Jalan Gatot Subroto Solo memang tampak begitu indah di malam hari. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, berhasil menciptakan ruang-ruang publik yang ramah dan nyaman. Ruas jalan yang berada di jantung kota Solo ini disulap menjadi kawasan yang menjadi salah satu tujuan kunjungan wajib wisatawan.
Mengapa Jalan Gatot Subroto begitu menarik perhatian masyarakat? Banyaknya kanopi-kanopi sepanjang koridor serta lampu-lampu kecil sangat mendukung keindahan seni mural yang apik karya seniman-seniman di sepanjang deret pertokoan Jalan Gatot Subroto.
Seniman-seniman yang berasal dari berbagai daerah ini digandeng oleh Pemkot Solo beserta komunitas street art Solo, yaitu Solo is Solo untuk menciptakan seni mural yang dapat dinikmati masyarakat. Karya para seniman ini mampu mengubah kesan kumuh jalan menjadi lebih berwarna dari berbagai coretan di tembok-tembok di sudut-sudut kota.
 Hampir setiap malam, Jalan Gatot Subroto ini tak pernah surut oleh orang-orang yang silih berganti melintas dan berhenti untuk menikmati karya-karya mural ini serta mengambil foto untuk mengabadikan momen.
Awal Mula Street Art Mural Gatot Subroto dan Solo is Solo
Sebelum terbentuknya Jalan Gatot Subroto yang rapih dan indah seperti sekarang ini, ada keresahan masyarakat yang memiliki toko di deretan jalan tersebut. Pada masa itu banyak sekali orang-orang yang melakukan vandalisme di pintu toko mereka. Pemerintah Kota Solo pun turun tangan dengan melarang kegiatan tersebut dan memperbaiki toko dengan mengecat ulang pintu toko milik masyarakat. Namun permasalahan vandalisme tersebut tidak selesai begitu saja. Mereka mendapatkan lahan baru di daerah lain untuk melakukan vandalisme. Akhirnya, Wali Kota Surakarta, F. X. Hadi Rudyatmo turun tangan dengan menggandeng para seniman street art muda untuk memecahkan masalah tersebut.
Para seniman muda ini terbentuk pada suatu komunitas street art yang bergerak pada seni mural yang sekarang ini lebih dikenal dengan komunitas Solo is Solo. Pada awalnya, komunitas mural ini dibentuk oleh beberapa mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada seni publik pada tahun 2016. Awalnya, komunitas ini dibentuk hanya serta merta untuk menyatukan para seniman muda yang berkarya pada kesenian publik atau seni mural.
Seiring perkembangannya, komunitas ini pun menjadi besar dan bisa bekerjasama dengan Pemerintahan Kota Solo untuk ikut membangun ruang publik di Kota Solo.
Pemerintahan Kota Solo senang dengan hasil karya dari para seniman muda ini dan karena hak ini, mereka diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk menggandeng para seniman liar yang sering melakukan vandalisme di pertokoan warga untuk ikut bergabung memperindah Kota Solo dengan berkarya yang sah. Mereka diberi ruang oleh pemerintah untuk berkarya mural di sepanjang pertokoan di Jalan Gatot Subroto.
 destinasi yang wajib dikunjungi di Solo.
Tidak disangka, impact yang didapat dari karya mural tersebut sangat besar. Masyarakat Kota Solo mulai banyak berdatangan untuk melihat-lihat mural mural tersebut. Masyarakat banyak yang mengunggah berita mengenai hal ini dan mural-mural di Jalan Gatot Subroto pun menjadi viral dan saat ini menjadi salahKomunitas mural dan para senimannya pun juga mendapatkan impact yang besar. Dengan populernya karya-karya mereka, berkarya di pusat Kota Solo ini pun menjadi mata pencaharian bagi mereka. Komunitas ini pun semakin berkembang dan akhirnya diresmikan di tahun 2021 dengan nama Solos is Solo yang hingga saat ini telah berkembang menjadi pusat seniman-seniman mural di Kota Solo.
Perkembangan dan Dampak Street Art dan Solo is Solo pada Masyarakat
Solo is Solo Street Art semakin berkembang dan saat ini sepanjang Jalan Gatot Subroto sudah menjadi destinasi resmi dan menjadi salah satu yang wajib dikunjungi. Street art ini pun semakin berkembang tidak hanya menampilkan jajaran mural saja namun ada banyak kegiatan lain yang bisa dinikmati oleh masyarakat seperti live music dan Solo Art Market yang paling banyak diminati masyarakat.
Solo Art Market yang dicetuskan di tahun 2022 ini diadakan untuk meningkatkan kesejahteraan UMKM di daerah Solo. Barang yang dijual disini pun juga memiliki nilai seni namun yang lebih sederhana dan mudah dimiliki masyarakat seperti pernak-pernik. Dengan ini masyarakat bisa lebih mudah mengenal seni selain sebuah karya berbentuk mural.
Karya muralnya hingga saat ini pun masih terus selalu berkembang. Di tahun ini sudah 3 kali mengadakan festival pembuatan mural yang diikuti oleh para seniman yang berasal dari berbagai daerah. Festival-festival seperti ini selanjutnya akan diadakan rutin setiap tahunnya untuk mengembangankan pariwisata kota Solo dan juga seniman-seniman mural.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H