Mohon tunggu...
Redaktur PPIJ
Redaktur PPIJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biro Publikasi PPIJ 2021-2022

PPIJ adalah organisasi mahasiswa Indonesia di Jepang. Di laman Kompasiana ini, kami akan merilis seri Jendela Ilmu yang membahas berbagai topik dari beragam bidang keilmuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manusia dan Bumi: Peran Arus Laut dan Sirkulasi Atmosfer (Bagian 1)

8 April 2022   18:18 Diperbarui: 13 April 2022   09:47 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2: Pola arus laut. Sumber: Wikipedia

  Angin yang berhembus dekat dengan permukaan mengakibatkan munculnya arus laut. Pola pergerakan arus laut ini mengikuti arah hembusan angin di atasnya. Dengan fakta bahwa lautan dibatasi dengan daratan dan bahwa efek Coriolis juga berlaku, maka pola arus laut ini cenderung bersifat lokal, mengikuti bentuk daratan yang mengitarinya (lihat Gambar 2).

Gambar 2: Pola arus laut. Sumber: Wikipedia
Gambar 2: Pola arus laut. Sumber: Wikipedia

  Satu lagi pola pergerakan udara, yang walaupun bukan termasuk yang utama, tetap memiliki andil yang sangat besar dalam sejarah manusia. Angin muson/monsoon. Proses ini sama persis dengan yang menghasilkan angin sepoi-sepoi yang kita rasakan jika sedang berada di pantai. Pada siang hari, daratan terpanaskan lebih cepat dari lautan karena daratan cenderung menyerap panas, bukan memantulkannya seperti yang dilakukan oleh air. Oleh karenanya, udara di atas daratan bergerak naik dan meninggalkan daerah bertekanan rendah di bawahnya. Udara yang lebih dingin di atas laut kemudian "terhisap" ke daerah bertekanan rendah ini, menghasilkan angin sepoi-sepoi yang berhembus dari laut ke darat. 

  Pada malam hari, proses yang terlibat adalah kebalikannya. Udara di atas daratan mendingin lebih cepat sehingga udara di atas laut akan bergerak naik, meninggalkan daerah bertekanan rendah di bawahnya yang kemudian menghisap udara dari daratan yang lebih dingin. Akibatnya, angin sepoi-sepoi berhembus dari darat ke laut. Angin muson hanyalah versi yang lebih besar dari angin sepoi-sepoi dan terjadi dalam skala waktu musiman, bukan harian: saat musim panas, dataran benua terpanaskan lebih cepat dari samudra di sekitarnya dan akan menyebabkan angin muson berhembus ke dataran tersebut. Sebaliknya untuk musim dingin.

  Angin muson umumnya diasosiasikan dengan Samudra Hindia dan dataran sepanjang Himalaya, India, hingga Asia Tenggara, karena angin ini dirasakan paling kuat di sekitar wilayah-wilayah tersebut dan merupakan konsekuensi langsung dari kondisi geografisnya, khususnya India dan Himalaya (Clift et al., 2000; Rajagopalan & Molner, 2013). Efek yang paling signifikan dari keberadaan angin muson di sekitar Samudra Hindia dan India dirasakan oleh ITCZ di wilayah tersebut. 

  Selama musim panas, angin muson yang kuat berhembus dari Samudra Hindia ke India dan menyebabkan ITCZ terdorong sejauh 3000 km ke utara. Sebaliknya, saat musim dingin, angin muson berhembus dari India ke Samudra Hindia dan mendorong ITCZ sejauh 3000 km ke selatan. Akibatnya, masing-masing dari northeasterly dan southeasterly winds mencakup area yang lebih luas saat musim dingin dan musim panas. Jauh sebelum para penjelajah Portugis sampai di Samudra Hindia, para pelaut di sekitar wilayah tersebut sudah menyadari keberadaan angin ini dan kemudian memanfaatkannya untuk melakukan perjalanan laut, baik untuk berdagang ataupun menjelajah (Crowley, 2016). Dengan mengetahui kapan angin muson berhembus ke India atau Samudra Hindia, para pelaut dapat dengan mudah menyeberangi samudra tersebut.

Gambar 3: Angin muson dan efek musimannya terhadap ITCZ. Sumber: Dartnell (2019)
Gambar 3: Angin muson dan efek musimannya terhadap ITCZ. Sumber: Dartnell (2019)
  Sesi sains resmi berakhir di sini. Sekarang, mari kita masuk ke dalam kisah para penjelajah yang tak kenal lelah dan rasa takut. Semua bermula dari sebuah negara di Semenanjung Iberia yang bisa dibaca lebih lanjut di bagian 2! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun