Lepas dari bangunan tersebut, melewati tempat kerja sekitar dua tahun silam. Â Melewati mobil pemadam kebakaran yang memang usianya sudah puluhan tahun dan mungkin sudah dipensiunkan. Â Terparkir gagah di sudut timur laut kantor, mepet ke tembok yang berbatasan dengan Bank KalSel. Â Tak terbayang jasa-jasanya dulu dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana kebakaran di Kabupaten Banjar. Â Semoga saja di situ hanyar karena parkiran tak mampu menampung badan besarnya, bukan karena menghancurkannya pelan-pelan tanpa peneduh samasekali.
Hanya sekitar seratus meter dari situ, akhirnya sampai di kantor tujuan. Â Sesuai dugaan, para peserta rapat belum hadir semua, padahal tak terasa akan menjelang pukul sepuluh. Â Baru sekitar 4 orang peserta rapat yang hadir, lima orang beserta saya.
Lalu memutuskan untuk sarapan dulu di warung belakang pemda, begitu kami biasa menyebutnya. Memesan katupat Kandangan, Â ketupat khas yang berkuah santan kental, dan dihiasi dengan kepala ikan haruan (gabus). Sarapan yang sempurna. Â Tak lupa teh tawar panas dan sepotong gorengan untuk melengkapinya.
Sayang sekali jeroan dan telur ikan favorit saya sudah habis. Â Biasanya menu khusus itu tak bakal bertahan lama memang. Â Sementara di bawah kaki, duduk santai di orens. Â Sesekali dikasih sisa tulang kepala. Â Jangan takut, tulang kepala haruan itu cukup lunak untuk geraham kucing, kok.
Sarapan sekitar 15 menit, Â kembali ke ruang rapat ternyata belum juga dimulai. Â Akhirnya bersabar menunggu acara dimulai sambil mematikan aplikasi strava. Â Lumayan juga, berjalan sekitar 1,2 kilometer. Â Saat lepas zuhur, rapat pun berakhir dan rencananya memutuskan kembali berjalan kaki.
Tapi melihat kondisi suhu siang tadi sekitar 34 derajat, akhirnya mengurungkan niat. Untungnya bertemu rekan kantor yang sama-sama suhur di musholla yang sama. Â Menumpang motor di siang yang benar-benar panas begitu ternyata keputusan yang betul. Â Syukurlah.
Demikianlah catatan perjalanan kaki tadi pagi. Â Besok-besok boleh lah diulangi lagi, ya? Iya.