Saya memang tak sabaran, baru beberapa hari latihan MAF dan beberapa kali pula lari sejauh 5 kilometer, malah penasaran ingin mencoba berlari sejauh 10 kilometer. Â
Untungnya rute lari pilihan dari rumah menuju wilayah gubernuran sangat bersahabat, jalan aspal relatif bagus, walau elevasinya ada yang naik turun di beberapa titik. Â Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya tadi pagi memutuskan untuk berlari dengan jarak terjauh yang pernah dicoba.
Di kilometer pertama entah kenapa kaki sudah terasa berat dan pegal saja, untungnya detak jantung (heart rate/HR) masih bisa dipertahankan di bawah ambang batas latihan MAF. Â Kalau di usia saya di bawah kisaran 131 bpm. Â Memasuki area pasar dadakan setiap akhir pekan, malah nyaris bablas di atas ambang batas. Â Akhirnya direm dengan cara memelankan langkah, nyaris seperti jalan kaki tapi masih sambil melentingkan sepatu.
Kilometer kedua sampai ketiga lebih nyaman karena jalanan agak menurun dan lurus, hingga agak menanjak lagi saat menuju  kilometer empat yang juga sudah memasuki area Kantor Gubernur Kalimantan Selatan.  Sudah banyak orang yang berlari di sekitaran jam 8 pagi tentu saja.
Menariknya sekarang, di sekitar gubernuran banyak tukang potret dadakan, tapi hasilnya bagus dan profesional. Â Lensa yang mereka pakai pun tak main-main. Â Nantilah dibahas perihal para juru potret tersebut, yang jelas hasilnya menggoda saya untuk ditampilkan dimana-mana, termasuk di postingan ini hehe
Cukup satu putaran mengitari kantor gubernur sebelum memutuskan untuk putar balik dan kembali ke titik start. Â Nah, di bundaran gubernuran ini jarak yang ditempuh sudah 5 kilometer, setengah dari target yang diinginkan. Â Selepas 5 K inilah detak jantung sedikit tak terkendali. Â Antara ingin cepat sampai finish, ditambah rasa senang karena membayangkan bisa berlari cukup jauh setelah sekian lama.
Walaupun begitu, tentu saja kecepatan lari tak bisa dipacu lebih tinggi, tetap stabil di kisaran pace 10-an. Â Takutnya kalau dipaksa sedikit lebih cepat malah kram dan detak jantung tak terkontrol. Â Jadi, antara kilometer 5-6, akhirnya memutuskan untuk kompromi. Â HR sedikit dilepas, lebih tinggi dari 130 tapi berusaha tetap di kisaran 150 bpm.
Ternyata latihan MAF itu memang ampuh. Â Lari lebih stabil, kaki lebih nyaman, detak jantung terjaga dan napas tak ada masalah dan tak mengalami ngos-ngosan sama sekali.
Oiya, saat berlari saya juga membawa pouch berisi air sebanyak 300 ml, dan karena belum punya running belt untuk menaruhnya, jadi aja saya pegang bergantian di tangan kanan kiri.  Awalnya ditaruh di saku belakang, ternyata malah terasa tak nyaman. Air saya minum setelah menempuh jarak 5 kilometer, dan diminum lagi sedikit demi sedikit setelah menempuh jarak 1 kilometer biar tak dehidrasi.
Kecepatan lari rata-rata tentu saja cukup lambat, rata-rata di kisaran 10,13. Â Artinya saya perlu waktu rata-rata 10,13 menit untuk berlari sejauh 1 kilometer.
Jadi,begitulah.  Akhirnya saya finish di titik awal yang sama, yaitu depan rumah setelah berlari selama 1 jam 44 menit non stop.  Menyenangkan juga ternyata.  Sekali lagi berlari dengan tempo cukup lambat sambil fokus ke detak jantung adalah kunci agar bisa berlari jauh dengan kondisi tubuh tetap nyaman sampai titik akhir.  Kata lainnya adalah endurance, katanya.
Ada yang tertarik untuk mencoba berlari cukup lama dan jauh juga, mungkin?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H