Mohon tunggu...
Refan Kaluza
Refan Kaluza Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hoaks - Media Sosial

2 Desember 2017   18:29 Diperbarui: 2 Desember 2017   19:22 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering gak sih dapet foto, tulisan, artikel, yang dibagi sama teman, kerabat, saudara, atau bahkan keluarga lewat chattingan di media sosial? Biasanya selain foto, ada tulisan-tulisan yang 'sedemikian rupa' ngundang kita buat baca/liat hal yang dibagiin di media sosial itu. Eh terus kadang saking semangatnya baca berita/informasi itu, langsung dah jari kita gerak ke logo 'share', kadang-kadang diantara kita ada yang berpikiran "wah info baru nih, saya harus cepet bagiin berita ini biar keliatan up to date" atau " wah berita ini harus saya bagiin secepatnya biar pada tau informasi dan lebih melektentang dunia nih.

Wait a minute guys, inget kalau kita gakboleh buru-buru dalam bertindak, soalnya-walau gak selamanya- buru-buru itu identik dengan ceroboh. Lah tapi kan niatnya baik, buat menyebarkan informasi, biar orang-orang pada tau kabar tentang dunia. Ya iya sih, itu bener, tapi kalian pernah dengar istilah 'Hoax' nggak? Intinya, hoax itu ya berita yang nggak apa adanya (tapi ada apanya), jadi berita nya itu nggak bener. Nah berarti, kalau kita nggak hati-hati dan asal bagiin informasi aja -apalagi dari sumber yang kaga jelas- yaudah wassalam dah hoax itu kesebar ke segala penjuru.

Terus masalahnya apa kalau hoax itu kesebar ke segala penjuru?. Oke kalau hoax nya macam " D' Masip bubar", atau " Perili Lutaconsina sedang dekat dengan Ryzki Fibean ", nah kalau hoax nya macam 'Presiden kita anak PKI', 'gubernur menolak membangun masjid di daerah a', atau bahasan politik, SARA, maupun hal-hal sensitif lainnya, bisa banyak efek sampingnya guys. 

Pertama, hal-hal sensitif kayak yang disebutkan tadi bisa bikin cekcok, berantem, konflik. Kita gak bisa pungkiri kan masih banyak masyarakat Indonesia bersumbu pendek, suka terburu-buru dan lupa mengecek kebenaran hal tersebut, dapat pancingan dikit langsung dihap, dapat berita provokasi dikit aja udah langsung emosi terus ujung-ujungnya debat pake keyboard. Dan yang perlu kita sadarin, bisa jadi berita hoax itu emang sengaja dibuat biar netizen Indonesia konflik, berantem, dan lama-kelamaan saling benci & timbul perpecahan.

Yang kedua nih, pasti pernah kan dapet broadcast yang isinya tentang kesehatan, ya misalnya kiat-kiat tambah tinggi, ngurusin badan, atau sampai cara makan (misalnya tidak boleh makan bayam bersamaan dengan kedelai), juga produk kesehatan (misalnya kalau anak demam jangan dipakaikan cool fever). 

Orang yang mudah aja percaya, buru-buru share & tidak mengecek kebenaran informasi kesehatan tersebut ya pasti bakal telan mentah-mentah hal yang tadi. Padahal bisa jadi informasi tadi nggak terbukti secara ilmiah, dan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, ini bisa jadi ladang buat promosi produk mereka/menjatuhkan saingan mereka,otomatis kalau kita ikutin hoax ini, efek buruknya malah ke badan kita sendiri.Lagi, karena tidak mengecek kebenaran, kesehatan kita malah terancam.

Sebenernya masih banyak dampak buruk lagi kalau misalnya hoax tersebar luas, dampak buruknya pasti gak akan jauh dari salah bertindak & bersikap yang bakal pengaruh ke diri kita, orang lain, maupun seluruh dunia tergantung jenis hoax yang tersebar, sampai sejauh mana hoax itu tersebar, dan situasi kondisi baik di dunia siber atau dunia nyata. 

Sebagai penutup, survey dari Mastel menyatakan bahwa edukasi masyarakatadalah cara terbaik menghambat persebaran hoax, karena masyarakat yang tingkat edukasinya tinggi cenderung kritisdan mengecek kebenaran informasi yang baru mereka terima, jadi jangan lupa diterapkan hal tersebut biar kita tidak mudah terperdaya dengan hoax.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun