Mohon tunggu...
Redza Dwi Putra
Redza Dwi Putra Mohon Tunggu... -

nothing,,just wanna to get more information and get more knowledge,,I wish to get anything from this site.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PON Riau XVIII-Welcome The Hero

12 September 2012   07:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhelatan olahraga terbeasar di tanah air kembali hadir, PON (Pekan Olahraga Nasional). Pekan olahraga yang diadakan setiap empat tahun sekali ini tampak begitu berbeda. Provinsi Riau yang menjadi tuan rumah perhelatan olahraga bergengsi ini pun dengan begitu antusiasnya menyiapkan segala persiapannya dengan begitu susah payah.  Dengan 11.276 atlet, PON Riau kali ini terasa berbeda. Pasalnya, jumlah atlet itu terbanyak sepanjang pergelaran PON yang dimulai sejak 1948 di Surakarta. Dengan lambang PON kali ini yaitu perahu lacang kuning dan maskotnya adalah burung serindit, hewan khas dari Riau menambah keunikan dari pergelaran event olahraga terakbar di bumi pertiwi ini.

Tepat pada 11 September 2012 malam, PON XVIII secara resmi dibuka oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Stadion Utama Riau. Beragam atraksi spektakuler ditampilkan demi memeriahkan event olahraga empat tahun sekali ini. Beragam budaya asli Indonesia juga ikut dipentaskan dengan didesain oleh koreografer-koreografer ternama. Ya, walaupun di berbagai media disebutkan bahwa Opening Ceremony PON kali ini begitu minimalis, setidaknya kita perlu mengapresiasi berbagai persiapan tuan rumah demi menyambut Sang Juara di bumi lancing kuning ini. Penampilan budaya Indonesia disuguhkan dengan begitu menarik. Konsep pencahayaan yang mempesona, serta desain stadion yang disulap seperti panggung pagelaran seni inilah yang membuat opening ceremony PON terasa menarik.

Terlepas dari beragam kesemrawutan yang terjadi, adakalanya sesekali kita merenungkan sejenak bahwa bangsa kita ini kaya akan beragam budaya yang perlu dibanggakan, budaya yang semakin hari semakin pudar oleh pengaruh globalisasi yang kian menggerus. Kebanggaan yang seharusnya tertanam di jiwa bangsa ini. Budaya yang tidak boleh kita lupakan. Ya, opening ceremony PON kali inilah yang mengingatkan kita, bahwa Indonesia sesungguhnya punya beragam budaya yang amat sangat pantas untuk dibanggakan. Bukan hanya sebagai mutaira yang terpendam nun jauh di dalam samudra sana.

Opening ceremony yang begitu memukau tidak kalah pula dengan segala kesemrawutan yang terjadi di PON XVIII kali ini. Mulai dari fasilitas olahraga yang kurang memuaskan, akomodasi para atlet kontingen yang mengenaskan, hingga permasalahan pertandinagn yang terancam dibatalkan pun mewarnai PON kali ini. Dibalik itu semua, masih saja korupsi menggerogoti ajang olahraga terbasar ini. PON yang seharusnya didukung sepenuhnya oleh semua elemen masyarakat, telah menjadi santapan bergizi oleh para pejabat-pejabat korup di negri ini. Mengapa mereka tidak berbenah diri? Bukankah setahun lalu mereka pula telah mempermalukan Indonesia di event Olahraga tebesar se Asia Tenggara ini dengan menyelipkan sejumlah anggaran yang seharusnya digunakan untuk event ini. Ya, tetapi mengapa, masih saja mereka terperosok ke dalam lubang yang sama?. Masih saja hal yang sama terulang kembali. Indonesia seperti kehilangan martabatnya dikala ikut serta dalam event olahraga apapun.

Entahlah, begitu kejinya mereka. Efek korupsi yang membuat dampak yang begitu besar pada jalannya event ini. Pembangunan yang sudah direncanakan empat tahun  masih saja dikebutkan, bahkan pada hari H pun masih saja terlihat kegelagapan untuk mengejar pembangunan yang tidak selesai sesuai target. Dengan logika yang sederhana, empat tahun adalah waktu yang sangat cukup untuk menyiapkan segalanya. Ya, lagi-lagi seliapan uang kembali terjadi di berbagai pejabat-pejabat terkait. Akibatnya, PON yang menjadi sasarannya. Ya, pantas saja yang telah disebutkan di atas bahwa beberapa media menilai PON kali ini begitu minimalis. Inilah salah satu dampak yang terjadi.

Ya, apapun kondisinya, Walaupun berbagai keluhan keluar dari para atlet, jangan sampai menyurutkan kobaran semangat dalam bertanding. Juara tetaplah Juara. Koruptor tetaplah koruptor. Yang menang tetaplah menang dan perlu diapresiasi. Yang salah tetaplah salah dan harus dihukum secara pasti. Amanah yang telah diemban oleh para kontingen daerah harus dijalankan sebaik mungkin. Buktikan bahwa semangatmu untuk mengemban amanah daerah asal yang telah dipercayakan kepadamu ditunjukan kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas penyelenggaraan ini. Biarkanlah mereka merasa malu atas sikapnya yang selama ini salah yang engkau tunjukan dengan prestasi yang engaku raih di ajang PON XVIII ini. Selamat datang Sang Juara. Selamat bertanding Sang Juara.

Buat apa kau menangis jika masih ada senyum, buat apa kau mundur kawan, jika hidup berjalan maju. bila kau terjatuh, segera bangkit dan bangun. pusatkan pikiran dan tetap melaju. Fokus, konstan..!! tetap lihat ke depan kawan, genggam erat pegangan, lihatlah titik tuju, raih pusat sasaran, jadilah nomor satu. (Bondan Prakoso and Fade 2 Black - Sang Juara)

Selamat datang sang juara

Siap sepenuh jiwa

Bukti keringat kita semangat Go Indonesia!

Ini semangat kita, semangat sang juara

Bukti keringat kita, semangat untuk Indonesia…

Selamat datang sang juara…

(Lagu Resmi PON RIAU XVIII)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun