Mohon tunggu...
Reane Nur Karomah
Reane Nur Karomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, nama saya Reane Nur Karomah biasa dipanggil Rere atau Rea maupun Reya. Saya seorang mahasiswa jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia di salah satu kampus negeri di Bandung. Saya menyukai berbagai hal yang berhubungan dengan karya sastra, menurut saya sastra adalah ilmu yang luas yang dapat kita dapatkan dengan berbagai cara penyampaian. Jadi, salam kenal!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Senyum dalam Keterbatasan: Antara Kebengisan dan Harapan dalam Cerpen "Senyum Karyamin" karya Ahmad Tohari.

22 Desember 2023   07:47 Diperbarui: 22 Desember 2023   07:59 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kutipan tersebut menggambarkan bahwa senyum dan tawa yang mereka lakukan adalah sebagai bentuk atau ungkapan bahwa hanya itu yang dapat dilakukan untuk menghibur diri mereka sendiri.

Diceritakan pula bahwa karyamin merasakan kunang-kunang yang semakin mengganggunya, ditambah perutnya yang kelaparan seperti mengeluarkan teriakan minta di isi makanan, bukan hanya hawa kosong. Ada Saidah seorang penjual nasi pecel. Saidah melihat Karyamin yang pucat dengan bibirnya yang biru, badannya yang basah dan kotor, juga mendengar perutnya yang keroncongan merasa kasihan. Saidah menawarkan dagangannya dan bersedia dihutangi oleh Karyamin dan teman-temannya. Karyamin menolak tawaran tersebut dengan halus sambil tersenyum, ia memilih untuk meminta minum saja.

"Tidak. Beri aku minum saja. Daganganmu sudah ciut seperti itu. Aku tak ingin menambah hutang."

"Tidak, kalau kamu tak tahan melihat aku lapar aku pun tak tega melihat daganganmu habis karena utang-utangku dan kawan-kawan."

Penulis membawakan alur cerita dengan begitu apik dan rinci. Pembaca seolah-olah merasa terbawa suasana dan dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi Karyamin yang melarat, kelaparan, tertipu dengan uang bayarannya yang dibawa kabur oleh seorang tengkulak, dan naasnya yang hanya bisa ia lakukan hanyalah tersenyum. Sebagai pembaca melihat dan membayangkan kasus kelaparan seperti Karyamin dan teman-temannya, memberi banyak pelajaran untuk kita semua. Sehubungan dengan itu, banyak sekali di luaran sana yang kurang beruntung, yang dapat membuat kita belajar untuk secukupnya dan tidak membuang-buang makanan. Sesungguhnya kasus kelaparan di Indonesia atau sekitar lingkungan pun masih banyak yang kurang terekspos dan atau terbantu oleh pemerintah sekitar.

Sebelum Karyamin sampai di rumahnya, ia melihat dari jauh terlihat dua buah sepeda yang ia yakini adalah penagih bank harian. Karyamin sontak berpikir, apa perlunya ia pulang terlihat dalam narasi yang tertulis.

"Padahal Karyamin tahu, istrinya tidak mampu membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa, dan entah hingga kapan ..."

"Dia merasa pasti tidak bisa menolong keadaan, atau setidaknya menolong istrinya yang sedang menghadapi dua penagih bank harian."

Dengan pemikirannya yang begitu, Karyamin pun memutuskan untuk pelan-pelan membalikan badan yang berarti pergi menjauhi atau meninggalkan istrinya bersama dengan kedua penagih bank harian di depan rumahnya. Namun, setelah Karyamin membalikan badan ia samar-samar melihat seseorang yang dideskripsikan memakai baju batik bermotif dengan lengannya yang panjang, tak lupa juga kopiahnya yang berwarna kemerahan namun sudah botak. Kata botak untuk kopiah sendiri ini adalah, penggambaran untuk kopiahnya yang sudah terlalu sering atau lama dipakai yang menjadikan kopiah tersebut menjadi botak. Orang yang dimaksud tersebut adalah Pak Pamong. Ternyata, kehadiran pak Pamong sendiri ada maksud dan tujuan tertentu, yaitu ia ingin menagih setoran uang pada Karyamin karena hanya tinggal ia seorang yang belum memberi dana bantuan untuk orang-orang kelaparan di Afrika. Pak Pamong merasa bahwa Karyamin selalu menghindarinya dan menyulitkannya, terlihat dalam dialognya kepada Karyamin.

"Kucari kau di rumah, tak ada. Di pangkalan batu, tak ada. Kamu mau menghindar ya?"

"Aku tak mau lebih lama kau persulit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun