***
Pada tanggal 1 Januari 2018, Eklin memutuskan untuk melaksanakan misi dongeng damai-nya. Tujuan pertama Eklin adalah menyapa masyarakat pedalaman Pulau Seram yang masih menganut kepercayaan asli. Mereka istimewa bagi Eklin, karena termasuk masyarakat minoritas di Maluku yang perlu mendapatkan perhatian. Namun sayangnya mereka menolak kehadiran Eklin di sana. Ada ketakutan dari masyarakat setempat, sang pendeta memiliki maksud terselubung.
"Teman -- teman dan saudara -- saudara agama suku di sana menolak terutama kepala suku karena mereka beranggapan bahwa saya hendak melakukan proses kristenisasi." Kenangnya.
Penolakan itu tak lantas memupuskan semangatnya. Ia bahkan semakin bersemangat menyebarkan misi damai. Lokasi yang kedua yang ditujunya adalah daerah Desa Nua Nea. Di sini Eklin kembali berinteraksi dengan masyarakat penganut kepercayaan asli dan ia diterima dengan sangat baik. Yang menarik, sang pendeta muda diberi kesempatan mendongeng di tempat di mana masyarakat biasa melaksanakan upacara adat.
Dari situ Eklin merasa memiliki kekuatan untuk membawa misi dongeng damai ke daerah -- daerah yang pernah menjadi titik -- titik konflik pada tahun 1999 hingga 2002. Dua di antaranya adalah Saleman dan Horale yang terletak di Pulau Seram. Dengan dongeng yang diceritakannya, Eklin mampu menyatukan anak -- anak dari dua daerah itu.
"Orang -- orang tua mereka yang sudah lama tidak bertemu karena konflik berkepanjangan, akhirnya bisa bertemu lagi hanya karena dongeng. Mereka berpelukan, mereka bisa akur dan bahagia. Dari situ saya semakin yakin bahwa dongeng bisa membangun ikatan kedekatan dan membawa kebahagiaan." Ujar sang pendeta muda.
Tak berhenti di situ, pemuda kelahiran 19 November 1991 itu terus melebarkan sayap untuk menyebarkan misi damai. Ketika kembali ke Ambon, Eklin diterima mendongeng di Masjid Raya Al Fatah, Masjib Baitul Makmur, Masjid Mardothila, dan Vihara Swarna Giri Tirta, Pura serta beberapa gereja. Bahkan dongeng damainya melebar melampaui pulau -- pulau di Maluku dan Maluku Utara. Totalnya sekitar 73 daerah yang pernah dikunjunginya untuk mendongeng.
***
Bapak Carel de Fretes dan Mama Maria de Fretes Sesa ternyata sangat mendukung Eklin melaksanakan misi Dongeng Damai. Sekalipun tanah mereka sempit, mereka tetap berupaya mewujudkan impian Eklin membangun Rumah Dongeng Damai. Ceritanya Rumah Dongeng Damai itu berdiri di atas pusara kakek Eklin.
"Tanah kami sempit, jadi di depan rumah itu ada kuburan kakek dan kuburan kakek itu tidak pakai batu nisan, jadi tidak tahu kalau itu kuburan. Nah, disulaplah menjadi sebuah rumah." Katanya.