Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arti dari Suatu Kehadiran

16 Mei 2021   21:50 Diperbarui: 16 Mei 2021   21:52 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudara saya, beberapa hari yang lalu menulis pada story whatsapp-nya begini: "Mereka katakan mereka lebih menyukai kehadiran makanan daripada manusia (orang), tetapi saya masih lebih menyukai kehadiran orang daripada makanan, bahkan jika saya lebih sering menemukan manusia palsu daripada makanan palsu". 

Ia menulis demikian ketika ada seseorang mengirimkan makanan padanya. Ia secara tersirat ingin menyampaikan bahwa sebaiknya engkau datang, bertemu, bercerita dan makan bersama saya daripada engkau membiarkan saya menikmati makananmu sendirian. Kehadiranmu jauh lebih penting daripada makanan yang kau berikan. 

Lebih lanjut ia menulis: "Makanan selalu membawa orang untuk berkumpul bersama. Tuhan kita saja dalam banyak kesempatan mengibaratkan Kerajaan Allah sebagai sebuah pesta di mana Ia mengundang setiap orang untuk berpartisipasi di dalamnya". 

Kali ini ia menegaskan bahwa makanan fungsinya untuk mengumpulkan orang. Apa artinya jika ada makanan tetapi tidak ada siapa -- siapa, makanan yang luar biasa enak sekalipun akan terasa hambar. 

Ia bahkan merujuk pada Kitab Suci untuk menunjukan peran makanan dalam menghadirkan kebersamaan. 

Apa yang ditulis saudara saya merupakan salah satu fenomena yang terjadi saat ini. Saat segalanya menjadi mudah dan instan oleh kecanggihan teknologi, banyak orang justru mengabaikan arti dari suatu kehadiran. 

Orang lebih senang mewakilkan dirinya dalam bentuk makanan, minuman, uang dan lain sebagainya untuk mengungkapkan perhatiannya kepada seseorang. Mereka merasa sudah cukup kehadirannya diwakilkan oleh materi yang mereka berikan. Pada kesempatan lain kehadirannya diwakili oleh media seperti telepon dan internet. 

Kehadiran secara fisik dianggap buang -- buang waktu dan buang -- buang uang. Waktu dan uang, menurut mereka lebih baik digunakan untuk hal lain yang lebih penting seperti terus bekerja dan membeli barang -- barang kebutuhan setiap hari. 

Dalam keluarga misalnya, banyak orang tua karena saking sibuknya bekerja, memberikan sejumlah besar uang kepada anak -- anak sebagai ungkapan kasih sayangnya. 

Mereka yakin bahwa dengan uang anak -- anaknya akan merasa senang dan tidak terlalu peduli pada kehadiran mereka. 

Mereka juga yakin bahwa setiap kali telepon atau video call dengan anak -- anaknya sudah cukup untuk mengobati rasa rindu mereka. Padahal uang tidak bisa menggantikan perasaan dan telepon tidak bisa menggantikan kehadiran mereka secara riil di tengah anak -- anak. 

Pada kasus lain, banyak suami lebih sibuk mencari nafkah bagi keluarga dan meninggalkan istri berhari -- hari dan bahkan berbulan -- bulan di rumah sendirian bergumul dengan persoalan rumah tangga dan mengasuh anak -- anak. 

Mereka mengirimkan sejumlah besar uang sebagai bentuk cinta dan kehadirannya dalam keluarga. Mereka mengabaikan kehadirannya sebagai suami yang memberikan kasih sayang dan perlindungan secara fisik bagi istri serta menjadi sumber cinta dan kekuatan bagi anak -- anak. 

Alhasil banyak rumah tangga menjadi retak dan berada di ujung perceraian serta anak -- anak jatuh dalam pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba dan bahkan bunuh diri. 

Hal ini saya kira selaras dengan apa yang disampaikan Paus Fransiskus dalam pesan yang bertajuk "Datang dan lihatlah" dalam rangka Hari Komunikasi Sedunia ke -- 55. 

Di dalam pesan itu Paus menyampaikan bahwa kita perlu bergerak, pergi melihat sendiri, tinggal bersama orang -- orang, mendengarkan kisah mereka dan mengumpulkan pelbagai pendapat atas realita yang akanselalu mengejutkan kita dalam beberapa aspek. 

Pesan paus ini secara eksplisit mengundang kita untuk hadir secara fisik di tengah -- tengah keluarga kita, tetangga kita dan masyarakat secara luas, untuk melihat secara langsung apa yang sedang terjadi, mendengarkan apa yang mereka sampaikan, merasakan apa yang mereka alami dan kemudian memberikan apa yang mereka butuhkan. 

Tanpa kehadiran secara riil kita bisa saja mendapatkan informasi yang salah, lalu jatuh dalam kesesatan berpikir, mengambilkan keputusan yang salah dan memberikan apa yang tidak dibutuhkan orang lain. 

Paus juga mengatakan: "Dalam komunikasi tidak ada yang bisa sepenuhnya menggantikan "melihat" secara pribadi. Beberapa hal hanya dapat dipelajari dengan mengalami. 

Kita tidak berkomunikasi hanya dengan kata -- kata, tetapi dengan mata, dengan nada suara, dan dengan gerakan". Melalui perkataan ini Paus mau mengingatkan kita bahwa kehadiran secara nyata di hadapan orang lain adalah bentuk komunikasi yang paling efektif dan tidak bisa digantikan dengan apa pun baik itu uang, makanan, telepon maupun internet sekalipun. 

Dengan kehadiran, kita tidak saja mendapatkan informasi secara jujur karena melibatkan seluruh indera kita saat berbicara dengan orang lain, tetapi pada saat yang sama kehadiran kita adalah sebuah perhatian dan cinta untuk mereka. 

Karena itu, sebagai orang tua dan suami kita tidak bisa mewakilkan kehadiran kita dalam ruang interaksi dengan istri dan anak -- anak hanya sebatas memberikan uang dan materi. 

Kita harus tampil sebagai orang tua dan suami yang selalu hadir di tengah -- tengah mereka, untuk melihat, mendengarkan, merasakan dan bermain bersama mereka. 

Sebab yang paling dibutuhkan istri dan anak -- anak adalah perhatian dan cinta kita dengan hadir dan terlibat dalam rutinitas mereka tanpa mengabaikan tugas utama kita. 

Di samping itu apa yang dialami saudara saya adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari karena banyak orang telah menjadikannya sebagai budaya baru dalam kehidupan modern. 

Mereka sudah terlanjur percaya bahwa kehadiran makanan jauh lebih penting daripada kehadiran seseorang. Jadi yang bisa kita lakukan sekarang adalah berusaha untuk hadir secara nyata dalam kehidupan orang -- orang yang kita cintai dengan metode "Datang dan Lihatlah". Tidak usah ikut dalam arus yang sudah terlanjur dialirkan oleh modernitas di dalam dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun