Mohon tunggu...
Red Carra
Red Carra Mohon Tunggu... -

Blogger. Visual Communicator. Web and Social Media Worker.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Rahasia Alicia

18 Oktober 2013   13:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:22 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

No Peserta: 341. RedCarra

Ibu berdiri di teras dengan gelisah. Sudah jam setengah tujuh malam, dan Alicia belum pulang juga. Merasa capek mondar mandir sendiri, Ibu akhirnya masuk. "Belum pulang juga ya?" tanya Ayah dari ruang makan. "Belum. Ke mana sih Alicia? Sudah tiga hari dia selalu pulang ketika hari sudah gelap." Ibu mengempaskan diri ke sofa di depan TV. "Kamu bener nggak tahu, Alicia ke mana, Ri?" tanya Ibu kemudian kepada Rian yang sedang asyik main video game. "Nggak tahu, Bu. Kalau pulang sekolah, Alicia selalu sudah pulang duluan. Rian cuma tinggal sama Devon dan Bama saja, bertiga pulang," jawab Rian sambil tetap main video game. "Kamu juga nggak pernah nanya sama Alicia, dia ke mana?" "Udah, Bu. Tapi Alicia diam saja. Yaaaahhh... Ibu! Rian jadi kalah deh," sungut Rian sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ibu masih tampak gelisah. Tiba-tiba pintu depan terbuka. Ibu berdiri dengan cepat. Alicia masuk dengan langkah gontai. "Dari mana saja kamu, Sayang?" tanya Ibu hati-hati. "Dari rumah teman, Bu," jawab Alicia pendek. Diambilnya handuk di belakang, lalu segera masuk ke kamar mandi untuk mandi. Ibu menatap Ayah meminta pertimbangan. "Sudah, jangan dipaksa. Biarkan saja dia nanti bercerita sendiri," kata Ayah. Ibu hanya menghela napas panjang.

* * *

Tapi, pagi itu, Alicia tiba-tiba demam. Badannya panas. Ibu dengan khawatir, menyentuh dahinya. "Sepertinya mau flu saja kok, Bu," kata Alicia lemah. "Ya sudah, hari ini kamu nggak usah masuk sekolah dulu aja, ya? Nanti Ibu tuliskan surat, biar dibawa Rian untuk Pak Guru. Ibu bikinkan sup ayam, mau?" Alicia mengangguk sambil tersenyum. Sore harinya, Alicia tampak lebih sehat dan segar. Mungkin karena dia sudah beristirahat cukup, dan makan sup ayam panas yang dimasak Ibu. Sekarang dia tampak asyik membaca majalah anak-anak di sofa di ruang tengah. Rian sedang mewarnai buku favoritnya sambil tengkurap di lantai. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan. Rian beranjak untuk membukakan pintu. Seorang bapak yang sudah berumur tampak berdiri di depan pintu. Tersenyum ramah. "Cari siapa, Pak?" Rian pun bertanya dengan ramah. "Betul ini rumah Alicia?" tanya si Pak Tua. Rian mengangguk. "Iya, Pak. Bapak siapa?" "Pak Madhi?" Terdengar suara Alicia dari arah belakang Rian. "Ah, halo, Alicia. Bapak dengar dari teman-temanmu, hari ini kamu sakit? Ini, Bapak bawakan jeruk dan pisang untukmu," kata Pak Madhi seraya mengulurkan tas kresek berisi buah-buahan. "Wah, Pak, saya cuma demam saja kok. Ini sudah sembuh. Bapak jadi repot," sahut Alicia sambil menerima tas kresek yang diulurkan oleh Pak Madhi. Ibu dan Ayah tiba-tiba muncul dari ruang belakang. "Siapa, Alicia?" "Ini, Pak, Bu. Pak Madhi ini..." "Permisi, Pak, Bu. Saya Madhi." Pak Madhi melangkah masuk ke dalam ruang tamu dan menyalami kedua orangtua Alicia. Sementara Rian membawa tas berisi buah-buahan tadi ke dapur. "Jadi begini, Pak, Bu. Saya ndak tahu, apakah Alicia sudah cerita. Tapi sudah beberapa hari ini Alicia membantu saya di warung," cerita Pak Madhi. "Membantu di warung? Maksudnya, Pak?" tanya Ibu. "Oh, silakan duduk dulu!" Mereka pun lantas duduk di ruang tamu. "Jadi begini, saya punya warung di dekat sekolah Alicia. Alicia dan teman-temannya sering main ke warung saya. Hari Selasa kemarin, Alicia juga mampir ke sana, hanya saja, waktu itu Alicia ndak jajan seperti biasa, tapi malah pengen membantu-bantu saya di warung." Pak Madhi berhenti sejenak. Alicia tampak menunduk. Ayah dan Ibu terdiam, menanti Pak Madhi melanjutkan ceritanya. "Saya sempat nanya sama Alicia, memangnya kenapa kok mau kerja di warung? Katanya, dia ingin satu buku yang ada di toko buku tapi buku itu mahal sekali. Dia merasa tak tega kalau harus minta dibelikan pada Ayah dan Ibu. Jadi mungkin dengan bekerja dan membantu saya di warung, dia bisa menambah tabungannya untuk membeli buku yang diinginkannya." Ibu tampak mengelus kepala Alicia yang masih tetap menunduk. "Saya bilang, kalau bekerja di warung itu capek. Apalagi Alicia masih harus sekolah di pagi hari. Terus, apa nanti ndak dimarahi sama Ayah Ibu? Alicia bilang, dia akan bekerja sepulang sekolah sampai maghrib saja. Dan tentu saja, akan minta ijin dulu pada Ayah dan Ibu." "Alicia..." Ibu memeluk Alicia erat. "Jadi, ya sudah, Pak, Bu, sejak hari Rabu, Alicia bantu-bantu saya di warung. Waaaah, Alicia itu memang anak yang rajin! Saya sampai takut sendiri, kalau-kalau dia nanti akan jatuh sakit karena terlalu rajin membantu saya. Eh, ternyata benar." Pak Madhi tertawa terkekeh. "Jadi kamu kecapekan karena bantu-bantu Pak Madhi di warung, Sayang?" tanya Ayah. Alicia diam sejenak, lalu mengangguk pelan. Ayah dan Ibu serempak menghela napas. Pak Madhi kembali terkekeh. "Ya sudah, Pak, Bu. Saya pamit. Saya minta maaf, karena ini berarti saya yang menyebabkan Alicia sakit. Tapi sungguh, saya kira Alicia benar-benar sudah minta ijin pada Bapak dan Ibu lebih dulu. Saya ndak ada maksud buruk. Hanya ingin membantu Alicia saja." "Maafkan kami, Pak. Pak Madhi jadi repot begini," sahut Ayah. "Ah, ndak apa-apa, Pak. Alicia, ini uang hasil jerih payahmu selama tiga hari kemarin membantu Bapak." Pak Madhi mengulurkan amplop putih kepada Alicia. "Pak, nggak usah, Pak. Alicia malah jadi nyusahin." Alicia hendak menolak. "Lha nanti Bapak malah makin bersalah dong. Udah bikin kamu sakit, masih ndak ngasih yang jadi hakmu," kata Pak Madhi lagi. Mendengar perkataan Pak Madhi, Alicia lantas menerima amplop putih itu, dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Tak lama kemudian, Pak Madhi pamit pulang. Sepulangnya Pak Madhi, Ibu berkata lembut pada Alicia, "Alicia, bukan kewajibanmu untuk bekerja. Kamu sekolah saja yang pinter. Kalau kamu pengen buku, bilang saja sama Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu akan membantu. Mungkin dengan menambah uang jajanmu, biar bisa kamu tabung lebih banyak. Tapi nggak usah bekerja begini, Sayang. Belum waktunya untukmu." "Iya, Bu. Maafkan Alicia ya?" Mereka pun berpelukan erat.

------ Selesai ------

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community . Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun