Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PPDB Zonasi adalah Kegagalan Konsep, Bukan Implementasi

28 Juni 2020   07:58 Diperbarui: 28 Juni 2020   08:01 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: /siedoo.com/

Maka dari itu, sistem PPDB Zonasi harus segera diganti dengan sistem yang membangun kompetisi di antara sekolah-sekolah. Sistem itu bernama school choice, diwujudkan lewat School Vouchers atau Education Savings Account. Melalui upaya ini, maka pendanaan sektor publik terhadap pendidikan akan diberikan langsung kepada peserta didik sebagai konsumen. Dampaknya, mereka juga memiliki opsi sekolah yang lebih luas dibanding sebelumnya; sekolah negeri dan swasta di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih rinci lagi, kekuatan memilih (freedom of choice) di tangan calon peserta didik dan orang tua murid dapat memperkuat insentif sekolah sebagai produsen untuk memperbaiki kualitas institusinya. Tanpa perbaikan ini, jumlah murid yang mereka dapatkan semakin sedikit dan sekolah tersebut bisa ditutup. Apalagi orang tua murid dapat menuntut tanggung jawab dari sekolah sebagai pembayar biaya pendidikan. Sehingga, keberadaan dua mekanisme ini mendorong sekolah-sekolah untuk terus melakukan continuous improvement.

Jadi, PPDB Zonasi adalah kegagalan konsep yang harus kita sadari. Menjamin kesuksesan sistem pendidikan tidak dilakukan dengan menjamin keberadaan peserta didik bagi sekolah. Begitu pula dengan membatasi pilihan calon peserta didik sebagai konsumen. Justru, kesuksesan sistem pendidikan akan mengakar ketika pemerintah memberikan kuasa kepada orang tua murid dan peserta didik untuk memilih pendidikan mereka.

REFERENSI

mamikos. Diakses pada 26 Juni 2020. 

kompas. Diakses pada 26 Juni 2020.

Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit pada laman Qureta penulis.

Link: qureta.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun