untuk mempermudah kerja pemerintah, maka ditunjuklah Urip Sumoharjo sebagai pendesain pertama keorganisasian Tentara yang pertama ini. Secara ringkas maklumat itu juga menjelaskan mengenai unsur-unsur dari tentara itu sendiri yang mayoritas merupakan eks-PETA dan KNIL. Disamping itu mereka yang masih muda, sehat, dan sempat mendapat pelatihan militer dari kedua unsur sebelumnya diharapkan untuk secepatnya mendaftarkan diri menjadi tentara di daerahnya masing-masing. Unsur yang ketiga ini adalah mereka yang berada dalam organisasi kepemudaan dan laskar-laskar yang banyak tersebar diseluruh Indonesia.Â
Pada 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pengumuman pembentukan TKR hampir tidak berdampak lebih dari sekedar memberikan nama lain kepada BKR lokal dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya. Tujuan Presiden Soekarno membentuk satuan ketentaraan ini ialah untuk memperkuat perasaan keamanan umum. Hal ini dirasa tidak efisien dan kurang efektif karena memakan banyak korban.
Oerip Seoemohardjo diangkat sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat letnan jendral dan ditugaskan untuk membentuk tentara Indonesia . Antusiasme pemuda terlihat tatkala Oerip membentuk divisi TKR. Pada awalnya, Oerip Soemohardjo hanya akan membentuk empat divisi saja, yakni tiga di Jawa dan satu di Sumatra. Namun, hal ini urung terjadi karena tingginya antusiasme pemuda yang mendaftar sebagai anggota TKR. Di Sumatra, anggota TKR banyak berasal dari Barisan Pemuda Republik Indonesia (BPRI) dan Pemuda Indonesia (PI), sedangkan di Jawa banyak berasal dari PETA dan Heiho yang bergabung dalam BKR kemudian menjadi TKR (Soeara Merdeka, 10 November 1945). Para panglima komandemen tersebut ditetapkan oleh Oerip Soemohardjo dan Moehamad Soeljoadikoesoemo. Mereka adalah sebagai berikut: Komandemen I Jawa barat dipimpin oleh Jenderal Mayor Didi Kartasasmita; Komandemen II Jawa Tengah dipimpin oleh Jenderal Mayor Soeratman; Komandemen III Jawa Timur dipimpin oleh Jenderal Mayor Moehamad; serta Komandemen Sumatra dipimpin oleh Jenderal Mayor Soehardjo Hardjowardojo.Â
Oleh karena itu, para perwira TKR mendesak pemerintah untuk sesegera mungkin mengisi jabatan Panglima Tentara dan Menteri Keamanan. Pada awalnya, pemerintah tidak menanggapi desakan para perwira TKR tersebut, tetapi karena Oerip Soemohardjo sudah diberi mandat untuk membentuk tentara maka dia atas seizin pemerintah pusat berinisiatif untuk memanggil semua panglima divisi dan resimen TKR untuk sebuah rapat besar. Menurut Didi Kartasasmita, dalam ketentaraan pada masa itu telah muncul gejala persaingan antara mantan KNIL dan mantan PETA. Ia menduga gejala persaingan itu telah diketahui oleh Oerip Soemohardjo dan pemerintah pusat.Â
Soedirman akhirnya terpilih. Ia dilantik pada 18 Desember 1945, sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal, sedangkan Oerip Soemohardjo dilantik kembali sebagai Kepala Staf dengan pangkat Letnan Jenderal (Tentara Keamanan Rakyat no 1 tahun I tanggal 10 Januari 1946). Pada akhir tahun 1945, timbul konsep keselamatan untuk merubah konsep keamanan dengan harapan dengan konsep keselamatan tersebut tentara akan lebih memperluas dan memperdalam tugas ketentaraannya. Pemerintah mengabulkan, lalu menerbitkan surat penetapan pada tanggal 8 Januari 1946. Sejak saat itu, nama tentara secara resmi disebut TKR (Tentara Keselamatan Rakyat). Begitu juga nama Kementerian Keamanan digantikan menjadi Kementerian Pertahanan.Â
Tidak sampai satu bulan, nama satuan militer Indonesia kembali berubah pada 26 Januari 1946. Pemerintah mengeluarkan maklumat pergantian nama Tentara Keselamatan Rakyat menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia). Alasannya adalah untuk membentuk kesatuan tentara yang lebih sempurna dengan melihat beberapa contoh dari bangsa lain. Perubahan nama pun kembali terjadi. Pada 7 Juni 1947, Presiden Soekarno menetapkan bahwa sejak 3 Juni 1947 resmi dibentuk TNI (Tentara Nasional Indonesia). Perubahan ini didasari masih banyaknya kekurangan-kekurangan, seperti adanya pemisahan antara TRI dengan badan-badan perjuangan lainnya. Hal ini dianggap sering menimbulkan kesalahpahaman sehingga kurang menguntungkan perjuangan. Badan-badan perjuangan umumnya memiliki haluan sesuai dengan partai politik tempat mereka bernaung. Upaya penyatuan antara TRIdan badan-badan perjuangan telah diupayakan sejak 15 Mei 1947. Soekarno sebagai presiden membentuk panitia khusus perihal penyatuan tersebut. Proses penyatuan yang bertahap kemudian menghasilkan satu ketentaraan bernama TNI, yang dipimpin oleh Pucuk Pimpinan TNI, Jenderal Soedirman.Â
PENUTUPÂ
Tentara Nasional Indonesia punya andil yang besar dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Banyak tahap dan proses hingga konflik untuk mencapai satu kesatuan tentara yang utuh. Mulai dari pembentukan BKR yang status dan unsurnya yang simpang siur hingga perubahan nama berkali-kali hingga menjadi TNI. Dalam BKR sendiri unsur tentara murni belum bisa diproyeksikan, karena selain yang jelas seperti eks-PETA dan KNIL, badan ini juga diramaikan oleh banyaknya laskar dan organisasi pendukung revolusi. Hal ini secara tersirat baik, namun kemudian menimbulkan masalah baru yaitu ego. Kemudian pemerintah mengeluarkan konsepsi mengenai badan ketentaraan lewat pembentukan TKR. Dalam TKR ini mulai ada kejelasan mengenai status tentara itu sendiri.Â
DAFTAR PUSTAKA
Atno. Pratama, Nanda Julian., ‘DARI RAKYAT UNTUK RAKYAT: BENIH, CIKAL-BAKAL, DAN KELAHIRAN TENTARA INDONESIA 1945-194’, Journal of Indonesian History 7 (1) (2018), 1 (2018)Â
Nugrahanto, Widyo, Rina Adyawardhina, Budi Gustaman, Staf Pengajar, and Program Studi, ‘BKR ( BADAN KEAMANAN RAKYAT ): CIKAL BAKAL TENTARA INDONESIA ?!’, 8 (2018), 389–98
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H