Mohon tunggu...
Ida Ls
Ida Ls Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Tren Infus Whitening di Kalangan Masyarakat Madura

16 Oktober 2024   20:52 Diperbarui: 16 Oktober 2024   22:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Infus Whitening kini menjadi tren di masyarakat, terutama di kalangan wanita. Tidak hanya di antara yang muda, tetapi juga di kalangan orang dewasa yang lebih tua. Mereka yang memiliki kulit gelap atau sawo matang seringkali tertarik untuk menjalani perawatan ini. Infus Whitening terdiri dari campuran larutan vitamin C dan bahan-bahan lain, seperti gluthatione atau growth faktor. Di Madura, infus whitening populer di kalangan masyarakat karena adanya obsesi untuk memiliki kulit yang lebih putih, dan fenomena ini tidak hanya terjadi di Madura. Contohnya, tetangga saya yang menjalani infus whitening untuk mendapatkan kulit yang lebih cerah. Di daerah ini, terdapat klinik yang menawarkan layanan infus whitening. Dikalangan wanita, banyak yang berbondong-bondong ke klinik kecantikan bahkan ada yang suntik pemutih sendiri tanpa adanya pengawasan oleh tenaga medis dengan bermodalkan informasi mengenai tata cara menyuntikkan cairan suntik putih ke dalam kulit dari media online. 

Menurut penelitian Pancawati, berdasarkan survei Markplus Inc dan Zap Clinic dalam Zap Beauty Index 2021, sekitar 67,1% dari hampir 6.000 wanita yang menjadi responden berpendapat bahwa kecantikan ditandai oleh wajah yang cerah dan glowing (tanpa bekas jerawat, flek, atau noda lainnya). Selain itu, 60% responden menilai kecantikan jika seseorang memiliki kulit yang bersih dan putih. Sebelum mengetahui bahaya suntik putih dan cara menghindarinya, seseorang perlu mengenali dulu apa saja komposisi atau bahan yang biasanya digunakan untuk infus whitening, pertama vitamin c merupakan zat gizi penting yang terlibat dalam perbaikan jaringan , pembentukan kolagen , dan produksi enzimatik neurotransmitter tertentu. Berkat manfaatnya, vitamin C berfungsi untuk membantu mengurangi garis-garis halus, bekas luka, dan kerutan di wajah. Selain itu, vitamin ini kaya akan antioksidan yang dapat meningkatkan produksi kolagen.

Kedua, glutathione adalah antioksidan yang dapat menghambat produksi melanin, zat yang memberi warna alami pada kulit. Dengan efek ini, glutathione dapat membuat kulit terlihat lebih cerah dan juga dianggap memiliki manfaat antiaging yang baik.

Ketiga, kolagen dalam suntik putih tidak berfungsi untuk memutihkan, melainkan untuk menjaga kekenyalan kulit wajah. Seperti glutathione, kolagen juga diproduksi oleh tubuh, tetapi jumlahnya dapat berkurang seiring bertambahnya usia. Hal ini menyebabkan penurunan elastisitas kulit dan munculnya garis-garis halus. Suntik putih yang mengandung kolagen biasanya digunakan bersama bahan lain, seperti asam hialuronat.

Masalahnya kita tau sendiri infus whitening tidak hanya sekali saja langsung terlihat hasilnya harus dilakukan beruralang-ulang sehingga berisiko pada kesehatan kita.Efek samping yang kompleks dan sistemik dari agen SL sering kali diabaikan, karena daftar lengkap bahan, terutama dalam produk ilegal, jarang diungkapkan. Dengan penggunaan yang terbatas, agen SL mungkin tidak menunjukkan efek samping yang signifikan. Namun, risiko terjadinya reaksi merugikan akan meningkat jika digunakan dalam jangka waktu lama atau di bawah oklusi.

Untuk menghindari masalah tersebut, disarankan agar Anda menjalani infus whitening di klinik kecantikan resmi dengan dokter yang terlatih. Perlu diingat bahwa infus whitening hanya memberikan hasil kulit yang lebih putih sementara, bukan permanen.

Jika Anda tertarik untuk mencoba perawatan kulit dengan infus whitening, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Dengan demikian, dokter dapat menilai keamanan, jenis bahan, dan dosis yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Daftar Pustaka

Febriani E, Zulkifli, Kumaidi M, Karyasa TB, Asroni A, Makruf S anisa, et al. Fiqih Kontemporer.

Ariyanto, editor. Padang Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Tekhnologi; 2023.

Ningsi, S. D., Amelia, A. R., & Multazam, A. M. (2024). MANAJEMEN PENGELOLAAN INFUS WHITENING DALAM PANDANGAN ISLAM DI KLINIK X MAKASSAR. 5(1), 81--88.

Pollock, S., Taylor, S., Oyerinde, O., Nurmohamed, S., Dlova, N., Sarkar, R., Galadari, H., Manela-Azulay, M., Chung, H. S., Handog, E., & Kourosh, A. S. (2021). The dark side of skin lightening: An international collaboration and review of a public health issue affecting dermatology. International Journal of Women's Dermatology, 7(2), 158--164. https://doi.org/10.1016/j.ijwd.2020.09.006

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun