Revolusioner bukan berawal dengan aksi meski ia tetap harus beraksi. Revolusioner berawal dari realitas kita yang kemudian ditangkap oleh akal pikiran. Dialog dialog dan dialog harus senantiasa ditanamkan, karena itulah jalan keberadaban. Tanpa dialog, para revolusioner bisa terjebak pada totalitarian seperti yang selama ini terjadi. Dengan jiwa revolusioner yang dipadukan dengan dialektika, maka akan melahirkan musyawarah mufakat dalam tataran konsep serta gotong royong dalam tataran aksi. Inilah jiwa keIndonesiaan kita sebenarnya. Gotong royong adalah puncak dari keteraturan kita.
Dan pada akhirnya, kejayaan kita bukan berada dimasa lalu. Kejayaan ada kita dimasa depan yang akan kita raih dengan cita, akal, tangan dan kesedaran masing-masing dari kita; bukan bergantung pada penguasa apalagi pemilu..