Ketika malam ini tiba
Diriku mulai membangun karsa
Ragaku dibatasi oleh dinding kamar
Namun jiwaku melanglang buana
      Aku melayang dalam ruang benak
      Membuka kembali pikiran cendekia
      Aku berlayar mengarungi lautan ide
      Dengan kompas logika dan dialektika
Semakin jauh aku berlayar
Semakin jauh aku melayang
Semakin kuat keyakinanku
Akan identitasku sebagai manusia Indonesia
       N'jadi manusia Indonesia adalah anugerah
       Dengan Pancasila sebagai falsafah negara
       Falsafah hidup yang membawa kesadaran
       Untuk beragama dan berbudaya
Bagaimana kesadaran itu datang?
Galilah Pancasila sedalam-dalamnya
Babat habis seluruh saripatinya
Sampai terserap seluruh ilmunya
        Ketika ilmu tersebut terserap
        Akan muncul sebuah arus deras
        Arus deras yang mengalir tanpa henti
        Yaitu dialektika moral yang sarat
Ada Ketuhanan di sila pertama
Tetapi ada Humanisme di sila kedua
Keduanya adalah tesis dan antitesis
Yang berkonflik membentuk sintesis
        Tetapi, Bangsa Indonesia justru berbeda
        Bapak Bangsa kita mendobrak batasan ini
        Bermufakat membentuk ideologi Pancasila
        Dengan Bhinneka Tunggal Ika menjadi pondasi
Ketuhanan adalah fundamen moral
Humanisme adalah praktik dari fundamen moral
Itulah sintesis yang dibentuk secara harmonis
Sebagaimana dikemukakan Mohammad Hatta
       Sintesis ini kembali menyadarkan diri
       Bahwa manusia Indonesia yang sejati
       Sama dengan manusia Pancasila
       Yang ingin dibentuk Bapak Bangsa
Manusia Pancasila harus beragama
Agar harmonis dengan Tuhannya
Manusia Pancasila harus berbudaya
Agar kolaboratif dengan sesamanya
       Inilah Dialektika Manusia Pancasila,
       Awal penyempurnaan Manusia Indonesia
       Kunci terbentuknya masyarakat berbhinneka
       Yang akhirnya membuat maju Bangsa Indonesia
Disclaimer: Puisi ini terinspirasi dari tulisan yang penulis buat sendiri berjudul, "Beragama dan Berbudaya sebagai Akar Keindonesiaan".
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, Mohammad. 2015. Mohammad Hatta: Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977). Jakarta: Kompas.
Putra, Rionanda Dhamma. 2018. Beragama dan Berbudaya sebagai Akar Keindonesiaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H