Pada era Demokrasi Terpimpin, Presiden Sukarno percaya bahwa neo-kolonialisme dan imperialisme (Nekolim) adalah upaya Old Established Forces (OLDEFO) untuk melemahkan revolusi kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu, Indonesia wajib bekerja sama dengan antitesis Nekolim dan OLDEFO. Siapakah mereka? New Emerging Forces (NEFO) yang mayoritas berada di Blok Timur.Â
Padukan konsepsi ini dengan kepanglimaan politik. Muncullah hal yang dinamakan politik mercusuar. Realpolitik ini jelas melanggar asas politik luar negeri kita yang bebas-aktif. Alih-alih bebas dan aktif, Indonesia berubah menjadi tidak bebas dan hiperaktif dalam bidang ini. Mengemukanya ide berbagai poros serta konfrontasi dengan Malaya menjadi bukti hal ini.
Selanjutnya, konsepsi "seniman turut berjuang" datang dari pengaruh Kiri, khususnya Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Organisasi yang beraliran realisme sosialis ini ingin menciptakan seniman yang tidak tercabut dari akar rumput. Dengan kata lain, seniman harus turun ke bawah (turba) agar karya mereka mencerminkan sentimen akar rumput. Buat mereka, sentimen itu tercermin dalam karya yang mencerminkan cerita revolusi permanen ala Indonesia.
Terakhir, musik lagu ini yang sangat Indonesia mencerminkan prinsip ketiga Trisakti. Indonesia harus berkepribadian dalam budaya. Digunakannya irama Lenso dari Maluku menjadi salah satu wujud dari prinsip tersebut. Bung Karno ingin mengajarkan bahwa budaya kita tidak kalah dengan Barat. Maka dari itu, rakyat Indonesia wajib untuk bangga akan produk budayanya sendiri dan menjadikannya integral dengan kepribadian bangsa.
Jadi, lengkaplah sudah. Ketiga prinsip dalam konsep Trisakti disampaikan lewat lagu ini. Menurut Bung Karno, Trisakti adalah landasan kemerdekaan Indonesia yang sejati. Bebas dari kungkungan penjajahan gaya lama dan baru. Sehingga, lagu ini menjadi ekspresi sekaligus media edukasi makna kemerdekaan ala Bung Karno. Melalui edukasi akar rumput ini, diharapkan rakyat Indonesia tidak mengambil kemerdekaan itu for granted.
Kesimpulannya, lagu "Bersuka Ria" adalah enkapsulasi makna merdeka ala Sukarno. Merdeka artinya berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Apa yang disebut sebagai Trisakti adalah landasan visi kemerdekaan Indonesia dari sang Pemimpin Besar Revolusi.
Implementasi ketiganya dalam Demokrasi Terpimpin memang menimbulkan banyak masalah krusial. Akan tetapi, ada satu pelajaran penting yang bisa kita petik. Indonesia yang naungi kita sekarang ini tidak mudah untuk dilahirkan. Para Bapak Bangsa membayar harga yang mahal untuk kemerdekaan kita. Maka dari itu, mari jaga kedaulatannya, dorong kemakmurannya, dan angkat kebudayaannya.
Jangan sampai zamrud khatulistiwa redup sinarnya!
REFERENSI