Mohon tunggu...
Reitsa Ramadhani
Reitsa Ramadhani Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM UIN WALISONGO SEMARANG

HOBI SAYA MENGGAMBAR DAN GEMAR MELIHAT LANGIT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tragedi Kekerasan Di Pondok Pesantren: Menggali Akar Dan Mencari Solusi Menggunakan Penerapan Manajemen Dakwah

30 Mei 2024   16:36 Diperbarui: 30 Mei 2024   16:56 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/1AUa4DJU6W1mBgEB8Input sumber gambar

ABSTRAK

Kasus-kasus kekerasan dan penyimpangan sosial makin marak terjadi di Indonesia dalam ranah pendidikan pun tidak luput oleh hal tersebut baik pendidikan formal atau pendidikan non formal seperti salah satu kasus yang terjadi di Kediri Jawa Timur seorang santri yang bernama Bintang Balqis Maulana (14) asal Banyuwangi tewas di pondok pesantren (Ponpes) Al-Ishlahiyyah, Kota Kediri, Jawa Timur. Tewas dengan tubuh yang dipenuhi luka-luka lebam dan terdapat luka bekas sudutan rokok. Penyebab kematiannya disebutkan karena terpeleset di kamar mandi, namun keluarga mendapati kain kafan korban yang bercucuran darah sehingga membuat janggal penyebab kematian santri yang berusia 14 tahun tersebut keluarga korban menduga jika korban meninggal secara tidak wajar namun pihak pesantren seolah-olah tidak mengetahui hal tersebut dan menutup-nutupinya. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai peran manajemen dalam  menegakkan nilai-nilai moral dan mengedukasi para santri tentang pentingnya akhlak dan perilaku rasa hormat terhadap sesama di lingkungan sosial.

ABSTRACT

Cases of violence and social deviance are increasingly common in Indonesia, in the realm of education and this is not spared, either formal education or non-formal education, such as one case that occurred in Kediri, East Java, a student named Bintang Balqis Maulana (14) from Banyuwangi died at the Al-Islahiyyah Islamic boarding school (Ponpes), Kediri City, East Java. He died with a body covered in bruises and cigarette burns. The cause of death was stated to be a slip in the bathroom, but the family found the victim's shroud dripping with blood, making it strange that the cause of death of the 14-year-old student. The victim's family suspected that the victim had died unnaturally, but the Islamic boarding school did not seem to know this and closed it. -cover it up. In this article, we will discuss the role of management in upholding moral values and educating students about the importance of morals and respectful behavior towards others in the social environment.

Kekerasan dan penyimpangan sosial merupakan sesuatu yang menyimpang dari diri seseorang yang tidak semestinya ada pada diri seseorang kecuali jika orang tersebut memiliki masalah pada dirinya sendiri. Kekerasan merupakan suatu aktivitas menyelakai, melukai seseorang yang dilakukan dengan sengaja baik secara fisik atau non fisik yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain dan menyebabkan kerugian. Penyimpangan sosial adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada di masyarakat atau suatu kelompok yang aturan tersebut telah disepakati bersama.  Kasus-kasus kekerasan dan penyimpangan sosial tidak sedikit terjadi di Indonesia.

Pada bulan Februari 2024 lalu tepatnya pada Jum'at, 23 Februari 2024 seorang santri pondok pesantren Al-Ishlahiyyah dianiaya oleh para seniornya. Adapun empat tersangka yang menyebabkan tewas nya santri di Kediri adalah MN berusia 18 tahun asal Siduarjo, MA berusia 18 tahun asal Kabupaten Nganju, AF berusia 16 tahun atas Denpasar Bali, dam AK berusia 17 tahun asal Surabaya. Sementara, Bintang Balqis Maulana yang masih berusia 14 tahun merupakan adik kelas para pelaku. Bintang Balqis Maulana adalah santri di pondok pesantren di Kediri yang duduk di kelas 8 SMP sederajat. Bintang berasal dari Afdeling Karanganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo , Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Bintang Balqis Maulana meninggal dunia setelah dianiaya oleh para pelaku. Pihak kepolisian menduga, penganiayaan kepada korban dilakukan berulang kali. Diduga, terjadi kesalahpahaman antara pelaku dan korban, sehingga terjadi penganiayaan berulang. Namun demikian. Pihak kepolisian hingga saat iniu masih mendalami kasus tersebut dengan meminta keterangan dari pihak pondok pesantren dan dokter yang memeriksa jenazah. Dilansir dari Tirto.com pada 27 Februari 2024.

Kasus penganiayaan yang berakibat meninggalnya Bintang Balqis Maulana (14), santri di pondok pesantren al Hanafiyyah asal Banyuwangi, disebut-sebut merupakan kesalahpahaman yang berujung pada penganiayaan dan berujung pada kematian yang mengenaskan sang santri. Rini Puspitasari, pengacara empat santri pelaku kekerasan, berbicara kepada beberapa wartawan, Rabu (28 Februari 2024). Rini menjelaskan, penganiayaan terhadap Bintang bermula setelah pelaku mendengar dan mengetahui korban tidak ikut salat berjamaah. Beberapa hari lalu, Bintang sempat merasa tidak enak badan, namun tetap disuruh bekerja tugas piket kebersihan. Meski bermaksud memberikan nasehat dan bertanya, namun jawaban Bintang tidak jelas dan keempat pelaku pun emosi hingga berujung pada pemukulan pertama pada Selasa (20 Februari 2024). Korban diketahui tak lagi menghadiri tidak ikut salat lagi pada Rabu (21 Februari 2024). Pelaku kemudian mengajak korban untuk salat dan mandi, namun korban dalam keadaan telanjang keluar dari kamar mandi. Hal itu kemudian membuat para pelaku emosi korban kembali diserang ditambah lagi jawaban pertanyaan tidak jelas. Korban sempat mendapat perawatan karena luka di pipinya, namun pada hari Jumat (23/2/2024) dini hari, kondisinya pucat dan dilarikan ke rumah sakit untuk diperiksa namun diagnosisnya. Korban dilaporkan meninggal karena luka-lukanya.                                                   Selanjutnya kejadian dilaporkan kepada pengasuh dan setelah dimandikan kemudian dipulangkan ke Banyuwangi. Dijelaskan Rini, ke empat pelaku penganiayaan seluruhnya masih dibawah umur. Upaya rekonstruksi untuk mengungkapkan kasus penganiayaan terhahap Bintang Balqis Maulana pun dilakukan. Korban diketahui dianiaya di tiga lokasi. Dan dari hasil rekonstruksi tersebut terkuak bahwa keempat seniornya telah menganiaya Bintang secara berulang-ulang hingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Dilansir dari Liputan 6.

https://images.app.goo.gl/1AUa4DJU6W1mBgEB8Input sumber gambar
https://images.app.goo.gl/1AUa4DJU6W1mBgEB8Input sumber gambar

KRONOLOGI KEKERASAN

 Sumber Radar Kediri

  • AK, 17, mendatangi Bintang dikamarnya. Dia memukul lengan kiri Bintang sebanyak empat kali dan mendorongnya hingga membentur lemari.
  • AK, 17; AF, 16; MN, 18;dan MA, 18; mendatangi Bintang dikamar bersamaan. Mereka sempat cekcok hingga Bintang ditampar mulutnya tiga kali oleh AK. Bintang hendak berdiri tapi AK juga berdiri, dia langsung dibanting hingga terjatuh di lantai. Setelah Bintang duduk, AF memukul lengan kiri dan punggung nya sebanyak enam kali. MA juga menendang dan memukul punggung Bintang. Masing-masing tiga kali dan empat kali. AK masih sempat menampar wajah Bintang mengenai mata sebanyak tiga kali hingga hidungnya mimisan.
  •  Bintang didapati telanjang dan berdiri di depan kamar. Dia dinasihati oleh MA, namun Bintang cuek. MA yang emosi memukul kepala Bintang empat kali. AK yang terbangun juga memukul punggung Bintang hingga tiga kali. Bintang berlari hingga di dekat kolam, di sana dia dipukul dadanya tiga kali oleh AK. Tubuhnya juga dibanting sekali hingga terjatuh di tanah. Bintang yang tak berdaya ditindih tubuhnya, kemudian dipukul wajahnya beberapa kali. AK lantas mengambil ranting dan memukulkan ke punggungnya.  Dianiaya bertubi-tubi tubuh Bintang lemas. Namun dia masih diangkat tubuh nya dan dijatuhkan ke tanah selama beberapa kali.

