Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Churchill dan Bung Tomo, Orator Inspiratif di Kala Perang

22 Januari 2020   12:29 Diperbarui: 22 Januari 2020   12:34 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, menghangatnya situasi dunia membuat banyak orang berspekulasi tentang Perang Dunia Ketiga. Kapan ia akan pecah? Di mana perang itu akan dimulai? Bagaimana kita menyelamatkan diri seandainya diserang? Semua pertanyaan ini menimbulkan diskursus di mana-mana.

Tentu, kita semua tidak ingin Perang Dunia Ketiga pecah. Jalan damai adalah cara terbaik untuk menjamin kemaslahatan bersama. Namun, dua perang dunia sebelumnya mengajarkan kita bahwa war is not all evil. Ada banyak hal positif yang muncul dari terjadinya perang.

Penderitaan yang dialami bersama memperkuat persatuan bangsa. Selain itu, munculnya remote misses justru memperkuat keberanian masyarakat untuk melawan agresor. Terakhir, kedua hal ini diperkuat dengan munculnya orator-orator yang membakar semangat masyarakat di kala perang.

Ketiga dampak positif ini memang benar-benar terjadi dalam berbagai kasus. Inggris mengalaminya ketika kota-kota mereka diserang bertubi-tubi oleh pesawat bomber Jerman. 

Sampai saat ini, peristiwa ini dikenal sebagai The Blitz. Sementara, Indonesia mengalaminya waktu Surabaya digempur pasukan Inggris lewat udara dan darat pada 10 November 1945. Inilah yang selalu dikenang oleh rakyat Indonesia sebagai Hari Pahlawan.

Dalam konteks Inggris, rakyat mereka bersatu dalam sebuah optimisme yang tidak biasa. Mereka percaya bahwa Nazi Germany adalah evil yang pasti kalah dengan Inggris. 

Selain itu, pemboman juga memperkuat kemauan rakyat Inggris untuk tidak menyerah dan memiliki pengharapan. Keep calm and carry on menjadi slogan yang menggambarkan semangat ini. Dan Winston Churchill become the embodiment of the British Spirit.

Sebagai Perdana Menteri Inggris pada 1940-1945, Churchill tidak hanya menjadi pemimpin perang dengan strategi militer yang mumpuni. Beliau juga melakukan resonansi terhadap semangat rakyat Inggris melalui berbagai pidato. 

Lantas, pidato-pidato inilah yang menjadi penyulut optimisme rakyat Inggris di masa perang. Dengan kata lain, Beliau berhasil menggagalkan upaya Nazi Germany untuk mematikan semangat rakyat Inggris dengan bom.

Salah satu pidato Beliau yang paling menggetarkan adalah pernyataan yang disampaikannya kepada House of Commons pada 4 Juni 1940. Berikut adalah potongan klimaks dari pidato berjudul We Shall Fight in The Beaches ini (Winstonchurchill.org, 2020).

Even though large tracts of Europe and many old and famous States have fallen or may fall into the grip of the Gestapo and all the odious apparatus of Nazi rule, we shall not flag or fail. We shall go on to the end, we shall fight in France, we shall fight on the seas and oceans, we shall fight with growing confidence and growing strength in the air, we shall defend our Island, whatever the cost may be, we shall fight on the beaches, we shall fight on the landing grounds, we shall fight in the fields and in the streets, we shall fight in the hills; we shall never surrender...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun