Harga cabai yang tidak stabil
Menjelang bulan Ramadan dan hari–hari besar seperti hari raya Idul Fitri sudah menjadi tradisi harga barang kebutuhan pokok akan melambung, tak terkecuali cabai. Ya, cabai merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar dan masuk dalam 7 jenis kategori barang kebutuhan pokok di antaranya beras, gula, minyak, daging, cabai, bawang merah dan bawang putih. Harga cabai pun mengalami turun naik di setiap musimnya. Terbayang kan saat harga cabai melambung?Â
Karena cabai merupakan salah satu bahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, jadi saat harga melambung maka mau tidak mau masyarakat pengonsumsi cabai terutama pengusaha rumah makan dengan ciri khas pedasnya akan tetap membelinya meski merogoh kocek 2 sampai 3 kali lipat lebih mahal dari harga biasa.
Tanaman cabai adalah tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah di mana saja. Tapi sayang masyarakat yang ternyata gemar mengonsumsi cabai kurang mengantisipasi lonjakan harga cabai yang cukup ekstrem dengan menanam cabai sendiri padahal cabai dapat tumbuh dan berbuah di mana saja dengan media tanam sederhana dan tidak harus di lahan yang luas. Karena cabai sesungguhnya bisa ditanam dengan memanfaatkan halaman/pekarangan dengan menggunakan pollybag, sehingga di saat harga cabai melambung masyarakat bisa memetik sendiri untuk konsumsi. Kalau pun menghasilkan panen yang berlebih maka bisa di jual atau berbagi dengan tetangga sekitar.
Cabai untuk tanaman hias?
Jika kebanyakan perempuan menanam berbagai tanaman bunga maka berbeda dengan tanaman hias yang menjadi idola Mbah Minto, karena tanaman hias yang beliau gemari lain dari yang lain. Ya, cabai! Cabai adalah tanaman hias idola Mbah Minto, bahkan beliau merekayasa sendiri tanaman cabai ini dari berbagai jenis cabai rawit sehingga menghasilkan varietas baru yang beliau sebut atau beliau beri nama Cabai Malehnong yang memiliki kepanjangan "cabe maleh neng winong" (cabai yang berubah di Winong).Â
Di kediamannya lah Jalan Jambu V No.3 Perum Winong, Desa Winong Rt. 05 RW. 04 Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, beliau bekerja keras sehingga membuahkan hasil cabai malehnong. Cabai varietas baru yang mana saat berbuah buahnya bergerombol menghadap ke atas dengan berbagai warna yang cantik, karena hal itulah maka cabai malehnong juga cantik di jadikan tanaman hias di halaman/pekarangan rumah dan tentu saja cabai malehnong adalah cabai yang diperlakukan secara organik oleh Mbah Minto bersama tim 3G O (GaGe Go Organik) Pati, Jawa Tengah.
Edukasi bagi KWT tentang cabai hias malehnong
Peserta Bimtek berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah yang terbagi menjadi 5 angkatan dan di laksanakan selama 2 hari untuk masing-masing angkatan. Kab. Pati, Kab. Sragen dan Kab. Temanggung adalah tempat di mana kegiatan Bimtek dilaksanakan. Angkatan I dilaksanakan di desa Langse, Kec. Margorejo, Kab. Pati, angkatan II di BPSDM Tan Bun Jateng yang beralamat di Jalan Semarang-Jogja, Km. 12,8 Desa Soropadan, Kec. Pringsurat, Kab. Temanggung, angkatan III kembali di Pati, angkatan IV di Pesantren Kemandirian Yatim yang beralamat di desa Jati Batur, Kec. Gemolong Kab. Sragen dan angkatan V di BPSDM Tan Bun Jateng.
Dengan tertariknya masyarakat untuk menanam cabai di halaman/pekarangan rumah baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual maka di saat terjadi lonjakan harga cabai, masyarakat tidak perlu khawatir lagi karena bisa memenuhi kebutuhan cabai untuk konsumsi sendiri dari hasil tanaman cabai yang di tanamnya.