Mohon tunggu...
Redaktur PPIJ
Redaktur PPIJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biro Publikasi PPIJ 2021-2022

PPIJ adalah organisasi mahasiswa Indonesia di Jepang. Di laman Kompasiana ini, kami akan merilis seri Jendela Ilmu yang membahas berbagai topik dari beragam bidang keilmuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manusia dan Bumi: Peran Arus Laut dan Sirkulasi Atmosfer (Bagian 4)

9 April 2022   01:00 Diperbarui: 13 April 2022   11:08 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalur Dagang Galleon

Jalur Dagang Galleon adalah jalur yang dibentuk oleh para penjelajah dan pedagang Spanyol. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, Perjanjian Alcovas memaksa Spanyol untuk berlayar ke barat menuju benua Amerika. Untuk sampai ke Asia demi mendapatkan rempah-rempah, mereka perlu memotong Amerika dan menyeberangi Samudra Pasifik di depannya. Pada tahun 1513, para penjelajah Spanyol menemukan jalur untuk memotong Amerika, yaitu melalui sebuah kanal kecil di Panama yang saat ini disebut Isthmus of Panama (Brotton, 2013). 

Lalu di 1520, seorang penjelajah Portugis namun bekerja untuk Spanyol, bernama Ferdinand Magellan, menemukan jalur lain untuk memotong Amerika, yaitu dengan mengitari ujung Amerika Selatan melalui sebuah selat yang saat ini diberi nama berdasarkan namanya, Selat Magellan. Setelah menyeberangi selat, di depannya terbentanglah Samudra Pasifik. Tepat setelah menyeberangi selat, arus Peru langsung membawa kapalnya ke utara menyusuri pesisir Cile (Gambar 2) sebelum kemudian northeasterly winds mendorongnya menyeberangi Samudra Pasifik menuju Filipina. Empat bulan kemudian, ia sampai di Filipina. Magellan dibunuh oleh penduduk lokal di sana karena mereka menolak ajaran Kristen yang berusaha dikenalkan olehnya. Walau begitu, sebagian besar awak kapal berhasil melarikan diri dan walaupun kapten mereka terbunuh, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju barat untuk menuju Kepulauan Rempah-rempah. Mereka sampai di sana pada November 1521 dan akhirnya mendapatkan rempah-rempah yang mereka cari: pala dan cengkeh.

Gambar 9. Kapal galleon milik Spanyol. Sumber: iStock
Gambar 9. Kapal galleon milik Spanyol. Sumber: iStock

Masalah baru yang sisa awak kapal Magellan (yang sekarang dikapteni oleh para perwira Magellan secara bergantian) hadapi adalah cara mereka kembali ke Spanyol. Pada saat itu, perairan Pasifik masih asing bagi orang Eropa, bahkan untuk para penjelajah Portugis, karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan di Samudra Atlantik. Karenanya, mereka belum tahu pola angin di samudra tersebut. Satu-satunya yang mereka tahu adalah bahwa bumi itu bulat dan mereka bisa sampai ke Spanyol dengan tetap berlayar ke barat. Lalu, pada Desember 1521, mereka berlabuh dari Kepulauan Rempah-rempah ke barat menuju Spanyol dan sampai di sana pada September 1522. Mereka menjadi manusia yang pertama kali mengitari Bumi.

Baru empat puluh tahun kemudian para penjelajah Spanyol dapat memahami pola angin di sekitar Samudra Pasifik yang dapat membawa mereka kembali pulang dari Kepulauan Rempah-rempah tanpa harus mengitari Bumi. Mereka sadar bahwa pola angin di sekitar Samudra Pasifik sama persis dengan yang ada di Atlantik. Dari Filipina, mereka hanya perlu bergerak ke utara hingga sampai di sekitar Jepang sebelum kemudian southwesterly winds mendorong mereka kembali ke Amerika, tepatnya di pesisir California (sama seperti yang dilakukan Columbus untuk pulang dari Karibia dalam ekspedisi-ekspedisinya). 

Mereka mengisi ulang persediaan kapal di sana sebelum melanjutkan perjalanan terakhir mereka menuju Acapulco, Meksiko, mengikuti arus California. Jalur ini kemudian disebut Jalur Dagang Galleon dan menjadi jalur perdagangan terpanjang sepanjang sejarah yang sangat aktif digunakan oleh para pedagang Spanyol dari 1565 hingga 1815 (Fish, 2010). Jalur inilah yang menyebabkan pengaruh Spanyol di pesisir barat Amerika begitu kental hingga beberapa nama kota di sana memiliki nuansa Spanyol seperti Los Angeles, San Diego, San Francisco, dan San Jose.

Yuk langsung baca bagian terakhirnya di sini ! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun