Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hadapi Berbagai Guncangan Gempa Bumi dengan Budaya Sadar Bencana!

5 September 2018   22:51 Diperbarui: 5 September 2018   22:55 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, tingkah aneh dan gelisah hewan yang ada di sekitar, yang biasanya akan menghilang sebelum gempa bumi terjadi. Keempat, muncul cahaya gempa, yaitu cahaya aneh yang sering dikaitkan dengan kemunculan UFO atau alien. Terakhir, terjadinya gempa-gempa kecil, yang biasanya disusul oleh gempa besar.

Ketiga, kita harus memahami tindakan sebelum, saat terjadi, dan sesudah terjadi gempa bumi. Sebelum gempa bumi, kita harus melakukan berbagai tindakan-tindakan preventif sebagai berikut (Supriyono, 2014:107).

  • Mengingat letak akses keluar gedung dan tempat berlindung.
  • Meletakkan benda dan perabot berat di bagian paling bawah.
  • Mengikat/menempelkan perabot sekolah/rumah tangga pada dinding.
  • Mengecek kekuatan benda-benda yang menggantung (seperti lampu dan pigura).
  • Menyiapkan tas siap siaga bencana gempa bumi yang berisi berbagai perlengkapan dan peralatan dasar (korek api, air minum, obat-obatan, radio baterai, dll).
  • Mencatat nomor-nomor telepon penting (kantor polisi, rumah sakit, pemadam kebakaran, dll).
  • Mematikan aliran air, listrik, dan gas jika tidak digunakan.
  • Meletakkan bahan-bahan berbahaya di tempat yang aman.
  • Menentukan jalur evakuasi yang aman.
  • Melakukan pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana gempa bumi.

Lalu, saat gempa bumi terjadi, kita harus melakukan tindakan-tindakan berikut (Supriyono, 2014:109-114).

  • Menghindar bangunan tinggi, pohon tinggi, menara tinggi, antena tinggi, kaca, atau papan reklame serta memposisikan diri untuk berjongkok dan melindungi kepala dengan tas/tangan jika berada di luar ruangan.
  • Keluar dari dalam gedung atau berlindung di bawah meja jika berada di dalam ruangan.
  • Tetap tenang dan mengikuti instruksi petugas jika berada di mall, bioskop, atau lantai dasar gedung perkantoran.
  • Pinggirkan dan segera menjauh dari kendaraan untuk mendapatkan petunjuk keselamatan jika sedang berkendara.
  • Menjauh dari pegunungan dan tebing-tebing yang rawan longsor jika berada di daerah pegunungan.
  • Mengungsi ke daerah yang lebih tinggi jika berada di daerah pesisir/pantai.
  • Menolong orang-orang di sekitar kita yang terluka.
  • Mengikuti instruksi evakuasi dari pemerintah.
  • Mencari informasi dari tim SAR serta tetap bersikap tenang.

Terakhir, setelah terjadi gempa bumi, kita harus melakukan hal-hal berikut (Supriyono, 2014:114-117).

  • Memberikan bantuan darurat berupa sandang, pangan, obat-obatan, tempat tinggal sementara, sanitasi, dan air bersih.
  • Melakukan rehabilitasi jangka pendek, seperti membersihkan rumah, fasilitas umum, dan menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat.
  • Melakukan rekonstruksi dalam jangka menengah-panjang, yang meliputi perbaikan sarana fisik, kondisi sosial, dan perekonomian masyarakat.
  • Melakukan pemulihan dalam jangka panjang, dengan terlibat dalam pengembalian kondisi dan fungsi sarana prasarana dalam keadaan semula, seperti jalan, telekomunikasi, air bersih, pasar, puskesmas, dan lain sebagainya
  • Terlibat dalam pemulihan psikologi masyarakat, terutama anak-anak yang masih perlu panuan orang dewasa.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa gempa bumi tidak hanya memberikan guncangan seismik. Gempa bumi juga memberikan guncangan secara sosial, ekonomi, dan psikologis. 

Guncangan psikologis terjadi pada individu yang mengalami trauma karena gempa bumi. Ketika guncangan tersebut terjadi di antara individu pada gempa bumi berskala besar, maka hal tersebut akan menjadi sebuah guncangan sosial. Terakhir, guncangan ekonomi terjadi dari matinya berbagai sarana prasarana penunjang perekonomian, seperti jalan raya, listrik, air bersih, gas, dan sebagainya.

Ketika suatu masyarakat tidak memiliki budaya sadar bencana, maka pemulihan pasca gempa bumi akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan semestinya. Excess time tersebut adalah kerugian yang harus dialami masyarakat atas gempa bumi yang menimpa mereka. Lalu, bagaimana cara agar masyarakat meminimalisir kerugian akibat gempa bumi?

Jawabannya hanya satu, manusia Indonesia harus memahami dan menginternalisasi berbagai hal di atas, agar budaya sadar bencana berhasil dibangun. 

Budaya sadar bencana membuat masyarakat Indonesia akan lebih siap ketika menghadapi bencana gempa bumi. Ketika kesiapan masyarakat meningkat, maka masyarakat akan lebih kuat dalam menerima guncangan sosial, ekonomi, dan psikologis yang terjadi dari bencana gempa bumi. 

Akhirnya, mental masyarakat yang menguat akan mempercepat pemulihan kembali kondisi masyarakat pasca gempa bumi, dan kegiatan masyarakat akan cepat kembali seperti biasa.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun