Mohon tunggu...
Jayadi .
Jayadi . Mohon Tunggu... -

Motivator Untuk Diri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Jalan Kawan

3 September 2010   15:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:28 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam itu, Sabtu 29 Agustus 2010, bulan yang telah kehilangan seperempat tubuhnya pun bersinar terang seolah menerangi jalan mu menuju keharibaan Sang Maha Pencipta, ALLAH SWT.

Torehan kisah seorang sahabat kian melekat, manakala frame demi frame kisah terucap dari bibir mereka yang merindukan keberadaan mu diantara himpitan kesedihan dan kebahagian hidup.

Merka memuja mu, mereka menyanjung mu, mereka menyayangi mu, mereka bangga pada mu dan mereka pun mengihklaskan mu. Tanpa pesan kau pergi meninggalkan mereka yang setia menunggu mu hari demi hari, malam demi malam diantara himpitan dinding putih Rumah Sakit itu.

Hanya senyum kecil yang kau tinggalkan dibalik tabir penutup wajah mu.

Air mata itu seolah tak tebendung. Mengalir deras dari ribuan pasang mata yang ingin menyapa atau sekedar melihat senyum terakhir itu.

Topang lah aku…
Bawalah aku ke tempat asalku
Jangan kau sesali dan kau tangisi Aku
Aku tidak di situ

Aku tahu kesedihan mu
Tetapi kau tak tahu keadaan ku

Hujani aku dengan Doa-doa mu
Sebagai selimut kedamaian tidur ku

Aku tahu kesedihan mu
Aku tahu keadaan mu

Tetapi kau tak tahu kegembiraan ku
Saat aku akan menemui kekasih hati ku

Lantumkan Doa-doa dan Ayat-ayat suci itu untuk ku
Sebagai penyejuk ruang tidur terakhir ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun