Mohon tunggu...
Real MeC11
Real MeC11 Mohon Tunggu... Konsultan - Owner

Konsultan Manajemen, Konsultan ISO

Selanjutnya

Tutup

Financial

Karut Marut Penerapan ISO di Indonesia

15 Januari 2023   16:30 Diperbarui: 15 Januari 2023   16:35 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam konteks demikian tentu saja, sertifikat-sertifikat "Basic Training" atau bahkan "Audit Internal" begitu mudah diberikan pada peserta dari perusahaan hanya dengan pemenuhan persyaratan "attendance" atau menghadiri pelatihan, tanpa ada proses benchmarking terhadap pemahaman materi yang diterima.

Pola salin tempel ini juga terjadi di tingkat Lembaga Sertifikasi. Bukan hanya hasil Laporan Audit Klien Sertifikasi dilakukan dengan pola salin tempel, modifikasi temuan-temuan dalam proses audit pun bisa dinegosiasikan dan diatur bersama klien, yang tentu saja akan diakhiri dengan pemberian "salam tempel" pada auditor-auditor yang bertugas.

Sebagai akibatnya bukan hal yang aneh pula jika tenaga Auditor pun terjebak dalam pemahaman-pemahaman yang "seadanya" baik dalam konteks Standar ISO, maupun manajemen secara umum.

***

Kondisi ini sebenarnya sudah sangat memprihatinkan. Karena mudah untuk kita bayangkan bahwa akumulasi dari gejala-gejala dan pola yang diterapkan pelaku-pelaku dalam dunia Sertifikasi ISO ini sesungguhnya adalah proses yang sedang "membunuh" Standar ISO itu sendiri.

Saat ini dampak negatif pada Standar ISO itu sendiri sudah sangat marak terbaca di masyarakat. Bukan hal yang aneh jika sekarag ini kita menemukan masyarakat umum memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap manfaat dari penerapan Standar ISO di perusahaannya.

Dalam dunia bisnis sehari-hari mudah ditemukan pandangan-pandangan umum yang menganggap Standar ISO hanya persyaratan administratif, yang bagi manajer atau pegawai di dalam organisasi perusahaan sebenarnya justru dianggap hanya mempersulit organiasi perusahaan, dan manfaat yang diberikan hanya sebatas memenuhi persyaratan formalitas dari pemerintah atau pemenuhan formalitas regulasi, dan tidak memiliki manfaat yang lebih besar bagi bisnis mereka.

Ibaratnya, nilai Sertifikat ISO di mata pelaku bisnis, jatuh menjadi sebatas "pakaian seragam" yang diadakan dan dikenakan hanya untuk mematuhi aturan/regulasi pemerintah, atau sebatas kosmetik yang memperindah penampilan perusahaan, namun secara real (nyata) dianggap tidak bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau apalagi, untuk menambah profit perusahaan dan mengembangkan perusahaan menjadi lebih maju.

Tentu saja, gejala ketidakpercayaan ini tidak hanya akan berhenti di masyarakat, namun mudah dibayangkan akan terus bergulir sampai ke tingkat regulator atau pemerintahan. Dan mudah pula ditebak,  jika kemudian pemerintah pun memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap penerapan Standar ISO, tentu saja pemerintah akan terdorong untuk beranggapan penerapan Standar ISO dan Sertifikat ISO tidak lagi dipandang sebagai persyaratan yang layak untuk memastikan kualitas kinerja dari perusahaan.

Jika kondisi terjadi, maka demand terhadap Standar ISO pelan-pelan akan berkurang, karena selembar Sertifikat ISO dianggap tidak bisa memberikan jaminan akan kualitas dan kinerja organisasi perusahaan, dan tentu saja pada akhirnya Sertifikat ISO tidak akan lagi "laku" di dalam dunia bisnis,

Dalam konteks inilah, penulis telah menulis dan menyusun sebuah buku untuk menjadi sumbangan pemikiran bagi masyarakat Indonesia secara umum, khususnya para pelaku bisnis, dan terlebih khusus lagi bagi para pelaku di dalam dunia Sertifikasi ISO. Dijabarkan dalam beberapa bab, buku ini akan membahas mulai dari konsep-konsep pemahaman yang keliru, hingga teknik-teknik penerapan klausul Standar ISO khususnya ISO 9001 (QMS/Sistem Manajemen Mutu), yang bisa membantu organisasi perusahaan, konsultan, maupun auditor untuk mendisain dan mengevaluasi sistem manajemen yang bukan hanya memenuhi persyaratan standar secara administratif, namun bermanfaat bagi profit perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun