Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tips Sukses Donor Darah Bagi yang Takut Jarum dan Darah

30 Mei 2024   17:31 Diperbarui: 30 Mei 2024   18:20 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Donor darah adalah salah satu upaya menjaga tubuh tetap sehat dan bugar.  Salah satunya adalah melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh, selain banyak manfaat positif lainnya.

Prosedur untuk donor darah sebenarnya sangatlah simpel.  Asal memenuhi tiga indikator utama, yaitu berat badan minimal 45 kg, kemudian tekanan darah  normal (Sistole 100 - 180 dan Diastole 70 - 100), dan kadar haemoglobin (Hb) 12,5-17,0 gr/dL%, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehata Nomor 91 Tahun 2015.

Berdasarkan pengalaman pribadi, badan terasa enteng dan lebih nyaman setelah donor darah, mungkin karena proses penyegaran darah dalam tubuh sih ya.  

Masalah utama ketidaksuksesan pendonor adalah tidak memenuhi tiga kriteria utama di atas, bisa gara-gara terlalu kurus, atau tekanan darah yang tidak normal, atau kadar Hb yang kurang.  Hal inilah yang menjadi penyebab saya gagal mendonorkan darah dalam jeda dua tahun.  Biasanya dikarenakan tekanan darah atau kadar Hb yang kurang.

Dulu, saat awal pertama kali memberanikan diri donor darah, mungkin sekitar 23 tahun silam.  Pengukuran Hb masih belum di wajibkan di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) setempat.  Jadi asal tekanan darah cukup, proses donor sudah bisa dilakukan.

Akan tetapi urusan kadar Hb menjadi masalah saat ingin mendonorkan darah di Rumah Sakit dr. Sardjito, Jogja di circa 2011.   Penyebab utamanya adalah kurangnya kadar Hb.  Mungkin dikarenakan nutrisi yang kurang saat berstatus sebagai anak kos.

Hanya beberapa kali sukses mendonorkan darah, karena harus klop antara tekanan darah dan kadar Hb dalam batas normal. Terakhir kali periksa saata gagal donor adalah saat kadar Hb ada di angka 12.4.  Sementara ambang batas yang dibolehkan adalah 12.5.  Menyebalkan sekali memang.

Tak ada jalan lain untuk menjaga hal tersebut selain menjaga pola makan danpola istirahat.  Paling tidak dilakukan beberapa hari sebelum memutuskan untuk donor darah, selain berusaha berolahraga secara teratur. Konon hal tersebut efektif untuk membantu melancarkan peredaran darah.

Nah, mungkin akibat sedang rajin-rajinnya olahraga akhir-akhir ini, ditambah makan yang juga tak kalah rajin.  Alhamdulillah, tadia siang saat muncul niat untul kembali donor darah, kadar Hb sudah normal di angka 12.6.

Kemudian, masalah lainnya yang mungkin menggagalkan proses donor darah adalah urusan trypanophobia, alias ketakutan akan jarum suntik.  Saya termasuk kategori manusia ajaib itu.  Jarum suntik masih menjadi ganjalan bagi saya, ditambah lagi saya termasuk golongan hemophobia alias memiliki rasa takut akan darah.

Hal itulah yang menyebabkan keinginan untuk mendonorkan darah baru bisa terlaksana di usia 26 tahun.  Cukup telat mengumpulkan keberanian.   Lha, saya nunggu saat jari ditusuk untuk diambil sampel darah buat periksa Hb saja selalu bikin deg-degan, kok.

Berdasarkan pengalaman untuk mengatasi kedua rasa takut itu ada dua cara.  Yang pertama adalah harus ada pemicu keberanian.   Dalam kasus saya, akhirnya berani donor darah gara-gara dipanas-panasi oleh rekan sekantor.  Di sisi lain mereka juga ramai-ramai berencana donor darah bareng.  Jadinya saya ikut tergugah, selain turut bersemangat, juga muncul rasa malu jika tidak ikutan donor.  Malu juga kalau dianggap pengecut gara-gara takut sama jarum suntik.  Apalagi jarum untuk donor darah ukuran diameternya lumayan juga.

Kemudian cara kedua yang saya terapkan dari awal donor sampai sekarang adalah, berusaha mengalihkan pandangan saat jarum dimasukkan ke pembuluh darah dan terus mengalihkan perhatian saat proses pengambilan darah.

Pernah satu kali saya iseng ingin memfoto lengan yang sedang diambil darahnya saat proses donor berlangsung.   Ternyata entah kenapa kedua mata saya langsung berkunang-kunang hehe.  Sejak saat itu saya kapok dan memutuskan untuk selalu mengalihkan pandangan dan perhatian ke arah lain.  Untungnya sekarang bisa terbantu dengan adanya smartphone, jadi bisa browsing atau apapun selama proses donor berlangsung.

Demikianlah cara saya mengatasi rasa was-was dan takut saat donor darah.  Lalu, bagian akhir dari donor selalu menjadi hal yang menyenangkan dan saya anggap bonus, yaitu'hadiah' dari PMI saat prosesnya usai.  Walaupun sederhana saja, biasanya berupa tablet vitamin, susu kotak dan snack, anehnya hal tersebut selalu terasa menyenangkan dan menjadi bagian yang saya tunggu hehe.

Bagaimana, ada yang masih takut donor darah juga?

hadiah donor darah hari ini (dokpri) 
hadiah donor darah hari ini (dokpri) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun