Mohon tunggu...
Rahma Dian
Rahma Dian Mohon Tunggu... Guru - Love writing and reading

Do something good it will be good for us. twitter: @dradikta | IG: dradikta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Sore Ini 2

29 Juni 2016   09:42 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:29 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hujan sore ini2 | Koleksi Pribadi

“Makasih ya Dam. Senang bisa kenal kamu,” ucapku. Lagi, senyuman dia suguhkan ditemani matanya yang kecil.

Dua bulan kemudian,

Dari perkenalan sederhana yang sedikit menyedihkan, aku dan Adam semakin dekat, erat seperti tak berjarak. Akupun menerima dia sebagai pengganti Nuka. Kutulis namanya setebal mungkin dengan spidol waterproof di hati terdalam. Sayangnya, aku gagal belajar mencintainya. Kalau orang bilang cinta itu bisa hadir karena terbiasa. Aku biasa melakoni hari dengan Adam dan sangat menyenangkan. Tapi, kenapa lebih nyaman saat sama Nuka? Hubungan tanpa status yang adem menurutku. Lalu, sekarang? Jujur dan putus dengan Adam?

Ini kesekian kalinya aku merebahkan diri di hamparan lapangan basket yang kasar. Terasa hangat karena mentari akan berpulang, sinar coklatnya melalui tubuhku juga Adam yang berada di sampingku. “Sudah mulai gelap, pulang yukkk?” Ajakan itu masuk ke telinga namun aku masih ingin di sini. Sepertinya aku tak mampu lagi bertahan, ingin berteriak kalau aku mencintai Nuka. Kukeluarkan nafas melalui mulut dan tubuh mulai bangkit. Kuhampiri Adam dan memelukanya. Mungkin ini untuk terakhir kalinya, aku memeluk dan menemaninya bermain basket.

“Mungkin ini terakhir kalinya aku menemanimu main basket,” ungkapku terbata. Perlahan aku melepaskan pelukan. Adam mulai memandangku, memegang tanganku, aku yakin akan ada pertanyaan yang terlantun,”Maksudnya?”

Saat Adam bilang “Maksudnya?” Aku gagap, mulai dari mana penjelasannya. Nafasku tak terkendali, keringat terus keluar meramaikan emosi. Ok! Aku harus,”Adam terima kasih kamu sudah ada dalam hari – hari aku. Tapi aku ngrasa hubungan ini nggak bisa bertahan lama, aku harus jujur kalau sebenarnya.....” Aku tiba – tiba terdiam dan Adam melanjutkannya,”Kerena kamu masih sayang sama Nuka, iya kan?” Jantungku seperti stop sejenak, darah – darah yang mengalir membeku, dunia seolah berhenti. Aku harus jawab apa?

Adam membanting tanganku dan kakinya mengambil langkah, aku mengejarnya untuk minta maaf. Responnya cukup sakit,”Aku nggak tahu bisa memaafkan kamu atau tidak, yang jelas aku benci banget sama hari ini.” Pria itu pergi meninggalkan sakitnya di sini. Sedangkan aku, belum bisa pergi masih setia dengan tangis. Jujur aku belum mampu berjalan jauh meninggalkan Nuka dengan kebahagiaannya, entah sampai kapan? Mungkin sampai aku tahu kapan harus berjalan sendiri tanpa dia, Nuka.

Makasih buat teman – teman yang setia main ke sini. Semoga tak bosan dengan tulisan – tulisan aku yang tak seberapa. Oh ya...! Jangan lupa buat follow twitternya ya: @dradikta sekalian IG nya yaaakkkk: @dradikta. Salam cinta damai, salam kompasiana............

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun