Cerita Hebat
“Cint sabtu jalan yukz!” pesan singkat itulah yang diterbangkan oleh sahabat seperjuangan semasa kuliah, Winda. Tentu saja ajakan manis itu tak sanggup kulalaikan, akhirnya kata “Yupz, OK!” menjadi sebuah keputusan. Lalu Sabtu 21 Maret 2015 menjadi hari yang tak biasa, ramainya kota Kediri, kotornya debu jalanan rela dihempas demi sebuah pertemuan yang lekat dengan kebersamaan.
Ups! Pukul 08.30 diri ini bergegas terbang ke kamar mandi, mengingat setengah jam lagi harus meluncur ke rumah Tenika. Yup! Aku dan Winda sepakat buat memulai petualangan malam minggu di rumahnya. Set...set...! Semua telah rapi dan siap berangkat, tak lupa tenggok jam dinding yang terpaku di ruang tengah, ternyata melebihi kata terlambat sudah pukul 09.00. Bersama motor merah hitam kesayangan dirikupun meluncur. “Alhamdullilah” kata itulah yang bergema kencang memenuhi ladang hati ketika sampai rumah Tenika, terlihat Beat biru si Winda sudah terparkir cantik di sana. Petualanganpun dimulai, dari Soekarno – Hatta menuju Kediri Town Square. Tak tanggung – tanggung berjubelnya kendaraan, panas serta asap hitampun diterjang. Semua perjuangan tersebut berhasil di lalui dengan baik. Sesampainya di sana, cap cip cup tempat nongkrong asyikpun dimulai. Terpilihlah sebuah kedai teh yang cukup sederhana namun berhasil membawa kenyamanan bahkan mengirim rasa kantuk. Dua piring roti bakar coklat, serta sepiring roti bakar kaya keju, ditambah tiga gelas teh menyegarkan merupakan menu yang kami pesan. Bukan hanya senyum atau gelak tawa saja yang berhasil aku dan kedua sahabatku ukir namun jepret sana sini.
Sambil menikmati menu yang tersaji, mata ini tak lelah mengamati hal unik yang tiba – tiba melintas. Pertama ada seorang bapak yang bergaya ala anak band, padahal sudah diingatkan sama si perut yang buncit. Aduh! Harusnya pakai kemeja polos atau kaos longgar pasti lebih ganteng. Ssst! Dua cowok pakai kemeja hitam masuk kedai, rapi sekali sepertinya mau borong. Eiiiih! Cuma numpang lewat buat ke parkir depan, padahal inikan bukan jalan alternatif. Kirain mau traktir seluruh tamu. Huuup! Ayo diterusin santap santainya, jaga mata, jaga hati, jangan ngobras melulu, itulah kata – kata yang Winda sematkan buatku. Sedangkan Tenika cantik masih sibuk selfie.
Acara santap ringan di kedai teh telah usai, lanjut menaiki tangga berjalan sampailah di lantai 2. Wow! Mata ini dimanjakan oleh berbagai diskon menarik mulai sepatu, tas, sampai baju. Hemmm...! Pengen memasukkan semua barang bagus itu, namun sang duit tampaknya masih belum bisa diajak kerjasama. Hasilnya, aku hanya melihat manusia – manusia yang sibuk memilih barang serba diskon yang sadis menggiyurkan. Eits! Ditengah keliling cantik, terjadi pristiwa yang sedikit mengganggu. Tepatnya saat Tenika belok ke outlet olahraga, diriku kebelet ke toilet. Akupun minta antar Winda dan terpaksa meninggalkan Tenika, sekembalinya diriku dari toilet Tenika menghilang. Panik, lirik kanan serta kiri dan terlihatlah perempuan berjilbab hijauyang sedang bersandar eksotis di pojokan. Itukan Tenika, lega rasanya.
Beberapa menit kemudian, aku, Winda, dan Tenika berpisah pulang ke istana masing - masing. Memang tak ada yang menarik pada pertemuan itu, hanya sekedar jalan di mall, saling mengumbar senyuman serta cerita lucu. Namun tahukan kamu, ada ketulusan cinta bercampur kasih sayang yang tak ternilai di sana.
Kupersembahkan cerita hebat ini untuk Winda & Tenika, sahabat terindah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H