  • Bintang Balqis Maulana sebelum dijemput ajal, remaja berusia 14 tahun itu sempat mengirim pesan meminta tolong kepada mamanya. Ia sudah tak kuat lagi menahan beratnya penyiksaan yang Ia terima salama ini. Pesan itu berisi permintaannya untuk dipulangkan dari pondok yang berada di Kecamatan Mojo, Kota Kediri. Bintang mengaku sudah tidak kuat berada disana.
  • "sini jemput Bntang" tulis Bintang dalam chat WA yang ditunjukkan keluarga korban kepada detikJatim, Selasa (27/2/2024) mendapat pesan tersebut, keluarga sempat meminta Bintang untuk bersabar. Keluarga berjanji akan menjemput Bintang selepas Ramadhan. Namun, dengan tegas Bintang menolaknya. Suyanti, mama Bintang juga sempat memberi pesan motivasi kepada anaknya. Dengan berbagai bujuk rayu, termasuk memberikan sepeda motor ketika Bintang sudah lulus sekolah. Akan tetapi sepertinya Bintang dalam keadaan ketakutan , sehingga Ia tetap meminta agar keluarga segera menjemputnya. Selain itu juga Bintang mengirim pesan bahwa Ia ketakutan tetapi tidak menjelaskan apa yang membuatnya ketakutan. Keluarga tak menduga ternyata itu adalah pesan terakhir dari Bintang. Pada Jumat (23/2) Bintang benar-benar pulang tetapi dengan konsisi yang sudah tidak bernyawa. Bintang meningal dengan kondisi penuh luka disekujur tubuhnya. Ia diduga menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah santri senior di pondok pesantren tersebut. Kakak korban, Mia Nur Khasanah (20) melihat jenazah adiknya dalam kondisi tidak lazim. Setelah jenazah dikeluarkan dari mobil, disitulah kecurigaan keluarga mulai muncul. Kala itu, darah terus mengucur dari keranda yang membawa jasad Bintang. Berawal dari itulah, kemudian keluarga korban meminta agar jasad korban dibuka. Permintaan pihak keluarga awalnya sempat dihalangi oleh FTH. "kata sepupu saya, jenazahnya sudah suci. Jadinggak perlu dibuka (kain kafan) itu. Tapi kami tetap ngotot karena curiga adanya ceceran darah keluar dari kerand. Di situ perasaan saya dan ibu campur adu", ungkap Mia. Desakan keluarga ditambah tetangga yang ikut menyambut kedatangan jenazah Bintang. Tak mampu ditolah FTH, termasuk pihak pesantren hingga kemudian pihak keluarga terperangah melihat jenazah Bintang. "Astagfirullah. Luka lebam di sekujur tubuh ditambah ada luka seperti jeratan leher. Hidungnya juga terlihat patah. Tak kuasa menahan tangis. Ini sudah pasti bukan jatuh tapi dianiaya," tambah Mia. Mia menambahkan, sejumlah luka sundutan rokok terlihat di kaki korban. Jumlahnya lebih dari menurutnya seperti berlubang. Karena dinilai janggal, keluarga kemudian melaprkan insiden ini ke polisi. Sementara, Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega mengatakan kasus ini tengah ditangani oleh Polres Kediri Kota. Sebelumnya, jenazah korban sempat di autopsi di RSUD Blambangan. Namun hasilnya langsung diserahkan ke Polres Kediri Kota untuk diselidiki lebih lanjut. "Ya hasilnya benar memang ada luka, tapi untuk mengungkapkan adanya penganiayaan atau tidak menunggu penyelidikan dari Polres Kediri," terangnya. (jatim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun