Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kumpulan Lidi yang Terikat

12 Juni 2019   10:15 Diperbarui: 12 Juni 2019   10:17 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://indonesian.alibaba.com

Pernahkah engkau melihat
Sebatang lidi yang tergeletak
Tiada menarik, tiada memikat
Di bawah lantai ia terletak

Sebatang lidi yang tergeletak
Lemah terkulai ia terjaga
Ia dorman tiada berguna
Mudah rapuh, mudah patah

Tapi coba kau kumpulkan
Sebatang lidi lain yang sama
Lalu kau ikatkan dan satukan
Dengan apapun yang kuat

Lihatlah apa yang terjadi
Lidi itu menjadi berguna
Bagi manusia dimana-mana
Untuk menyapu berbagai kotoran

Kita manusia juga begitu
Kita tidak berguna kalau sendiri
Kita harus bisa bersatu
Dengan orang lain agar berdikari

Berdikari dalam mengabdikan diri
Berdikari laksanakan kewajiban insani
Berdikari dalam membaktikan diri
Berdikari kembangkan kualitas diri

Lantas, apakah yang akan
Mengikat kita dalam persatuan?
Tali solidaritas dalam fraternitas
Saling menjaga dalam persaudaraan

Persaudaraan itu hanya tercipta
Dari perkawanan yang sejati
Terbentuk karena perasaan hati
Untuk saling menjaga dan menyayangi

Jadikan kawanmu itu saudaramu
Kalau ia jaya, bergembiralah
Kalau ia jatuh, bangkitkanlah
Kalau ia sedih, hiburlah

Jangan pernah tinggalkan mereka
Baik dalam suka maupun duka
Jangan sampai mereka sendiri
Dalam hadapi tantangan bahri

Sebab hatinya pasti menangis sedih
Kalau yang demikian terjadi
Kembali menjadi sebatang lidi
Yang lemah tiada berarti

Disclaimer: Tulisan ini sudah diterbitkan di laman Qureta penulis

Link: qureta.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun