52% pengguna Instagram lebih memilih untuk mendapatkan informasi berita dari influencers (content creator). Sedangkan hanya 42% yang memilih mendapatkan informasi berita dari media arus utama dan 31% dari media alternatif.
Sama seperti Instagram, pengguna TikTok mayoritasnya juga lebih memilih informasi berita dari influencers (content creator) di angka 55%. Uniknya di TikTok adalah penggunanya lebih memerhatikan sumber berita dari orang biasa daripada media arus utama. Media arus utama justru berada di peringkat ketiga dengan angka 33% dan orang biasa ada di peringkat kedua dengan angka 44%.
Hal ini tidak terlepas dari algoritma TikTok, di mana setiap orang bisa dengan mudah menjadi viral. Asalkan konten yang dihadirkan menarik dan unik maka konten tersebut bisa menjadi viral. Viralnya konten-konten tersebut membuat orang biasa bisa menjadi sumber informasi berita utama bagi sebagian pengguna.
Pergeseran sumber informasi utama audiens dari media arus utama atau media alternatif ke content creator tentu menjadi sebuah keprihatinan. Hal ini karena berita yang dibawakan oleh para content creator belum tentu benar seluruhnya. Jurnalis perlu mengambil langkah lebih agar bisa mendapatkan panggung utama sebagai sumber utama informasi berita.
Jurnalis yang mengedepankan fakta dan aktualitas harus bisa berinovasi dan semakin kreatif. Informasi berita harus dibawakan dengan kombinasi visual dan audio yang menarik. Hal ini semata-mata agar masyarakat bisa mengetahui fakta yang sebenarnya.
Apa yang Harus Jurnalis Lakukan?
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para jurnalis untuk merebut pasar informasi berita. Khususnya yang berada di media arus utama maupun media alternatif.
Pertama adalah mengubah gaya komunikasi. Pemberitaan suatu peristiwa harus mengikuti gaya komunikasi generasi muda. Mengikuti gaya komunikasi generasi muda ini dapat membangun jembatan kepercayaan antara media dengan audiens. Dengan begitu, media akan mendapatkan audiens yang loyal.
Audiens sekarang sangat suka terhadap konten yang menarik secara visual. Selain itu, para jurnalis harus mengetahui bahwa audiens sekarang lebih menyukai bite-sized content. Oleh karena itu, kombinasi visual dan konten-konten singkat bisa menarik perhatian audiens.
Selanjutnya adalah fokus pada audiens. Jurnalis harus melakukan pendekatan yang lebih personal terhadap audiens mereka. Utamakan sebuah konten yang menunjukkan dari penulis (jurnalis) kepada audiens. Jangan buat seolah-olah konten tersebut dibuat oleh perusahaan untuk audiens.