Mohon tunggu...
Bria Redem
Bria Redem Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

cerdik seperti ular, tulus seperti merpati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sintia

24 Mei 2022   18:07 Diperbarui: 24 Mei 2022   18:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bau yang sangat menyengat membuatku terbangun di jam-jam yang seharusnya orang-orang tertidur pulas. 

Jam 02.13 dini hari. Kamar kosku yang tepat bersebelahan dengan wc merupakan jalur yang tepat bagi aroma pesing dari urine anak-anak kos yang hobinya tidak menyiram setelah buang air kecil dan buru-buru keluar karena penakut. 

Ini adalah kosan putri, jadi maklumlah anak-anak suka ketekutan sendiri kalau ke kamar sendirian di malam hari karena konon katanya pernah ada yang anak kos yang meninggal karna terpeleset. 

Sebenarnya aku sudah biasa dengan aroma wc dan kamar mandi tapi sudah beberapa hari ini kloset wc kami tersumbat dan ini menjadi penyebab kenapa aku sampai terbangun. 

Selain bau, ada juga beberapa bercak darah entah mungkin ada yang sedang datang bulan. Sudah dua hari wc kami tidak di gunakan dan untuk buang air harus pinjam wc-nya tuan kos.

Nena, kawan kelasku dan juga tetangga kosku, sekarang tinggal dengan anaknya yang baru berusia sekitaran dua bulan. Namanya Sintia. Ya, tepat seperti yang kamu pikirkan. Sintia adalah buah dari Nena yang hamil diluar nikah. Laki-laki itu tidak ingin bertanggung jawab dan hilang entah kemana. 

Kasihan Nena. Kasihan Sintia. Badan Nena semakin kurus, mungkin karena pikirannya yang terganggu. Kenapa laki-laki itu pergi begitu saja. Sesekali juga kudapati dia sedang menangis sendiri di sudut kamarnya. 

Sebagai teman, aku tentu mencoba menghiburnya. Tapi untungnya dua hari yang lalu ia memutuskan menghantar Sintia untuk di rawat sementara waktu oleh omanya karena Nena sementara mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian skripsi. Begitu katanya.

Setelah hampir tiga hari hidungku akrab dengan aroma wc yang sangat tak sedap ini, akhirnya oleh bapak kosku, di carinya jasa perbaikan wc dan kamar mandi. Tapi sejak kloset kosan kami tersumbat Nena pergi dan belum juga pulang. Mungkin Nena tidak nyaman dengan aroma tak sedap itu. 

Jadi hanya aku dan beberapa kawan kos yang lain ditambah dengan bapak kos. Di tengah perbaikan, kami dikejutkan dengan mas yang di mintai jasa memperbaiki kloset buru-buru keluar dan muntah-muntah. 

Mungkin sudah sangat bau tapi ternyata bukan bau tinja saja. Ada bau lain yang membuat mas itu buru-buru keluar. Ternyata itu bau busuk. Bau dari bangkai yang di cincang sampai kecil-kecil dan di masukan ke dalam kloset. 

Begitu terkejut aku setelah  tau ternyata bangkai itu berasal dari manusia dan itu Sintia, buah hati Nena.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun