Mohon tunggu...
Redi liana
Redi liana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran

Warga biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Kapitalisme

3 Desember 2018   19:25 Diperbarui: 3 Desember 2018   19:42 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembacaan tersebut dilakukan oleh Wood melalu dimensi sejarah. Pada abad 16, karakter lapisan masyarakat Inggris sangat berbeda dengan negara Eropa yang lain. Fenomena penaklukan kaum Norman, menghasilkan monarki yang sangat terpusat dan kuat di Inggris. Seluruh aktivitas ekonomi di monopoli oleh monarki, akibatnya kelas aristokrat pemilik tanah tidak diperbolehkan lagi melakukan kegiatan ekstra- ekonomi (pengambilan upeti dari petani). Untuk bertahan hidup, para aristokrat pemilik tanah hanya mengandalkan mekanisme ekonomi, yaitu dari harga sewa tanah.

Karena situasi demikian, para pemilik tanah harus memainkan harga sewa tanah seturut dengan ongkos dan hasil produksi serta konsumsi yang digerakkan oleh pasar. Akibatnya harga sewa tanah di Inggris sangat fluktuatif tergantung konsumsi pasar. Dulu sebelum ada monopoli dari monarki, harga sewa tanah cenderung stabil, karena aristokrat pemilik tanah bisa mengambil keuntungan dari upeti. Akibatnya, pasca aturan pelarangan kegiatan ekstra ekonomi bagi pemilik tanah, hanya dengan memainkan harga sewa mereka bisa bertahan hidup.

Sementara bagi petani penggarap, dimainkannya harga sewa tanah memaksa petani untuk memutar otak agar tetap bisa menyewa tanah. Karena dari tanah yang disewa, petani bisa melakukan aktivitas produksi untuk bertahan hidup. Disinilah muncul persaingan antar petani untuk menawarkan harga sewa paling tinggi agar bisa mendapatkan lahan. 

Akibatnya, petani harus menekan ongkos produksi dan meningkatkan produktivitas demi meraup keuntungan untuk menyewa tanah. Karena keuntungan yang di dapat dari hasil produksi semata, tidak bisa diandalkan untuk memenuhi ongkos sewa lahan yang kompetitif. Hal itu terjadi karena  hasil penjualan tidak bisa dikendalikan oleh petani, melainkan oleh pasar.

Disinilah pasar menjadi sesuatu yang memaksa, bukan sebuah mekanisme biasa seperti era sebelumnya, dimana para produsen bisa bebas menjual atau tidak hasil produksinya. Ini lah yang oleh Wood disebut sebagai kapitalisme; pasar bukan menjadi mekanisme perdagangan biasa, tapi penentu utama dan pengatur seluruh aspek kehidupan, bahkan keberlangsungan hidup itu sendiri.

Redi Liana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun