Kita semua tahu kalau Presiden Jokowi suka dengan Metallica. Tetapi, pemberitaan akhir-akhir ini mengisyaratkan bahwa Pak Jokowi juga suka Michael Learns to Rock (MLTR). Tidak percaya? Lihat saja pernyataan Presiden Jokowi berikut ini (Salna dkk dalam Bloomberg.com, 2019).
"I will do my best for this country," Jokowi said in an interview Friday. "I have nothing to lose."
Pernyataan ini sendiri dimuat dalam suatu pemberitaan berjudul, "Combative Jokowi Moves to Finally Unleash Indonesia's Potential." Judulnya saja sudah bernada resolute. Isinya pun demikian. Ia dipenuhi dengan berbagai pernyataan soal reformasi ekonomi. Bahkan, Presiden Jokowi menyatakan kesiapannya to take on political opponents who resist efforts to overhaul the economy.
Ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi memanfaatkan momen yang ada. Melalui pemberitaan ini, Presiden Jokowi ingin mengirimkan sebuah sinyal. Sinyal itu berisi sebuah pesan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia terangkum apik dalam kalimat terakhir refrain lagu MLTR. I've got time, and nothing to lose.
Kata-kata nothing to lose terucap dari bibirnya. Keluar sudah taring seorang Jokowi. Taring yang selama ini lebih sering tertutup di balik public persona yang santun, kalem, dan murah senyum. Ternyata, benar juga kata Bapak Basuki Tjahaja Purnama, "Dia kelihatan lembut di luar karena orang Jawa. Saya kalau lagi diskusi sama dia tegas banget," (news.detik.com, 2014).
Warm on the outside, but cold in the inside. Pernyataan dari Richard Nixon ini sangat menggambarkan sosok Jokowi. Ketika di hadapan publik, Beliau adalah sosok yang rendah hati, murah senyum, dan ramah kepada semua orang. Tetapi, ketika keputusan yang sulit harus diambil di balik layar, Beliau menjadi pemimpin berhati dingin, mengambil keputusan terbaik untuk bangsanya.
Pada tahun 2015, dua sindikat Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dieksekusi mati. Pada waktu itu, Presiden Jokowi sudah diancam oleh pemerintah Australia. Banyak kelompok HAM juga memberikan tekanan untuk mengampuni kedua terdakwa. Tetapi, Presiden Jokowi memutuskan untuk bertindak adil. Tidak ada kata ampun untuk kasus narkoba. Akhirnya, keduanya tetap dieksekusi mati.
Empat tahun kemudian, Kerusuhan 22 Mei 2019 menunjukkan hati dinginnya. Beliau memberikan full backing kepada TNI-Polri untuk memukul mundur dan menangkap para perusuh. Jika tidak, maka mayhem seperti 1998 bisa terulang lagi di layar kaca kita. Dipadukan dengan kapabilitas TNI-Polri kita yang brilian, situasi berhasil dikendalikan and order was restored (Asmara dalam cnbcindonesia.com, 2019).
"Dia itu kalau ada maunya keras. Keukeuh gitu," lanjut BTP. Menurut hemat penulis, inilah ujung taring seorang Jokowi. Beliau adalah seorang pemimpin yang convictionful. Kalau Beliau sudah yakin akan suatu prinsip, keputusan yang diambil pasti muncul dari prinsip tersebut. Terlebih lagi, Beliau jarang berbalik dari keputusan tersebut.
Ujung taring ini 'menggigit' ketika Presiden Jokowi menghapus subsidi BBM pada tahun 2015. Keputusan ini sangat tidak populer di masyarakat. Tetapi, Beliau berprinsip bahwa belanja APBN harus diarahkan pada pembangunan yang produktif, bukan subsidi yang konsumtif. Akhirnya, Beliau mengambil resiko politik yang sangat besar untuk menghapus subsidi BBM.
Awalnya, Beliau dihujat habis-habisan oleh banyak orang. Namun, Presiden Jokowi bertahan dengan kebijakan tersebut. Akhirnya, apa yang terjadi? Presiden Jokowi berhasil menyelamatkan ratusan triliun rupiah yang sebelumnya terbuang percuma. Setelahnya, dana ini dialokasikan pada pembangunan infrastruktur migas yang bersifat produktif (Agustinus dalam finance.detik.com, 2016).
Empat tahun kemudian, taring ini mendadak muncul ketika momen kampanye pada 23 Maret 2019 di Jogjakarta. Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan sebuah pidato kepada seluruh peserta Alumni Jogja SATUkan Indonesia. Berikut adalah pernyataan Presiden Jokowi dalam pidatonya.
Saya ini sebenarnya sudah diam 4,5 tahun, difitnah- fitnah saya diam, dijelek-jelekin saya diam, dicela dan direndah-rendahkan saya diam. Dihujat-hujat, dihina-hina saya juga diam. Tetapi hari ini di Yogyakarta, saya sampaikan, saya akan lawan!
Beliau menyampaikannya dengan begitu lantang. Menurut hemat penulis, Jokowi memunculkan taringnya secara mendadak demi strategi politik. Beliau ingin menunjukkan bahwa seorang presiden saja sudah sebal dengan hoaks yang beredar. Apalagi rakyat Indonesia kebanyakan. Sehingga, Beliau nampak in tune dengan aspirasi rakyat Indonesia.
Jadi, inilah momen-momen keluarnya taring seorang Jokowi. Memang, taring itu lebih sering disembunyikan di balik public persona yang hangat. Namun, berhati-hatilah kalau taring itu keluar. Ia pasti menggigit setiap pihak yang berusaha menghalangi jalannya. Apalagi jika penghalang tersebut terbukti bersalah dan antagonistis.
Either you're with him, or you're against him. I know which side I'm on.
SUMBER
Bloomberg. Diakses pada 14 Juli 2019.
Kapanlagi. Diakses pada 14 Juli 2019.
Detik. Diakses pada 14 Juli 2019.
Youtube. Diakses pada 14 Juli 2019.
CNBC. Diakses pada 14 Juli 2019.
Detik. Diakses pada 14 Juli 2019.
CNN. Diakses pada 14 Juli 2019.
Kompas. Diakses pada 15 Juli 2019.
Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H