Genderang “Perang” Pilkada DKI Jakarta telah resmi ditabuh. Tiga pasang kandidat akan berpacu dengan waktu dalam meraih simpati masyarakat, mulai dari blusukan sampai menjual “Kecap” visi misi masing-masing.
Pertarungan Pilkada DKI Jakarta bukan hanya sebatas pertandingan tiga pasang kandidat, tapi dijadikan sebagai barometer kekuatan politik Indonesia. Tidak mengherankan jika seluruh kekuatan yang ada dalam Parpol dikerahkan, bahkan artis-artis juga dikerahkan guna meraih simpatik para pemilih.
Ada benarnya juga ungkapan yang menyebutkan Pilgub rasa Pilpres. Karena tingginya tensi politik Indonesia, dan menyedot banyak perhatian. Mulai dari media massa konvensional, sampai dengan media sosial. Masyarakat yang terlibat juga tidak saja berdomisili di Jakarta, tapi Indonesia.
Berkaca pada pengalaman hasil tahun 2012, Pilgub DKI berbanding lurus dengan hasil Pileg dan Pilpres 2014. Saat itu Joko Widodo menang mengalahkan petahana Fauzi Bowo, hasil ini berlanjut ke 2014 dimana partai Jokowi menang di Pileg dan menjadi Presiden RI.
Jadi, dengan begitu luarbiasanya sorotan publik terhadap Pilgub DKI Jakarta kali ini, dijadikan momentum untuk mencari popularitas untuk penantang Jokowi untuk tahun 2019. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terkait dengan kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi beberapa waktu lalu, rasanya kandidat yang ada sulit untuk menandingi Jokowi termasuk Prabowo sendiri.
Mungkin sadar dengan kondisi tersebut, Prabowo mencoba membuat terobosan dengan mengusung orang yang tahun 2014 menjadi ring 1 Jokowi (Anies baswedan) untuk mewakili dirinya dalam pertarungan DKI 1. Bisa saja Prabowo mencoba menarik simpati publik dengan sikap ikhlas dan tidak dendam dengan sosok Anies.
Namun melihat faktor umur dan kurangnya wadah untuk menunjukkan kapasitasnya, masih sulit untuk Prabowo menandingi Jokowi pada tahun 2019 mendatang. Pada tahun 2019, umur Prabowo sudah 68 tahun. Dengan mayoritas pemilih Indonesia pada tahun tersebut adalah pemilih muda, maka kecil kemungkinan akan memilih Prabowo.
Lalu melihat dari Partai Golkar, dengan sudah menyatakan deklarasi bakal mendukung Jokowi tahun 2019 maka dua partai terbesar sudah ada ditangan Jokowi.
Melihat kondisi tersebut, SBY bersama beberapa partai papan tengah mencoba mencari sosok baru yang bisa jadi alternatif. Dan pilihan itu jatuh kepada Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik AKABRI dan mewarisi kelihaian SBY.
Dengan menerjunkan Agus pada Pilgub DKI kali ini, SBY mencoba melatih calon lawan Jokowi pada tahun 2019. Karena tanpa dipersiapkan jauh-jauh hari, maka Jokowi akan menang mudah pada tahun 2019 dan mengancam demokrasi Indonesia.
Bukan berarti Agus bakal dengan mudah mengalahkan Jokowi pada tahun 2019, tapi minimal Jokowi punya lawan sepadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H