Produksi adalah kegiatan yang menimbulkan manfaat atau faedah serta nilai suatu barang dan jasa. Dalam konteks lain produksi adalah usaha untuk manciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia.
Dan islam memandang produksi sebagai usaha untuk menghasilakn dan mengupayakan sesuatu dalam nuansa kelangsungan hidup manusia di dunia. Di dalam sebuah hadis Rasul yang dikemukakan sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud yang artinya "Umat islam itu bersekutu dalam tiga perkara: padang rumput, ait dam api". Â Hadis ini menunjukkan adanya hak dari kepemilikan umum.Â
Jika jenis harta yang demikian ini di bawah kekuasaan individu niscaya keperluan umum tidak akan terpenuhi atau terganggu. Dan dizaman sekarang kekayaan umum dapat diperluas karena diperlukan oleh seluruh rakyat yang senan tiasa berhadapan dengan soal-soal ekonomi.Â
Ekonomi sendiri merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat seluruhnya. Sejalan dengan berkembangnya kegiatan ekonomi, maka berkembangnya pula ilmu ekonomi yang melahirkan sistem-sistem ekonomi.Â
Pada umunya ilmu ekonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan pemanfaatan faktor produksi  yang langka, produksi barang dan jasa, serta mendistribusikan untuk dikonsumsi.
A. Â Tinjauan Teoritis
Dengan semakin majunya peradaban manusia, manusia semakin cerdas dan semakin banyak alat-alat kapital yang mereka miliki, yang semuanya dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan mereka untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.Â
Namun meningkatnya kemampuan mereka menghasilkan barang dan jasa hampir senantiasa disamakan, bahkan tidak jarang pula didahului oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Semakin tinggi kita menaiki jenjang peradaban semakin kita terkalahkan dengan kebutuhan fisiologik karena faktor fisiologis.Â
Dalam suatu masyarakat primitif, konsumsi masih sangat sederhana karena kebutuhannya juga sangat sederhana, akan tetapi peradaban modern telah menghancurkan kesederhanaan akan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pandangan terhadap kehidupan dan ekonomi muslim yang cukup menaruh perhatian pada teori produksi adalah Imam Al-Ghazali.Â
Beliau telah menguraikan faktor-faktor produksi dan fungsi produksi dalam kehidupan manusia. Al-Ghazali memberikan perhatian cukup besar ketika menggambarkan bermacam ragam aktivitas produksi dalam masyarakat, termasuk hirarki dan hakikatnya.Â
Ia mengklasifikasi aktivitas produksi menurut kepentingan sosialnya dan menitikberatkan perlunya keja sama dan koordinasi. Kemajuan ini sangat berbeda dengan konsepsi nilai islami, khusunya dalam hal prilaku konsumen, produksi dan distribusi.
Dalam pengambilan manfaat alam tersebut, hendaklah memperhatikan norma-norma atau etika dalam hukum-hukum yang tekah ditetapkan oleh syariat. Produksi dalam arti sederhana bukanlah sesuatu yang dicetuskan oleh kaum kapilitas.Â
Produksi terjadi semenjak manusia bergelut dengan bumi, karena ia merupakan suatu hal yang primer dalam kehidupan. Produksi telah dikenal sejak Nabi Adam as, dan dialah manusia pertama dalam berproduksi.Â
Nabi adam dan anak cucunya di dunia ini bersusah payah dan membanting tulang untuk memenuhi kehidupan hidupnya, sedangkan di dalam surga Nabi Adam memperoleh itu semua tanpa perasaan penat dan lelah.Â
Klasifikasi aktifitas produksi yang diberikan Al-Ghazali hampir mirip dengan klasifikasi yang terdapat dalam pembahasan kontemporer yakni primer, sekunder dan tersier.Â
Secara garis besar, ia membagi aktifitas produksi dalam 3 kelompok yakni: industri dasar, yakni industri yang menjaga kelengkapan hidup manusia. Kelompok ini terdiri dari 4 jenis aktivitas yaitu agrikultur untuk makanan, tekstil untuk pakaian, konstruksi untuk perumahan dan aktivitas negara, termasuk penyediaan infrastruktur, khususnya untuk memfasilitasi produksi kebutuhan barang-barang pokok dan untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi antara pihak- pihak yang terkait dalam produksi.Â
Aktifitas penyokong, yakni aktifitas yang bersifat tambahan bagi industri dasar, seperti industri baja, eksplorasi dan pengembangan tambang serta sumber daya hutan. Aktifitas komplementer yakni yang berkaitan dengan industri dasar, seperti penggilingan dan pembakaran produk-produk agrikultur.
Produk yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai moralnya, yang mana bertentangan dengan nilai qurani. Semua jenis kegiatan dan hubungan industri yang menurunkan harkat dan martabat manusia atau menyembabkan dia terperosok kedalam kejahatan dalam rangka meraih tujuan ekonomi semata-mata semuanya dilarang.Â
Aspek sosial produksi ditekankan secara ketat yang dikaitkan dengan proses produksi. Sebenarnya distribusi keuntungan dari produksi diantara sebagian besar orang dengan cara yang seadil-adilnya adalah tujuan utama ekonomi masyarakat.Â
Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat dalam kaitannya dengan berbagai kebutuhan hidup, tetapi ai timbul akibat kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil manfaat yang sebesar besarnya dari anugrah Allah, baik dalam sumber manusiawi maupun sumber alami.Â
Ada beberapa tujuan produksi, sehingga ia diwajibkan untuk melakukannya, sebagaimana dari pendapat Yusuf qardhawi, yaitu: untuk memenuhi kebutuhan hidup, untuk kemaslahatan keluarga, untuk kemaslahatan masyarakat, untuk membangun dan memakmurkan bumi ini.Â
Al-Ghazari menganggap pencarian ekonomi sebagian dari ibadah individu. Produksi barang-barang kebutuhan dasar secara khusus dipandang sebagai kewajiban sosial. Pada pokoknya, negara harus bertanggung jawab dalam menjamin bahwa barang-barang kebutuhan pokok di produksi dalam jumlah yang cukup.
B. Prinsip Dasar Produksi Dalam Ekonomi Islam
Definisi tentang produksi adalah aktivitas menciptakan manfaat dimasa kini dan masa yang akan datang. Proses produksi bisa dilakukan oleh satu orang saja, misalnya seorang penyanyi yang mengelola udara, alat-alat pernafasan, alat-alat pengucapan, pita suara, daya seni dan keterampilannya menghasilkan suatu nyanyian yang indah, atau sebuah perusahaan tekstil.Â
Prinsip pokok konsumsi yang telah dijelaskan harus mencerminkan dalam sistem produktif suau negara Islam. Produksi tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun tidak dapat mencipatakan benda. Dalam pengertian ahli ekonomi, yang dapat dikerjakan oleh manusia hanyalah membuat barang-barang menjadi berguna.Â
Prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Bahkan dalam sistem kapitalis terdapat seruan untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan pada kepentingan individual dan materi.
Produksi sangat prinsipil bagi kelangsungan hidup dan peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam maka untuk menyatukan antara keduanya, Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai kholifah. Bumi adalah lapangan dan medan sedangkan manusia adalah pengelola segala apapun yang terhampar dimuka bimi untuk dimaksimalkan funsi dan kegunaannya.
Tanggung jawab manusia sebagai kholifah adalah mengelola sumber daya yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus dihindari oleh manusia adalah membuat kerusakan dimuka bumi.
Dengan demikian penentuan input dan output dari produksi haruslah sesuai dengan hukum Islam dan tidak mengarah pada kerusakan. Pada keadilan dibidang produksi, Al-Quran menganjurkan kepada orang-orang agar bekerja keras untuk mendapatkan harta kekayaan, namun islam hanya membolehkan usaha yang dilakukan dengan adil dan jujur, sedangkan usaha yang tidak adil dan salah sangat dicela. Sebab usaha tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan pada masyarakat, dan akhirnya akan membawa kehancuran.
Dan sesungguhnya segala bentuk produksi, Â dimana harta kekayaan diperoleh dengan jalan yang salah dan tidak adil diharamkan dalam islam. Hanya cara-cara yang wajar dan jujur saja yang diperbolehkan. Segala bentuk penawaran tidaklah sah jika di dalam keuntungan seseorang bergantung pada kerugian orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H