Mohon tunggu...
Bria Redem
Bria Redem Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

cerdik seperti ular, tulus seperti merpati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Upaya Penerangan Eksistensi Karl Jaspers bagi Kaum Milenial

18 Mei 2022   21:24 Diperbarui: 18 Mei 2022   21:35 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya Penerangan Eksistensi Karl Jaspers bagi Kaum Milenial

Kita mencintai kebebasan. Demokrasi pun adalah perihal kebebasan. Di mana, tidak seorang pun dari kita yang ingin hidup terkungkung seperti wayang yang dikendalikan oleh seorang dalang. Kebebasan adalah hal mendasar bagi manusia dan merupakan syarat penting bagi humanusasi. Karena itulah Erich Fromm pun mengungkapkan bahwa sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan. Pernyataan Erich Fromm pun mau menegaskan bahwa kebebasan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi manusia.

Perjuangan dalam menghayati kebebasan juga di realisasikan oleh kaum milenial. Kaum milenial adalah orang yang lahir pada 1980 hingga 2000. Kaum milenial ini dikenal juga sebagai Generasi Y adalah kelompok demografi setelah generasi X (lahir pada 1960-1980). Karakteristik kaum milenial bisa berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekomomi. Namun, pada umumnya Gen-Y ditandai oleh peningkatan dan keakraban dengan komunikasi, media dan teknologi. Penghayatan kebebasan dari kaum milenial dalam situasi perkembangan teknologi tentunya memberikan kemungkinan untuk berkembang maju atau mundur, tergantung keputusan kaum milenial dalam berkonfrontasi dengan situasi tersebut.

Dalam berkrofontasi dengan situasi perkembangan teknologi ternyata ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh kaum milenial. Di mana generasi Y kerap kali mengekpresikan kebebasannya cenderung kepada tindakan yang memberi kesenangan seperti mabuk-mabukan, sex bebas, narkoba. Selain itu, kebebasan mengakses internet seperti dalam media sosial pun tanpa pertimbangan yang matang membawa kaum milenial pada sisi yang negatif seperti menyebarkan kebencian dengan berita hoax, penipuan dan juga bullying. Dan parahnya penyalahgunaan kebebasan ini akhirnya membentuk karakter kaum milenial yang buruk dan menjadi generasi yang rentan terhadap gangguan mental. Gangguan ini selain karena penggunaan media sosial, juga terkait masalah finansial, lingkungan kerja, hubungan dan lainnya.

Masalah-masalah mental yang dialami generasi Y adalah meningkatnya depresi, banyaknya upaya bunuh diri, selalu merasa kesepian, terjadi pelecehan dan intimidasi di tempat kerja. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa kaum milenial masih belum sanggup mengatasi dan mengelola kenyataan empirisnya. Kemampuan untuk memutuskan belum disertai dengan pertimbangan yang matang. belum dioptimalkan. Eksistensi kaum milenial pun sangat bergantung pada teknologi. Selain itu kaum milenial tampaknya melarikan diri dari situasi batas yakni kesengsaraan dan lebih memilih kesenangan. Pertanyaan yang kemudian adalah bagaimana seharusnya kaum milenial menghayati kebebasannya?

Usaha untuk menghayati kebebasan bagi kaum milenial, kiranya dapat ditempuh dengan melakukan penerangan eksistensi. Istilah penerangan eksistensi ini merupakan istilah yang dikemukan oleh Karl Jaspers, filsuf Eksistensialisme dari Jerman. Dan alasan utama untuk melakukan penerangan eksistensi adalah mengerti dan belajar menggunakan kebebasan. Menurut Jaspers, kebebasan itu adalah memilih, menyadari, mengidentifikasikan dirinya sendiri. Kebebasan adalah inti kehidupan manusia. Saya ada dalam arti kata yang sebenarnya sejauh saya memilih secara bebas. Kebebasan dialami sebagai suatu spontanitas dan aktivitas yang lahir dari dalam diri. Karena itu sikap melibatkan diri harus dianggap lebih hakiki bagi eksistensi daripada sikap teoretis. Dan kebebasan ini adalah kebebasan eksistensial dengan kata yang dipakai adalah bebas untuk bukan sekedar bebas dari. Kebebasan Karl Jaspres ini juga terkait hal yang diulasnya yakni kebebasan terhadap eksitensi, kebebasan terhadap situasi-situasi batas.

Kebebasan terhadap eksistensi. Eksistensi adalah penghayatan mengenai kebebasan total yang merupakan inti manusia. Artinya, setiap orang adalah tugas bagi dirinya yang mesti diselesaikannya sendiri dengan pelaksanaan kebebasannya. Maka dengan menerangi eksistensi, kita mencapai aku menurut intinya. Eksistensi ialah yang paling otentik daam diri manusia, sehingga jadi apa kita tidak hanya ditentukan dari dasein empirisnya yakni kondisi atau lingkungan nayata di mana ia hidup, bergerak da nada (sejarah, alam, budaya, dan masyarakat.) tetapi eksistesinya. Dan bila dihubungkan dengan situasi kaum milennial saat ini memang perkembangan teknologi adalah kerap membentuk pribadi, karakter seseorang. Namun, sebenarnya teknologi itu suatu salah satu aspek luar dan yang menentukan dirinya adalah eksistensinya. Tetapi semua itu bergantung pada bagaimana seseorang menggunakan kebebasannya. Di mana apakah manusia yang menjadi pengontrol teknologi atau teknologi yang menjadi penngontrol manusia.

Kebebasan terhadap situasi batas. Eksistensi manusia di sini senantiasa diperhadapkan dengan situasi-situasi tertentu. Jaspers menyebutnya sebagai "situasi batas" (grenzsituation). Situasi batas yang dimaksudkan ialah situasi yang tidak bisa dihindari misalnya kematian, kesengsaraan, perjuangan, kebersalahan, ketergantungan pada nasib. Situasi batas itu pula adalah pengalaman-pengalaman eksistensi manusia. Dengan mengalami situasi batas eksistensi dapat menghayati dirinya sendiri sebagai eksistensi dan memperoleh suatu pandangan otentik tentang hal-hal yang paling dalam hidup.

Jaspers pun mengatakan bahwa keempat situasi batas itu ibarat tembok, padanya kita terbentur, mengalami kegagalan. Namun, justru dalam benturan dengan situ bahwa keempat situasi batas Manusia yang berhadapan dengan situasi batas akhirnya terbukalah kesempatan lain untuk melihat sesuatu yang mengatasi dirinya, yakni adanya trandendensi. Situasi-situasi batas memperlihatkan bahwa dasein kita terbatas, gagal membawa kita kepada kepenuhan eksistensi. Namun, demkian secara tidak langsung ditunjukkan dengan adanya transendensi. Keterbatasan dan kegagalan memperlihatkan bahwa ada harus ada sesuatu yang tidak terbatas. Sebab jika tidak demikian, kita tidak akan pernah bisa mengalami kegagalan dan keterbatasan. Dalam kegagalan, manusia terdampar pada pantai transendensi. Sekarang semuanya bergantung dari kebebasan manusia itu, apakah ia masuk dan melihat ke pedalaman transendesi untuk mencapai kepenuhan ekistensi atau tidak.

Bila kita hubungkan dengan kaum milenial di atas tadi telah dikatakan bahwa tampaknya kaum milenial kerap suka menikmati hidup yang memberikan kesenangan sehingga Ketika mengahadapi kesulitan, penderitaan kaum milenial mengalami depresi dan melarikan diri dan memilih untuk bunuh diri. Hal ini berarti kaum milenial mencoba melewati situasi batas yang sebenarnya tidak bisa dihindari. Padahal penderitaan lebih besar kemungkinan bahwa manusia akan mencapai eksistensi daripada dalam kemakmuran, kesenangan, kebahagiaan. Dalam keadaan makmur yang berlimpah-limpah arti eksistensi sering kali tinggal tersembunyi saja.

Perjuangan untuk merealisasikan kebebasan juga membawa akibat-akibatnya. Karena, kerap kali perjuangan yang kita lakukan bisa ada motif-motif lain yang kurang ikhlas. Mau tidak mau kita bersalah, karena---berdasarkan kebebasan total pada saat yang menentukan-saya memilih cara lain. Ini berarti, kebersalahan itu adalah akibatnya, atau konsekuensi dari perjuangan. Dihadapkan pada kesalahan orang bisa mandek dengan mengatakan sudah tidak ada kemungkinan lain. Namun, seseorang juga dapat berkembang jika menyadari dan menerima akibat-akibat tindakan tersebut, juga akibat-akibat itu tidak dikehendaki oleh kita. Ini berarti seseorang mengembangkan eksistensiya dengan berani dan menerima tanggung jawab karena manusia yang sungguh-sunguh bereksistensi tidak mengingkari kebersalahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun