Mohon tunggu...
Red Carra
Red Carra Mohon Tunggu... -

Blogger. Visual Communicator. Web and Social Media Worker.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Topi Rajut Oma Brenda

18 Oktober 2013   08:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:23 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

No Peserta: 341. RedCarra

Oma Brenda suka merajut. Dia bisa merajut apa saja. Dari kaos kaki hingga baju hangat. Sambil merajut, dia akan menyanyi. Menyanyi tentang apa saja. Suaranya lembut dan merdu. Dia bisa menyanyi tentang bintang dan bulan, sang penguasa malam. Tentang bunga-bunga yang cantik penghuni padang. Juga tentang cerianya anak-anak yang sedang bermain congklak. Mungkin ketika muda, Oma Brenda itu artis. Aku tertawa sendiri ketika membayangkannya. Tidak. Bukannya tak cocok. Oma Brenda pasti cocok sekali untuk jadi penyanyi. Bahkan di usia senjanya, dia masih cantik sekali. Hidungnya mancung, matanya biru. Bibir tipisnya selalu membentuk senyuman manis. Ditambah suaranya yang merdu itu, Oma Brenda bisa jadi dulu memang penyanyi terkenal. Tapi kata Mami, Oma Brenda dulu di masa mudanya adalah seorang guru. Guru seni, katanya. Dia mengajar musik dan melukis. WOW! Keren! "Sheila, kenapa kamu senyum-senyum saja di situ? Ayo, duduk sini temani Oma menyelesaikan rajutan topi untuk adikmu," kata Oma Brenda tiba-tiba. Wah, dia tahu kalau sedang kuperhatikan. Aku tertawa pelan. Kudekati dia yang sedang duduk di teras. Aku menggelesot di dekat kakinya. Meneruskan membaca majalah anak-anak di tanganku sambil mendengarkannya menyanyi. Tak berapa lama, topi rajutan untuk adik bayiku pun selesai. "Ini, Sheila. Ini topi untuk Max ya," katanya sambil memberikan topi rajutan itu kepadaku. Aku menimang topi itu. Bentuknya lucu, seperti topi-topi para pilot helikopter yang sering kulihat di majalah dan buku. Sisi-sisinya memanjang hingga kalau dipakai akan menutup telinga. Warnanya ungu bergaris-garis kuning. Lucu sekali! "Akan kupakaikan pada Max segera, Oma! Terima kasih!" Aku pun berlari pulang. Rumah Oma Brenda hanya berjarak delapan rumah saja dari rumahku. Karena itu aku suka main ke rumahnya sepulang aku dari sekolah. Sore ketika aku harus mandi, baru aku pulang ke rumah. Kuperhatikan, Max lebih cepat tertidur pulas ketika topi rajutan Oma Brenda dipakaikan padanya. Tidurnya pun bisa lama sekali, dan ketika bangun, dia akan lebih ceria daripada sebelumnya. "Mungkin karena topi itu hangat, jadi dia merasa nyaman," begitu penjelasan Mami ketika aku menanyakan itu padanya. Kupikir, mungkin benar juga. Adik bayi paling suka kehangatan. Mereka biasanya akan merasa nyaman ketika hangat. Maka siang itu, sepulang sekolah dan sudah mengganti pakaian, aku bergegas menuju rumah Oma Brenda. Hari ini aku ada permintaan. Semoga Oma Brenda mau mengabulkan. "Tentu saja, Sayang!" sahutnya ketika aku menyampaikan permintaanku. Dua hari kemudian, sesuai janji Oma Brenda, beliau sudah selesai merajut topi khusus untukku. Bentuknya lucu, seperti topi rajut milik Max.Tapi topiku berwarna biru bergaris-garis merah jambu. Bagus sekali. Segera aku memeluk Oma Brenda sambil mengucapkan terima  kasih berulang kali. Malam itu, ketika bersiap untuk tidur, aku memakai topi rajut baruku. Kubenamkan dalam-dalam hingga menutup kedua telingaku. Ahhh, memang nyaman sekali dipakai. Semoga tidurku lebih nyenyak malam ini. Setelah berdoa, aku pun naik ke atas tempat tidur. Lalu secara perlahan, aku seperti mendengar nyanyian Oma Brenda di telingaku. Suara merdunya lamat-lamat terdengar sayu. Ah, pantas saja Max tertidur lelap ketika topi sudah dipakaikan padanya. Ternyata lagu yang dinyanyikan Oma Brenda ketika merajut, ikut masuk bersama jarum rajut. Ikut terjalin di antara benang, hingga membentuk topi rajut yang cantik, hangat dan nyaman ketika dipakai. Nyanyian Oma Brenda yang bernada cinta dan kasih itu ikut menjadi bahan utama pembuat topi. Aku baru tahu. Aku pun memejamkan mata dengan senyum di bibirku. Terlelap hingga pagi memecah.

----- selesai ------

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community . Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun