Malam itu, Sabtu 29 Agustus 2010, bulan yang telah kehilangan seperempat tubuhnya pun bersinar terang seolah menerangi jalan mu menuju keharibaan Sang Maha Pencipta, ALLAH SWT.
Torehan kisah seorang sahabat kian melekat, manakala frame demi frame kisah terucap dari bibir mereka yang merindukan keberadaan mu diantara himpitan kesedihan dan kebahagian hidup.
Merka memuja mu, mereka menyanjung mu, mereka menyayangi mu, mereka bangga pada mu dan mereka pun mengihklaskan mu. Tanpa pesan kau pergi meninggalkan mereka yang setia menunggu mu hari demi hari, malam demi malam diantara himpitan dinding putih Rumah Sakit itu.
Hanya senyum kecil yang kau tinggalkan dibalik tabir penutup wajah mu.
Air mata itu seolah tak tebendung. Mengalir deras dari ribuan pasang mata yang ingin menyapa atau sekedar melihat senyum terakhir itu.
Topang lah aku…
Bawalah aku ke tempat asalku
Jangan kau sesali dan kau tangisi Aku
Aku tidak di situ
Aku tahu kesedihan mu
Tetapi kau tak tahu keadaan ku
Hujani aku dengan Doa-doa mu
Sebagai selimut kedamaian tidur ku
Aku tahu kesedihan mu
Aku tahu keadaan mu
Tetapi kau tak tahu kegembiraan ku
Saat aku akan menemui kekasih hati ku
Lantumkan Doa-doa dan Ayat-ayat suci itu untuk ku
Sebagai penyejuk ruang tidur terakhir ku.