Mohon tunggu...
Mas Kip
Mas Kip Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang biasa yang sedang belajar

Membaca, Melihat, Mendengar, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Generasi Milenial dan Petani untuk Stabilitas Harga Pangan

1 April 2018   09:18 Diperbarui: 1 April 2018   09:46 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat kebiasaan dan minat generasi milenial seperti saat ini, sepertinya sedikit dari mereka yang melirik untuk menjadi petani apalagi harus terjun langsung ke sawah, meskipun ada juga beberapa petani muda yang sukses dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi saat ini. 

Petani adalah Jabatan Profesi, hal itu ideologinya ada di pedesaan, harusnya pemerintah juga memperhatikan dan melestarikan 'jabatan petani'. Sepertinya pemerintah selama ini kurang fokus pada proses pemberian 'Keris Jaka Piturun' dari ayah ke anak tani.  Yang kita lihat saat ini adalah kemandekan pewarisan 'jabatan petani' dari ayah ke anak tani.

"Selain petani-petani muda rekrut juga mereka yang masih sekolah, kuliah atau yang jelang lulus (jurusan pertanian), supaya adik-adik perguruan tinggi bisa ikut gabung dalam barisan untuk mewujudkan mimpi dan visi kita semua, negeri ini bisa berdaulat pangan secara sehat", tanggapan dari koordinator dan admin komunitas 3G O, Eny P, SP, saat diskusi berkaitan menurunnya minat generasi muda untuk berprofesi sebagai petani.

Padahal di desalah 'capacity building' yang harus tetap di jaga demi mewujudkan kedaulatan pangan :

1) Jabatan Profesi Tani

2) Lahan Pertanian dan Irigasi

3) Paguyuban Tani Sebagai Kultur.

Itulah Ideologi Tani karena hanya di desa yang kuasai hak atas lahan, lahan merupakan modal yang sangat penting karena akan menentukan kapasitas bahan pangan yang dihasilkan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat banyak.

Untuk itu perlu adanya gerakan pelestarian lahan pertanian, yaitu memperlakukan lahan dengan bijak, dan itu yang menjadi prinsip bagi para petani berbasis organik 'tanah sehat, tanaman sehat, manusia sehat, lingkungan sehat'.

Seperti yang di paparkan Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Bogor, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M Agr. :

"Makanya kita harus kelola tanah dengan baik dan bijak, tanah sehat akan menghasilkan pangan sehat, bangsa cerdas, maju, dan sejahtera, oleh karena itu kita harus berupaya agar tanah kita tetap sehat untuk kehidupan kita yang sehat. Pertanian organik adalah teknologi agar tanah kita sehat, dengan demikian pertanian organik selain menutupi kebutuhan pangan juga menjamin hidup kita sehat, Inovasi dan pengalaman 3 GO luar biasa untuk bekal kita semua.", penggalan pesan yang di sampaikan di sebuah forum diskusi komunitas '3G O(Gage Organik)'.

Gerakan 'Pengorganikan' adalah ranah iptek, petani dan lahan adalah sumberdaya. Untuk itu pemerintah harus bersinergi dengan petugas lapang, pengusaha dan yang tidak kalah penting adalah PETANI.

Dengan terwujudnya kedaulatan pangan di harapkan ke depannya harga kebutuhan barang pokok stabil demikian juga di sektor perkebunan, sehingga ke depan tidak lagi ada impor kecuali ekspor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun