Mohon tunggu...
Hamid Redi
Hamid Redi Mohon Tunggu... Jurnalis - Literature Indonesian Student in Universitas Indonesia

Indonesian Literature student last semester with three internship experiences in Administration and librarianship positions as well as event manager in a large company and government. Have the ability to drafting and preparing cooperation documents, archive documents and books regularly manually and digitally, distribute products, compile reports, write descriptive articles, edit writings/works, book inventory, design competition events, and store documentation. Have the consistency to explore various things and new fields, especially media aspiring to have a career as a journalist.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Dinamika Perkembangan Sastra Menuju Dunia Metaverse

14 Januari 2023   23:04 Diperbarui: 14 Januari 2023   23:07 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra digital: perkembangan dan kemajuan teknologi belakangan ini sangat pesat, hal itu dibuktikan dengan telah banyaknya kegiatan sosial, pendidikan, berkarya, dan bekerja masyarakat dilakukan secara digital. Tidak dapat dipungkiri, hal itu juga berdampak pada kegiatan bersastra para sastrawan, misalnya, para penulis novel yang berkarya melalui aplikasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas, ruang virtual tersebut menjadi ajang berkarya dan berkompetisi secara bebas. 

          Situasi ini sangat berbeda dengan para sastrawan generasi sebelumnya, seleksi dan fasilitas sangat ketat, keseriusan berkarya dan kesabaran dalam menjalani kegiatannya, misalnya dimulai dari mencari ide dalam menulis novel hingga dibuat menjadi sebuah film. Namun, saat ini para penulis novel dapat dengan mudah mementaskan dramanya menjadi sebuah film atau yang sering dikenal masyarakat umum dengan web series. Saat ini banyak orang yang menjadikan komen, like, dan jumlah pembaca menjadi tolak ukur kesuksesan dan keberhasilannya dalam berkarya. Kewibawaan kritikus, keangkeran gelar akademik, dan mahakarya para maestro dengan segala capaian estetiknya, hilang dan digantikan dengan hal itu. Sehingga, jumlah kuantitas disini menjadi sangat berarti yang menyebabkan kompetensi, kualifikasi, dan otoritas dikesampingkan dengan adanya fenomena itu. 

         Perubahan dalam dunia virtual ini adalah salah satu bentuk keniscayaan, kita tidak dapat menolak dan menghindar darinya. Lalu kebijaksanaan diri sangat dibutuhkan untuk menyikapi hal ini, supaya kita terhindar dari berbagai hal yang merugikan. Kondisi para sastrawan saat ini di Indonesia menurut saya belum siap secara penuh, masih perlu banyak belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Akan tetapi, dengan niat dan usaha untuk selalu belajar tidak ada kemustahilan untuk untuk hal ini.

          Ketika berbicara mengenai kegiatan bersastra dengan dunia Metaverse, mungkin belum banyak orang yang berpikir terkait bagaimana kondisi perkembangan sastra pada masa itu di masa depan. Dunia Metaverse sendiri dapat digambarkan sederhana dimana semua interaksi manusia dilakukan secara virtual secara penuh, misalnya berbelanja, belajar, bekerja, berolahraga, dan aktivitas sehari-hari lainnya yang dilakukan oleh masyarakat di dunia. Intinya, kita melakukan hal-hal seperti yang kita lakukan di dunia nyata dapat kita lakukan juga secara penuh dalam dunia digital atau virtual. Hal ini dapat diwujudkan dari beberapa elemen teknologi seperti virtual reality, augmented reality (AR), dan video. 

           Mungkin bagi sebagian orang sulit membayangkan bagaimana interaksi sosial dalam dunia metaverse ini di masa depan, tetapi tanpa kita sadari proyek besar ini telah dimulai belakangan ini. Seperti beberapa waktu yang lalu banyak berita yang membahas terkait brand-brand pakaian terkenal seperti Adidas dan Nike yang telah mengumumkan bahwa mereka siap memulai untuk ekspansi ke dunia virtual ini, dilanjutkan dari perusahaan yang biasa kita pakai sehari-hari saat belajar dan bermain media sosial seperti Microsoft, Google, dan Amazon juga telah memastikan kesiapan mereka untuk bergabung. Bahkan induk start up Whatsapp dan Instagram yaitu Facebook telah resmi mengumumkan mengubah namanya menjadi Metaverse. Semua tindakan yang dilakukan oleh mereka memperlihatkan keseriusan dalam mengembangkan teknologi ini.

         Semua orang pasti bertanya; bagaimana dampak Metaverse pada perkembangan sastra?. Dampak yang paling mudah kita lihat adalah terkait dengan legalitas dan hak paten sebuah karya sastra, karena dalam Metaverse terdapat sebuah sertifikat digital yang bernama Blockchain dimana sistem kerjanya dapat mencatat seluruh alur kepemilikan dari sebuah produk yang digitalkan dalam Metaverse. Sehingga, ketika seorang penyair atau pun sastrawan ingin menjual karyanya atau hanya sekedar mendigitalkan karyanya dengan adanya legalitas digital ini dapat dipastikan keasliannya.

          Dalam drama, Metaverse ini juga sangat bermanfaat dimana nantinya pementasan drama bisa kita lakukan secara nyata dalam dunia metaverse, nantinya kita dapat mementaskan drama dari rumah masing-masing di dunia nyata tetapi dalam dunia Metaverse kita dapat merasakan pemandangan kita berada pada satu panggung dna ruangan yang sama. Sehingga, kita dapat mengatur dan merancang kostum, properti, pencahayaan, dan panggung untuk pementasan secara virtual, tentu saja jika ini bisa diterapkan di masa depan dampaknya pasti sangat luar biasa bagi perkembangan sastra. Kemudian, muncul lagi pertanyaan; bagaimana cara bertransaksi di Metaverse seperti cara membeli tiket pementasan dan penyewaan panggung?. Jadi nantinya mata uang yang digunakan di Metaverse adalah bernama crypto (bitcoin, ethereum, doge, binance, solana, mana, Cardano dkk). Seperti yang kita ketahui, saat ini crypto digunakan sebagai produk investasi dan trading. Nantinya, ketika orang memberi token crypto kepada kita maka mata uang digital ini dapat kita tukarkan (kompersi) dalam mata uang di dunia nyata saat ini seperti rupiah, dollar, rupee, dan berbagai jenis mata uang lainnya di dunia nyata.

          Digitalisasi juga tentunya bermanfaat bagi keabadian karya-karya sastra di masa lampau dan sekarang, seperti yang kita ketahui contohnya saat ini pemerintah dan institusi pendidikan sangat gencar melakukan digitalisasi karya sastra (naskah klasik) untuk menyelamatkannya dari berbagai gangguan seperti bencana alam, kebakaran, pencurian, dan kerusakan lainnya, misalnya untuk naskah-naskah kuno, dalam  Metaverse terdapat cara mendigitalkan sebuah foto, musik (suara), dan video yang bernama Non Fungible Token (NFT) dengan cara ini kita dapat mengetahui dan memberikan keterangan terkait pemilik aslinya, metode ini dapat  diterapkan oleh pemerintah kedepannya supaya mempermudah semua pihak ketika membutuhkan data dari naskah tersebut dapat langsung mendapatkan semua data yang dibutuhkan tanpa perlu pindah dari satu situs ke situs lainnya, seperti yang kita lakukan saat ini. Dengan NFT ini nantinya kita dapat mengakses semua data yang diperlukan dalam satu tempat.

         Dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan segala dinamika perkembangan sastra di era Metaverse di masa depan. Bila kita diperhatikan perkembangannya sekarang, teknologi ini masih perlu peningkatan dan pengoptimalan sarana dan prasarana pendukungnya, seperti teknologi web three dan peningkatan kecepatan internet "jaringan 5G". Memang saat ini jaringan tersebut telah tersedia di beberapa tempat tetapi kenyataanya masih banyak kekurangan, hambatan, dan perlu pengoptimalan serta pemerataan kembali supaya dapat berfungsi dengan baik dan sesuai kebutuhan penggunanya. Kerja keras dan sikap kritis dari para sastrawan juga dibutuhkan dalam hal ini, supaya fenomena yang sekarang terjadi dalam dinamika sastra Indonesia di dunia virtual yang seolah berhadapan dengan kebebasan, unjuk pamer diri, dan saling menyalip. Sehingga, menjadi tidak ada seorangpun yang dapat menjadi semacam penyaring, pemandu, penapis, dan pemberi nilai kualitas karya sastra yang tepat.

           Untuk memastikan dan mengukur tingkat kelancaran dan kesuksesan semua proses bersastra di ruang dunia Metaverse, masih perlu penelitian lebih lanjut dan mengamati secara langsung terkait bagaimana  penerapannya. Namun, persiapan sastrawan dari sekarang bisa dilakukan dengan upaya untuk selalu memperbaiki berbagai kesalahan dan kekurangan di masa sekarang, karena kita semua yakin dan berharap dinamika perkembangan sastra di Indonesia akan terus berevolusi menjadi yang terbaik dengan mengikuti perkembangan teknologi. Sehingga, sastra dapat berkolaborasi dengan disiplin ilmu lainnya (terutama teknologi) karena kita semua tahu bahwa kolaborasi merupakan upaya yang banyak dilakukan oleh berbagai pihak agar dapat menghasilkan karya dan ide yang cemerlang.

              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun