beda agama. Bukan sepenuhnya tidak menyenangkan, hanya saja risiko yang dihadapi akan lebih besar. Karenanya pertimbangannya pasti akan lebih banyak dan lebih memberatkan pikiran.
Memiliki pacar tentu akan terasa menyenangkan, apalagi jika menemukan orang yang tepat. Namun sayangnya hal ini tidak sepenuhnya berlaku dalam sebuah keadaan, yaitu bagi mereka yang berpacaranSudah menjadi hal yang umum jika pacaran beda agama akan lebih banyak rintangannya. Berikut risiko beserta penjelasan dari pacaran beda agama.
Tidak bisa/cenderung sulit untuk dapat beribadah bersama.
Meskipun sudah berstatus pacaran, adanya perbedaan agama tetap tidak memperbesar kemungkinan untuk dapat beribadah bersama. Hal ini juga disampaikan oleh S saat wawancara singkat. "Pacaran sih, tapi kalau ibadah jadinya ya tetep sendiri-sendiri, gak bisa bareng".Â
Potensi terjadinya konflik lebih besar.
Potensi konflik saat berpacaran beda agama akan lebih besar daripada berpacaran dengan yang seagama. Ini terjadi karena adanya perbedaan, maka dari itu masing-masing individu harus bisa untuk mengontrol egonya dan juga harus memiliki tingkat toleransi yang tinggi. "Yaa sama yang seagama aja tetep banyak ributnya, gimana sama yang beda? Itumah kalo toleransi gak tinggi, ego masing-masing juga masih main, bisa berantem terus tiap saat," ujar S saat diwawancarai secara singkat.
Hukum di Indonesia yang kurang mendukung.
Saat ini, hukum di Indonesia diketahui cukup sulit bagi pasangan yang ingin menikah secara beda agama. Ini karena kantor catatan sipil tidak dapat mengesahkan catatan pernikahan bagi yang berbeda agama. Satu-satunya cara agar tetap dapat menikah dengan pasangan yang berbeda agama di Indonesia adalah salah satu individu dari pasangan tersebut harus pindah agama. Hal ini kemudian juga diungkapkan oleh RP dalam wawancara singkatnya.Â
"Kalau mau lebih gampangnya ya keluar negeri, nanti balik tinggal pindahin aja catatan nikahnya. Tapi kalau di Indonesia sudah susah, karena sebelum ke catatan sipil kan butuh sah secara agama dulu. Semisal contohnya saya, saya kan Katolik, ini ada yang namanya sakramen pernikahan. Sementara kalau beda agama, jadi gak dapet sakramen pernikahan. Jadi ya lebih sulit kalau mau didaftarkan ke catatan sipilnya".
Adanya stereotip yang terbentuk di lingkungan Indonesia.
Di lingkungan Indonesia, topik pacaran beda agama masih cukup sensitif untuk dibicarakan. Meskipun nyatanya sudah ada, bahkan tidak sedikit yang berhasil, namun pacaran beda agama tetap memiliki stereotip yang buruk. Karenanya bertahan menghadapi cibiran dari lingkungan sekitar juga menjadi salah satu faktor yang penting.Â