Di sini kita seakan diajak memahami bagaimana kondisi psikologis dan dinamika emosi di dalam diri seorang anak yang diadopsi. Sekalipun orangtua angkat melimpahinya dengan kasih sayang, namun jauh di dalam hatinya, dia tetap merasa "kosong" karena posisi orangtua kandungnya tak akan pernah bisa digantikan.Â
Sepanjang hidupnya pun dia selalu penasaran dan mencari jawaban "mengapa dia 'dibuang' oleh orangtua kandungnya?".Â
Anak mengalami kebingungan dengan benturan rasa di dalam jiwanya, antara emosi kemarahan dan kerinduan pada orang tua kandungnya.Â
Dari sini juga, kita bisa belajar bahwa apa yang orangtua anggap baik dan bertujuan untuk membuat anak bahagia, pada kenyataannya tidak selalu dirasa baik dan membahagiakan bagi si anak.
Kemudian, serial drama ini juga mengingatkan pada kita, betapa pentingnya parenting yang sehat.
Serial ini seakan memberi pesan bahwa menyayangi anak bukan berarti menjauhkan dia dari hukuman ketika dia berbuat salah. Anak perlu belajar bahwa selalu ada konsekuensi dari setiap perbuatan.Â
Bagaimanapun, anak perlu belajar mengenai konsep salah dan benar, sehingga moralitasnya dapat terbentuk dengan baik. Orangtua juga menjadi role model bagi anak, sehingga perlu berhati-hati dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan.Â
Pendidikan karakter, etika, dan moral bagaimanapun diawali dari rumah melalui orangtua atau pengasuhnya.
Selain itu, serial ini seakan menunjukkan kepada kita bahwa hubungan orangtua dengan anak yang diselingi perdebatan dan perbedaan pendapat jauh lebih sehat, dibandingkan orangtua yang tidak pernah berkomunikasi dengan anak.
Perbedaan sudut pandang dan keterbatasan cara berkomunikasi terkadang menjadi sumber masalah dalam relasi anak dan orangtua.Â
Terkadang maksud baik orangtua tidak tersampaikan dengan jelas, begitu juga sebaliknya. Terkadang maksud baik anak juga tidak tersampaikan dengan jelas pada orangtuanya.Â