Mohon tunggu...
Reane Nur Karomah
Reane Nur Karomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, nama saya Reane Nur Karomah biasa dipanggil Rere atau Rea maupun Reya. Saya seorang mahasiswa jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia di salah satu kampus negeri di Bandung. Saya menyukai berbagai hal yang berhubungan dengan karya sastra, menurut saya sastra adalah ilmu yang luas yang dapat kita dapatkan dengan berbagai cara penyampaian. Jadi, salam kenal!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Simbolisme Alam dan Relasi Manusia dalam Puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono

10 Desember 2024   16:33 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:33 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam dan manusia telah terbentuk dan tercipta secara bersama-sama untuk hidup beriringan. Adanya alam yang hadir sedari awal dalam hidup manusia dapat memenuhi semua kebutuhannya. Tanpa meminta balasan, meskipun terkadang kurangnya sikap balas budi pada alam. Namun, keterkaitan alam dengan manusia tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melainkan dapat menjadi cermin jiwa manusia melalui sebuah karya yang dibalut dengan perasaan, ketegangan, keindahan, hingga merefleksikan seluruh keadaan. Dalam beberapa hal, alam sering pula dijadikan sebagai satuan simbol atau tanda untuk merefleksikan atau menjadi relasi memahami hubungan manusia itu sendiri. Alam yang dijadikan simbol erat kaitannya dengan kajian ilmu semiotika. Menurut Charles Sanders Peirce, sebuah tanda merupakan konsep yang digunakan sebagai alat atau objek untuk analisis, di mana pada tanda tersebut terkandung berbagai makna yang muncul sebagai hasil interpretasi pesan yang disampaikan melalui tanda tersebut. Pendapat tersebut dijadikan dasar atau landasan teori Semiotika dengan lebih dikenal teori Peirce.

Peirce mengkategorikan analisis semiotika dalam tiga elemen utama, yaitu Representamen, Object, dan Interpretant. Representamen adalah tanda yang digunakan untuk mewakili sesuatu, seperti kata "abu" dalam puisi. Object merujuk pada apa yang diwakili oleh tanda tersebut, misalnya Abu sebagai fenomena atau keadaan kehilangan atau kehancuran. Interpretant adalah makna yang dihasilkan atau diinterpretasikan oleh pembaca berdasarkan tanda dan objek tersebut, seperti perasaan kehilangan atau kefanaan yang dirasakan pembaca. Dari ketiga kategori ini, Peirce lebih lanjut membagi Representamen menjadi tiga kategori, yaitu Qualisign (tanda yang hanya memiliki kualitas), Sinsign (tanda yang merujuk pada kejadian atau fenomena tertentu), dan Legisign (tanda yang diatur oleh konvensi atau norma).

Tanda-tanda tersebut menjadikan alasan bagaimana puisi sastra dapat dikaji melalui semiotika untuk dapat lebih jauh memahami. Tidak hanya memahami dari kata atau kalimat yang secara langsung diungkapkan maupun dituliskan, melainkan dapat melalui sebuah tanda atau simbol kata yang mungkin tidak semua orang dapat pahami. Dalam kesempatan kali ini, setelah melakukan projek bersama dua rekan saya dengan mengalihwahanakan puisi ke dalam sebuah podcast dan juga menguliti arti atau makna sebuah puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono yang ditulis pada tahun 1989 sukses dikenal luas berbagai kalangan  masyarakat. Puisi "Aku Ingin" ini pula sudah banyak yang melakukan apresiasi, dibacakan, dimusikalisasikan, hingga dijadikan film pendek.
Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa Sapardi menulis puisi ini hanya dengan sekali duduk dan hanya menghabiskan waktu beberapa menit saja. Puisi ini pun ditulisnya untuk istrinya, dengan adanya "suara" mengenai dibalik penulisan puisi "Aku ingin" semakin memperkuat bagaimana puisi yang "sederhana" mampu membuat pembaca merasakan makna yang mendalam, tidak semata-mata sederhana.

Tak dapat dipungkiri juga bila ada yang merasa aneh atau janggal saat membaca puisi yang menggunakan simbol atau kiasan.  Tidak bisa disalahkan pula, bila ada seseorang yang mengungkapkan makna puisi tersebut berbeda-beda. Dalam pembelajaran pun seringkali diterangkan tidak perlu takut salah atau berbeda, karena tidak ada yang salah atau benar mengenai pendapat. Hal ini berkaitan dengan pengalaman seseorang tersebut, konteks, dan pengekspresian sudut pandang tiap individu. Maka, pada kesempatan ini akan dibahasnya Simbolisme Alam dan Relasi Manusia dalam Puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono dengan kajian atau pendekatan Semiotika menggunakan teori Pierce.

Syair Puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono:

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada


Sapardi Djoko Damono, 1989.

Setelah membaca syair puisi tersebut, tidak heran bila puisi "Aku Ingin" menjadi ikonik dan disukai semua kalangan. Meskipun kata yang terdapat pada setiap kalimatnya/lariknya pendek, namun diksi yang dikemukakannya sangat indah. Tidak pernah terbayangkan bagaimana "mencintaimu dengan sederhana" juga dikaitkan dengan fenomena alam "Diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu" atau pun "Disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada". Hal tersebut yang menjadi poin utama pembahasan ini. Bagaimana "alam" dapat menyatu dan berhubungan secara beriringan atau berdampingan dengan kehidupan manusia. Seperti yang sudah dibahas di awal, bahwa ada Representamen yang terbagi tiga kategori kembali (Qualisign, Sinsign, dan Legisign)

Sebelum masuk pada pembahasan "alam" mestinya, kita membahas dari judulnya terlebih dahulu. Judul "Aku Ingin" terasa seperti Aku lirik ingin mengungkapkan perasaannya, keinginannya, dan hasratnya. Dari judul saja sudah dapat terasa bahwa puisi ini dikemas dan dibalut dengan diksi yang sederhana dan mudah dimengerti. Namun, apakah isi yang disajikan pun sesederhana judul "Aku Ingin" atau malah isi yang dikembangkan tidak sesederhana judul yang hanya memiliki 2 kata? proses pembuatannya hanya beberapa menit? proses pembuatannya dengan sekali duduk?


"Aku ingin mencintaimu"
Larik awal sukses menyapa pembaca dengan hangat dan menjadikan penekanan setelah judul yang terasa terlalu "sederhana" dan cukup membuat pembaca merasa perlu membaca lebih dan menganalisis. Ungkapan aku lirik dalam larik tersebut bukan hanya ungkapan emosional. Namun, terasa tulus dan sebuah keinginan yang memang terdapat pada hati yang terdalam atau murni dengan kesadaran. Penekanan atau tambahan diksi "Mencintaimu" terasa sebagai dorongan yang "aktif" pada diri aku larik.


"Dengan sederhana"
Seperti pembahasan sebelumnya mengenai cinta yang tulus dan murni, larik ini kembali menekankan cinta yang "sederhana" tidak ada paksaan dan hanya ada keikhlasan apa adanya.


"Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api"
Pada larik ini sudah muncul adanya keterkaitan alam yang ikut andil dalam kalimatnya. Namun, kayu dan api tidak hanya sebuah benda yang berhubungan dengan alam saja, melainkan ada hal lain yang jika ditelaah lagi menghasilkan pemahaman baru. Simbolisme Kayu dan Api menjadi fokus utama pada larik puisi ini, mari telaah menggunakan teori Pierce.
Kayu: n pohon yang batangnya keras (KBBI)
Api:n panas dan cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar; nyala:
n kebakaran (KBBI)

Tanda
Kayu: Menurut KBBI kayu adalah benda keras yang berasal dari pohon, pohon dan kayu seringkali disimbolkan dengan kehidupan.
Api: Panas yang dapat menyebabkan terbakar/kebakaran, dapat disimpulkan menjadi simbol sesuatu yang dapat membakar (membuat sesuatu kehilangan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun