Mohon tunggu...
Masrinto Pongrambu
Masrinto Pongrambu Mohon Tunggu... wiraswasta -

A traveler yet an explorer, a dreamer yet a doers.\r\n- Let's make another friendship in twitter.com/reento & facebook.com/reento \r\n- Semua tulisan adalah pemikiran pribadi. Tidak mewakili kepentingan institusi apapun tempat penulis bekerja dan berusaha.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Andrea Hirata, Sang Pemimpi yang hendak menjadi Sang Penuntut

20 Februari 2013   12:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:59 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Secara pendek saya, dan mungkin juga rekan-rekan kompasianer lain,
berharap solusi-solusi damailah yang akan digunakan Andrea Hirata atas masalah ini.

Berbanding terbalik dengan beberapa rekan Kompasianer yang menyarankan saudara Damar Julianto meminta maaf, saya malah berharap Andrea Hirata yang terlebih dahulu melakukan upaya rekonsiliasi.

Mengapa demikian? Karena tentu lebih mudah bagi Andrea Hirata mendekati saudara Damar Julianto, dibanding bila hal sebaliknya yang dilakukan.

Tidak bermaksud merendahkan saudara Damar Julianto,
tetapi akan jauh lebih mudah bagi Andrea Hirata untuk menemui Damar Julianto,
dibanding bila saudara Damar Julianto yang harus mengupayakan diri menemui Andrea Hirata.
Apalagi sudah diancam akan diperkarakan secara hukum.

*

Pada akhirnya, Andrea Hirata sampai saat ini masih seorang yang saya anggap lebih besar dibanding Damar Julianto. Karena itu sudah sepantasnya ia juga yang seharusnya memulai tindakan yang menunjukkan kebesaran hati yang sudah sepatutnya dimiliki seorang figur publik.

Saya berharap penulis Andrea Hirata mengambil langkah bijak ke depannya. Sesama penulis sudah seharusnya tidak saling menuntut hanya karena tulisan. Pencemaran nama baik adalah pasal favorit penguasa anti kritik, jangan pernah tergiur untuk mengikuti jejak mereka.

*

Salam Damai.

Pintu rekonsiliasi jauh lebih indah daripada pintu pengadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun