Mohon tunggu...
Rediandi Rachmad Anandana
Rediandi Rachmad Anandana Mohon Tunggu... Freelancer - Clickbait news understander

An aspiring mediocre writer

Selanjutnya

Tutup

Worklife

4 Hal Penting yang Saya Pelajari Saat Pandemi Covid-19

8 Mei 2021   10:55 Diperbarui: 8 Mei 2021   11:02 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah satu tahun lebih lamanya kita berjibaku dengan pandemi Covid-19 dan kelihatannya belum ada titik terang sampai saat ini. Virus Corona telah memutar-balikkan kehidupan normal yang sebelumnya biasa kita nikmati tanpa menyadari sedikit rasa syukur. Jutaan nyawa telah direnggut di seluruh dunia dan puluhan ribu di Indonesia. Dampak pembatasan sosial, lockdown, dan resesi ekonomi menghantam jutaan orang yang mengakibatkan kehilangan pekerjaan, sumber pendapatan, dan menambah kemiskinan. Terutama bagi generasi muda lulusan baru yang berharap mendapat pekerjaan dan ingin meniti karir, lenyap begitu saja. Jutaan orang kehilangan pekerjaaan dan menjadi pengangguran dan saya salah satu diantaranya. 

Saya memperoleh gelar Sarjana pada Januari 2020. Walaupun sebelum pandemi bursa kerja memang sudah sangat ketat, sebagai seorang lulusan baru tentunya saya sangat bersemangat dan penuh akan optimisme. Dua bulan saya aktif mencari pekerjaan, pada maret 2020 kasus pertama Covid-19 ditemukan. Dampak ekonomi akibat pandemi dan pembatasan sosial adalah yang paling pahit dirasakan bagi saya dan jutaan orang lainnya. Kehilangan pekerjaan, pendapatan, kesempatan kerja, minimnya lowongan, banyak perusahaan dan usaha kecil bangkrut adalah beberapa diantaranya. 

Tahun 2020 seharusnya menjadi landasan saya untuk take off, namun siapa yang tahu akan ada pandemi. Saya mungkin merasa sedikit self-pity terhadap kesulitan yang saya hadapi, namun jika sedikit mawas diri saya tergolong yang lumayan beruntung, mengingat banyak orang di luar sana yang menghadapi situasi yang lebih sulit. Setidaknya saya tidak terlilit utang, masih punya sedikit tabungan, masih bisa kerja sebagai taksi online yang sudah saya lakukan semenjak kuliah, dan terutama masih diberikan kesehatan oleh Tuhan. 

Mencari pekerjaan seperti mencari jarum di tumpukkan jerami, mendapatkannya saja seperti memenangkan lotre atau undian. Saya sudah melakukan berbagai trik seperti memperbaiki CV, ikut pelatihan, kursus online, tidak pilih-pilih pekerjaan. Pada akhirnya saya selalu menatap layar smartphone, doomscrolling, refresh, Email dan aplikasi pencari pekerjaan berharap ada yang nyangkut

Sampai detik ini saya masih menganggur, di ruangan saya meratapi masa depan yang suram dan apa yang harus saya lakukan selanjutnya. Akhir-akhir ini sebuah ide terlintas di pikiran saya untuk menulis blog di platform online dan mungkin itu bisa menjadi langkah pertama untuk mendapat pekerjaan, dimulai dengan tulisan ini dengan “4 pelajaran hidup yang saya pelajari saat pandemi”

Kegigihan

Hal ini mungkin sangat jelas, sudah sering kita temukan di artikel, buku self-help, dan motivasi oleh tokoh publik. Dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai grit, perverance, atau resilience yaitu kemampuan kita untuk gigih dan tabah untuk mengahadapi masa sulit. Secara kepribadian saya tidak selalu memiliki sifat ini namun itulah alasan mengapa kita harus melatih kegigihan. Jika saya menghadapi hari yang buruk seperti, ditolak kerja, tidak kunjung mendapat panggilan interview, sepi penumpang/pelanggan saya tidak punya banyak pilihan melainkan menerimanya dan melakukannya lagi sampai saya berhasil. Menurut saya itulah wujud dari kegigihan. 

Jaga Hubungan

Sangat penting untuk menjaga hubungan keluarga dan pertemanan. Alasan saya masih bertahan sampai saat ini karena adanya keluarga dan teman yang masih mendukung dan saling membantu. Terkadang di masa sulit ini kita butuh pertolongan dan rasa malu maupun ego harus dikesampingkan karena kita makhluk sosial yang butuh satu sama lain. 

Mensyukuri Hal-Hal Kecil

Pandemi ini mengajari saya untuk  menghargai hal-hal kecil namun sangat berharga seperti makan dan minum, sehat jiwa dan raga, tidur nyenyak, udara segar, sinar matahari, interaksi dengan teman, orang tua, dan tetangga  Saya selalu berkata kepada diri saya; mungkin suatu hari nanti saya tidak akan menikmati hal-hal tersebut lagi, tidak semua orang dapat menikmatinya, setidaknya saya harus menghargai segala hal yang saya peroleh sekarang. Menyadari hal tersebut membuat kita lebih rendah diri.

Santai, Jangan Terlalu Keras Terhadap Diri Sendiri

Hal ini sangat penting untuk kesehatan mental. Selama pandemi ini saya dan mungkin banyak orang mengalami stres atau depresi akibat kesal, resah, bosan, rasa sesal, malu, dan terisolasi. Perasaan tersebut mungkin tidak terhindarkan, tapi ada baiknya untuk istirahat sejenak dan santai, cobalah untuk tenang, berpikir positif, dan mengingat kembali hal-hal kecil yang berharga. Kita bisa mengurangi kepenatan kita dengan melakukan self-care seperti mendengarkan musik, membaca, menonton film, olahraga, main game, tidur atau aktifitas apapun yang kita sukai.

Selain dari empat poin ini mungkin masih banyak lagi pelajaran hidup yang berharga yang mungkin lebih relevan dengan kondisi orang lain. Inilah yang saya bisa ungkapkan sekarang. Memang kelihatannya sederhana, umum, dan agak klise namun saya harap tulisan ini bisa bermanfaat dan menambah perspektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun