Mohon tunggu...
Fairuz Syaugi
Fairuz Syaugi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Pewarta

Menulis kegiatan harian, fotografi dan mengedit video merupakan hobi saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya Polda Sumbar Cegah Radikalisme: Mantan Anggota NII Beri Kesaksian

12 Oktober 2023   11:00 Diperbarui: 12 Oktober 2023   11:04 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polda Sumatera Barat (Sumbar) memimpin upaya pencegahan radikalisme dengan cara yang inovatif di Rumah Kebangsaan pada Selasa (10/10/2023). Mereka bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman terorisme, radikalisme, dan intoleransi.

Dalam acara yang menarik perhatian, mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) memberikan kesaksian yang mengungkapkan pengalaman pribadi mereka selama berada di NII serta perjalanan mereka kembali ke NKRI.

"Kegiatan luar biasa ini adalah salah satu langkah dalam upaya pencegahan radikalisme. Ancaman radikalisme selalu mengintai, oleh karena itu, kami terus melakukan sosialisasi seperti ini sesuai perintah pimpinan Mabes Polri," kata Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Sulistyawan, dalam pernyataannya.

Dwi Sulistyawan menjelaskan bahwa munculnya paham radikalisme sering disebabkan oleh sekelompok individu yang berusaha merubah negara. Oleh karena itu, pimpinan Polri telah menginstruksikan seluruh jajaran untuk terus mengedukasi masyarakat tentang ancaman radikalisme.

Acara ini juga merupakan bagian dari perayaan HUT Humas Polri yang ke-72, yang akan jatuh pada tanggal 30 Oktober mendatang.

Salah seorang mantan anggota NII, Dafrizal, menyatakan bahwa kurangnya pemahaman tentang agama merupakan salah satu pemicu radikalisme. Masyarakat perlu mendapatkan pencerahan dari ulama-ulama yang mengajarkan perdamaian untuk mencegahnya.

"Islam mengajak kita pada Rahmatan Lil Alamin, di mana siapa pun, dari agama apa pun, bisa hidup berdampingan dengan Islam. Orang-orang yang terpengaruh oleh radikalisme ingin merubah sistem kenegaraan. Dengan bimbingan dari ulama yang mendorong perdamaian, kita bisa mencegah radikalisme," kata Dafrizal.

Dafrizal mengungkapkan bahwa ia pertama kali terpapar paham radikalisme pada tahun 2002 ketika ia masih di sekolah menengah kejuruan (SMK). Selama menjadi anggota NII, ia menyaksikan perbedaan keyakinan agama kelompok tersebut dengan ideologi Pancasila dan UUD.

Mereka sering mengkafirkan orang lain yang berada di luar kelompok mereka, termasuk aparat penegak hukum seperti polisi. Mereka juga melakukan ibadah dengan cara yang berbeda, termasuk solat yang tidak sesuai dengan jamaah umum, karena mereka mengikuti ajaran Madinah dan menganggap Indonesia masih Mekkah.

Dafrizal menekankan bahwa penting untuk menghindari pemikiran bahwa orang di luar kelompok mereka adalah kafir, yang dapat mengakibatkan kekerasan terhadap mereka. Ia menaruh harapannya pada pencerahan dan edukasi untuk mencegah radikalisme.

"Kami mengimbau agar kita menjaga persatuan negara dan berdoa untuk para pemimpin kita," tambahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun